A. Melayani adalah Tugas Istimewa dan Mulia
Melayani adalah tugas istimewa dan mulia. Istimewa dan mulia karena TUHAN sendiri yang memberikan hak dan kemampuan melayani kepada kita. Dan hak dan kemampuan itu adalah untuk melayani Tuhan dan melayani umat-Nya. Lebih istimewa dan mulia lagi karena tujuan kita melayani adalah untuk memberitakan keselamatan kepada segala bangsa dan untuk memuliakan nama Tuhan sendiri. Ingat, berita keselamatan disebut juga “Kabar Baik” dan ”Kabar Mulia”. Jadi dari Tuhan yang Mahamulia itu kita menerima tugas untuk memuliakan nama-Nya. Karena itu benarlah bahwa tugas melayani adalah istimewa dan mulia bukan?
Jadi karena tugas melayani (pelayanan) itu mulia dan istimewa, maka semua orang yang aktif dalam pelayanan, baik pendeta, penatua, maupun pengurus lain, termasuk Guru Sekolah Minggu mestilah memiliki kegembiraan dan kebanggaan. Dan yang merasa bangga dan gembira dalam pelayanan, mereka akan selalu giat, senang dan selalu bersemangat. Namanya saja buat Tuhan mestinya “senang e dan manis e”. Ya, namanya senang dan manis pasti indah dan nikmat bukan?
Kita semua pasti merasa senang jika disuruh mengerjakan sesuatu oleh guru, dosen, atau atasan kita di tempat kita berkerja. Saya, waktu SMA sering disuruh oleh guru saya untuk membeli kopi ke kantin atau menulis bahan pelajaran di papan tulis. Betapa senang dan bangganya saya saat itu, bahkan sampai sekarang pengalaman itu masih saya kenang dan memberi semangat tersendiri pada saya. Jauh melebihi itu kegembiraan dan kebanggaan yang bisa dimiliki pelayan-pelayan Sekolah Minggu. Dan ingat, Guru Sekolah Minggu juga adalah pelayan Tuhan. Dalam Alkitab istilah gembira dan bangga ini disebut “bermegah”. Maksudnya adalah bermegah dalam Tuhan, artinya bukan menjadi sombong, melainkan harus tetap rendah hati.
Dalam 2 Korintus 10:17-18 Paulus menulis:
“Tetapi barangsiapa bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan. Sebab bukan orang yang memuji diri yang tahan uji, melainkan orang yang dipuji Tuhan.”
Dan dalam Mazmur 34:3 Daud mengatakan:
“Karena TUHAN jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita.”
Ayat- ayat firman Tuhan ini mau mengatakan juga bahwa para pelayan Tuhan, termasuk Guru Sekolah Minggu, layak gembira dan dan bangga dalam pelayanannya. Karena Tuhan sendirilah yang telah memanggil, memilih dan menyertai mereka. Oleh karena itu, Guru Sekolah Minggu (GSM) mestinya selalu berkata dalam hatinya: “Aku bangga dan gembira melayani Tuhan dan Sekolah Minggu.” Tetapi rasa bangga dan gembira ini harus selalu diikuti oleh kerendahan hati, karena tugas itu adalah dari Tuhan, oleh Tuhan dan untuk kemuliaan Tuhan.
Sebaliknya, jika seorang pelayan yang tidak ada gembira dan rasa bangga, berarti kemungkinan ada sesuatu yang tidak beres di hatinya. Dalam hal ini motivasinya perlu dipertanyakan untuk diperbaiki, diluruskan dan disegarkan.
B. Motivasi yang Benar
Motivasi adalah pendorong yang membuat kita bergerak atau tergerak untuk melakukan sesuatu, yang kemudian diikuti tujuan yang ingin dicapai. Apa motivasi kita melayani Tuhan? Apa motivasi teman-teman GSM melayani Sekolah Minggu? Masih ingatkah kira-kira apa yang ada di hati teman-teman sehingga terlibat dalam pelayanan Sekolah Minggu? Motivasi ini sangat juga perlu diingat, disegarkan dan diluruskan.
Banyak orang melayani namun tidak mempunyai motivasi pelayanan yang benar, yakni yang datang dari hati dan sesuai dengan kehendak Tuhan. Ada orang yang melayani karena ikut- ikutan, ada yang hanya mengisi kekosongan, ada yang ingin mencari perhatian orang lain, ada yang hanya ingin menunjukkan bahwa dia punya talenta, ada yang karena paksaan orang tua, ada pula yang melayani hanya karena ingin mengejar berkat-berkat dari Tuhan dan lain-lain. Dari semua itu nampak betapa banyak motivasi yang bisa menjadi dasar dari pelayanan. Motivasi- motivasi semacam ini memang tidak sepenuhnya tidak berguna, namun biasanya tidak lama bertahan. Ketika tiba saatnya masalah dan tantangan datang, orang-orang yang dengan motivasi seperti itu akan kecut, kecewa dan mundur.
Selain dari motivasi-motivasi seperti itu, ada lagi dorongan-dorongan yang lebih fatal salah dan dapat membahayakan pelayanan, misalnya, orang yang hanya ingin mencari popularitas, yang hanya karena iri melihat pelayan lain dan ingin menyaingi bahkan menyingkirkannya. Ada pula yang hanya ingin mendapatkan upah. Motivasi semacam ini akan menjadi virus, parasit dan racun. Orang yang mempunyai motivasi seperti itu akan menjadi masalah dan pembuat masalah dalam lingkungan pelayanan. Pelayanan pun menjadi rusak.
Terhadap orang-orang yang mempunyai motivasi semacam itu Paulus pernah berkata:
“Karena kami tidak pernah bermulut manis — hal itu kamu ketahui — dan tidak pernah mempunyai maksud loba yang tersembunyi — Allah adalah saksi — juga tidak pernah kami mencari pujian dari manusia, baik dari kamu, maupun dari orang-orang lain, sekalipun kami dapat berbuat demikian sebagai rasul-rasul Kristus.” (1 Tesalonika 2: 5 – 6)
Paulus tidak menginginkan adanya motivasi yang tidak murni dan maksud palsu dalam pelayanan. Oleh karena itu teman-teman GSM perlu bertanya kembali apa sebenarnya motivasi yang kita miliki supaya kita bisa mengevaluasi dan berefleksi.
Apa motivasi pelayanan yang benar itu? Jawabnya adalah “BERSYUKUR”. Semuanya berawal dari “bersyukur’. Banyak yang tidak menyadari hal penting ini, namun Paulus, seorang rasul besar dan penginjil kharismatik bagi gereja hingga saat ini, selalu mengawali dan mengakhiri pelayanannya dengan rasa syukur. Dalam hidup dan pelayanan Paulus, rasa syukur dan bersyukur itu adalah hal mendasar. Mari kita membaca salah satu momen saat Paulus menyampaikan rasa syukurnya!
“Aku mengucap syukur kepada Allah-ku setiap kali aku mengingat kamu. Dan setiap kali aku berdoa untuk kamu semua, dan aku selalu berdoa dengan sukacita. Aku mengucap syukur kepada Allahku karena persekutuanmu dalam Berita Injil mulai dari hari pertama sampai sekarang ini. Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yakni Ia, yang memulai pekerjaan di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus.” (Filipi 1: 3 – 6)
Kita bersyukur karena kebaikan, kasih, anugerah dan berkat Allah kepada kita dan dunia ini. Karena bersyukur atas segala karya Allah itu, maka kita ingin memuliakan nama-Nya, mengasihi-Nya dan melayani-Nya. Ada tiga karya Allah yang melaluinya kita memperoleh kasih-Nya yang besar, yaitu penciptaan, pemeliharaan dan penyelamatan (keselamatan).
- Allah memberikan kasih-Nya kepada kita melalui penciptaan. Dunia dan segala isinya, termasuk kita, diciptakan oleh Tuhan Allah.
- Allah mencurahkan kasih-Nya melalui pemeliharaan. Dunia dan segala isinya, termasuk hidup kita dipelihara dan disertai oleh Tuhan Allah.
- Allah mengaruniakan kasih-Nya kepada kita melalui keselamatan. Orang yang percaya diselamatkan oleh Tuhan Allah dari dosa dan kematian melalui Yesus Kristus.
Tri Karya Tuhan inilah yang membuat kita bersyukur. Setiap kita harus mensyukuri karya kasih itu. Rasa syukur itu membuat kita ingin membalas kasih-Nya. Dengan cara apa? Dengan cara mengasihi dan melayani-Nya. Keinginan ini seturut dengan keinginan Allah dalam firman-Nya dan amanat Tuhan Yesus:
- Kepada ahli Taurat itu Yesus menjawab:
“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua yang sam dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi. “ (Matius 22: 37 – 40)
- Rasul Yohanes juga menyampaikan:
“Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih. Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya. Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.” (1 Yohanes 4: 7 -10)
Jadi sekali lagi, motivasi yang benar dan pendorong dalam pelayanan kita adalah “rasa syukur atas kasih Tuhan.” Oleh karena rasa syukur itu terjadilah keinginan. Kita ingin mengasihi Tuhan karena Ia telah lebih dahulu mengasihi kita. Kita ingin melayani Tuhan karena Ia telah lebih dahulu melayani kita. Kita berkorban bagi sesama karena Kristus telah lebih dahulu berkorban bagi kita. Jika diringkas maka motivasi pelayanan yang benar adalah “SYUKUR DAN KASIH”. Motivasi inilah jawaban yang tepat atas panggilan dan perintah Tuhan kepada kita untuk melayani dan memberitakan Injil.
Dengan demikian kita sudah bisa mengetahui apa jawaban yang benar ketika Tuhan Yesus memberi Amanat Agung kepada murid- murid-Nya,
“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Matius 28: 19 – 20)
Jawaban yang benar adalah:
“Aku akan melaksanakanyanya dengan rasa syukur dan kasih.”
Oleh karena itu GSM yang mengajar dan melayani Anak Sekolah Minggu harus mengajar dan melayani dengan “syukur dan kasih” atau dengan “kasih dan syukur”.
C. Melayani dengan Sungguh dan Tulus
Orang yang melayani dengan motivasi yang benar akan melayani dengan sungguh-sungguh dan tulus. Dia akan setia, komit dan konsisten. Jika ada masalah tidak akan mudah bersungut-sungut, menggerutu, cemberut, murung dan mundur. Senjata utamanya adalah bersyukur. Orang yang bersyukur akan tetap optimis, berpikir positif dan bersemangat. Kerendahan hati dan pengorbanan juga adalah ciri orang yang bersyukur. Ya, seorang pelayan harus rela berkorban, senang berkorban dan memiliki sukacita berkorban. Tentang semua ini ada banyak tokoh-tokoh di dalam Alkitab yang menjadi panutan kita. Tuhan Yesus adalah Guru dan Teladan Sejati kita. Oleh karena kasih-Nya, Ia rela berkorban dan mati demi keselamatan kita. (baca Yohanes 3: 16 dan Filipi 2: 5-7).
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yohanes 3:16)
“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus. Yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.” (Filipi 2:5-7)
D. Pesan
Biarlah GSM melayani Tuhan dan Sekolah Minggu dengan motivasi yang benar, yaitu dengan “SYUKUR DAN KASIH”, dengan sungguh dan tulus, bukan untuk mencari kesenangan dan keuntungan pribadi. Marilah kita selalu mengingat bahwa pekerjaan ini kita lakukan karena rasa syukur atas kasih Tuhan dan dengan pelayanan ini kita menujukkan kasih kita kepada-Nya yang telah lebih dahulu mengasihi kita. Sebagai guru dan pelayan Sekolah Minggu kita berkata: “Aku bersyukur karena Tuhan telah mengajariku dengan kasih dan tentang kasih. Dengan rasa syukur aku mengajar Sekolah Minggu dengan kasih dan tentang kasih.”
Akhirnya marilah kita camkan firman Tuhan ini,
“Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala – nyala dan layanilah Tuhan.” (Roma 12:11)
“Karena itu, saudara – saudara yang kekasih, berdirilah teguh, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia – sia.” (1 Korintus 15: 58)
Selamat melayani dengan syukur dan kasih. Amen.
Penulis: Pdt. Marihot Siahaan (Ketua KOMUNITAS ONESIMUS)