REFORMASI SPIRITUALITAS

Bagikan:

Pdt. Marihot Siahaan

Ketua Komunitas Onesimus

 

Gereja sekarang sudah harus direformasi. Tetapi bagaimana mereformasinya? Sebab masalah gereja sekarang sudah rumit dan berat. Dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan, semua bermasalah. Visi misinya sudah tidak jelas dan manajemen pelayanannya juga tidak jelas.  Bukan hanya itu, Aturan dan Peraturan Gereja juga labrak sana labrak sini sesuka hati. Semuanya sudah rusak. Akibatnya, kehidupan bergereja tidak lagi diwarnai persekutuan yang indah, semangat penginjilan dan sukacita berbagi. Ya, sangat memprihatinkan. Cilakanya lagi, tidak banyak orang yang mau dan mampu mereformasinya. Sebab di gereja sekarang, orang yang berpikir lurus, berkata benar dan bertindak tegas kurang disukai. Demikianlah kesimpulan dari banyak perbincangan tentang kehidupan gereja saat ini.

Hari Reformasi Gereja diperingati pada tanggal 31 Oktober setiap tahunnya  untuk memperingati Reformasi Dr. Martin Luther pada tanggal 31 Oktober 1517 di Wittemberg, Jerman, yang ditandai dengan penempelan 95 dalil di pintu gereja di sana. Saat itu Luther sangat geram melihat praktek kebusukan yang terjadi dalam gereja. Terjadi korupsi, kolusi dan manipulasi teologi. Dengan berani ia mengkritik dan menentang ajaran dan pratek kekristenan  yang menyimpang dari Gereja dan Paus.

Melalui gerakan reformasi itulah kita sangat mengenal ajaran “sola gratia, sola fide dan sola scriptura” berkaitan dengan keselamatan. Menurut Luther, keselamatan diperoleh manusia hanyalah oleh karena anugerah dan iman, bukan karena usaha manusia, apalagi dibeli dengan uang. Hal itu sesuai dengan yang tertulis pada Roma 1: 16 -17:

Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.

Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: “Orang benar akan hidup oleh iman.”

Oleh karena keberanian dan kecerdasan serta keyakinan Luther pada  ajaran yang benar yang berlandaskan Kitab Suci, reformasi itu membuahkan hasil dan mendapat dukungan orang banyak. Hasilnya menjadi harta yang berharga bagi semua gereja saat ini, juga bagi gereja Katolik.

Melalui firman Tuhan yang tertulis pada 2 Raja-raja 23: 1-14 kita diperkenalkan pada seorang reformator, yaitu Raja Yosia.  Yosia adalah  Reformator Besar. Ia adalah raja yang paling setia  dari semua raja yang memerintah atas umat Allah, termasuk Daud dan Salomo. Dari segi komitmen dan kesetiaan kepada firman Allah, Yosialah yang paling besar. Ia melakukan  reformasi besar-besaran dan radikal berdasarkan prinsip alkitabiah.

Kemudian pergilah raja ke rumah TUHAN dan bersama-sama dia semua orang Yehuda dan semua penduduk Yerusalem, para imam, para nabi dan seluruh orang awam, dari yang kecil sampai yang besar. Dengan didengar mereka ia membacakan segala perkataan dari kitab perjanjian yang ditemukan di rumah TUHAN itu. Sesudah itu berdirilah raja dekat tiang dan diadakannyalah perjanjian di hadapan TUHAN untuk hidup dengan mengikuti TUHAN, dan tetap menuruti perintah-perintah-Nya, peraturan-peraturan-Nya dan ketetapan-ketetapan-Nya dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa dan untuk menepati perkataan perjanjian yang tertulis dalam kitab itu. Dan seluruh rakyat turut mendukung perjanjian itu. (2 Raja-raja 23: 2-3)

Yosia tidak gentar menentang arus. Ia mengadakan pembersihan berbagai berhala, bukit pengorbanan, hingga membunuh imam-imam bukit pengorbanan. Ia tidak hanya memberikan instruksi namun terlibat langsung dengan melakukan yang benar. Ia sendiri sebagai contoh hidup hasil pembaharuan bagi rakyatnya.

Reformasi, yakni perubahan, pembaharuan dan pemulihan harus terjadi dalam gereja saat ini. Reformasi itu harus merasuk dan melanda hati seluruh lapisan, yakni para pendeta, penatua dan seluruh anggota jemaat, mulai dari orang dewasa hingga anak-anak. Jika gereja tidak mau dan tidak mampu mereformasi diri maka gambaran yang memprihatinkan tentang kehidupan gereja di atas tadi tidak akan berubah. Jika gereja tidak mau berubah, maka dirinya tidak mungkin membawa perubahan kepada dunia ini. Dan yang paling penting adalah  reformasi harus dilandaskan firman Allah yang hidup, SOLA SCRIPTURA. Ada perkataan, “Love God Love People Change The World”. Oleh karena itu saudaraku, mari mereformasi diri berdasarkan cinta kasih Allah supaya dunia percaya bahwa kita adalah tubuh-Nya dan merekapun berubah oleh keteladanan kita.

Amin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *