Renungan Advent dan Natal (Lukas 3: 1-6)
Oleh Pdt. Marihot Siahaan
Setiap kita mau merayakan Natal atau memperingati kelahiran Yesus Kristus, tidak boleh tidak mata kita diarahkan kepada dua titik atau arah. Kedua titik itu adalah Betlehem, tempat Yesus Kristus lahir di kandang domba dan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali pada hari terakhir nanti. Bagi setiap orang beriman kedua hal itu sudah tidak bisa dipisahkan. Kita mengingat, merenungkan dan menghayati makna kelahiran-Nya, yaitu kesederhanaan dan kerendahan hati-Nya, sekaligus kita dengan bergairah menyongsong Dia yang akan datang dalam keperkasaan dan kemuliaan-Nya sebagai Raja Adil dan Hakim Agung.
Ajaibnya, nubuatan para nabi sebelum Yesus lahir, walaupun dengan waktu, posisi dan situasi yang berbeda, juga menunjuk kepada dua titik yang sama yakni Betlehem dan hari penghakiman yang terakhir itu. Cahaya kedatangan Yesus dalam nubuatan-nubuatan itu disorotkan ke arah dua titik penting sekaligus, yakni berita bahwa Sang Juru Selamat akan lahir dan Juru Selamat itu akan datang pula sebagai Hakim Agung pada hari terakhir.
Demikianlah kita juga pada setiap masa-masa Advent. Advent sesungguhnya merupakan saat persiapan untuk menyiapkan hati kita menerima kedatangan-Nya pada dua momen yang berbeda tetapi sama-sama penting. Ketika kita berjalan hari demi hari atau minggu ke minggu pada masa Advent, sebagai umat Tuhan, hati kita sedang dalam persiapan menyongsong kedatangan Tuhan Yesus lahir di hati kita. Ia masuk di hati kita. Ia meraja dalam hidup kita. Ia menjadi Guru dan Teladan dalam teori dan praktek hidup kita sehari-hari. Luar biasanya, jika hal ini terjadi, itu sekaligus menjadi kesiapan kita untuk menyongsong Kedatangan-Nya yang kedua kali. Kita menoleh pada Kristus yang terbaring di palungan sekaligus memandang ke depan kepada Kristus yang akan datang kelak dalam kemuliaan.
Hal yang sama disampaikan oleh firman Tuhan yang tertulis pada Lukas 3: 1-6. Kitab Lukas memberitakan seorang “nabi perintis”, yang lebih kita kenal dengan sebutan Yohanes Pembaptis. Dalam perikop ini Yohanes juga menyerukan kesiapan manusia untuk menyongsong Dia yang akan lahir di Betlehem dan juga yang akan datang pada hari terakhir. Hal itu jelas terlihat pada Lukas 3: 9 dan 17 yang berbunyi: “Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, akan ditebang dan dibuang ke dalam api. Alat penampi sudah di tangan-Nya untuk membersihkan tempat pengirikan-Nya dan untuk mengumpulkan gandum-Nya, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan.”
Apakah yang diserukan Yohanes? Ia menyerukan: “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu. Bertobatlah, persiapkanlah jalan untuk Tuhan.” Bertobatlah….Itulah pesan yang disampaikan oleh Tuhan kepada kita hari ini.
Yesus yang datang ke dunia sebagai Juru Selamat sudah tentu menghendaki pertobatan manusia dari dosanya. Dosa adalah sikap dan perbuatan jahat manusia terhadap Allah dan sesamanya. Dosa telah membuat manusia jatuh ke dalam penderitaan dan kematian. Penderitaan itu juga telah menjadi bagian kehidupan orang Yahudi di bawah pemerintahan Romawi yang kejam. Pada perikop ini, gambaran dosa itu bisa kita lihat dengan jelas. Semuanya menggambarkan terjadinya kejahatan, ketidakadilan, ketidakpeduliaan, kemunafikan dan lain sebagaimanya. Semua itu merupakan dosa dan pemberontakan kepada Tuhan Allah. Dalam situasi itulah atas perintah dan dengan kekuatan dari Allah, Yohanes tampil dengan gagah berani menyerukan pertobatan. Seruan Yohanes sungguh mengetarkan dan menggerakkan banyak hati. Seruannya membuat orang banyak bertanya kepadanya, “Jika demikian apakah yang harus kami perbuat?” (Lukas 3: 10).
Pertobatan yang diserukan Yohanes bukanlah pertobatan yang tanggung-tanggung dan pura-pura, melainkan pertobatan yang holistik dan radikal. Tuhan menghendaki umat-Nya berbalik dari dosa. Hal itu harus terjadi dalam hati, sikap dan perilaku umat. Itu semua akan terlihat nyata dalam hidup beribadah dan perilaku sosial setiap hari. Berbalik dari dosa berarti pula meninggalkan kejahatan dan kemunafikan untuk hidup dalam kehendak Allah, yakni kasih, kebenaran, kebaikan, kejujuran, ketulusan dan hal lain yang sepadan dengan itu.
Melalui firman Tuhan ini kepada Gereja Tuhan dan kita semua diserukan pertobatan, pembaruan, perubahan, perbaikan dan pemurnian hidup. Gereja Tuhan dan kita semua harus mau dan siap diperbarui oleh Tuhan supaya tetap berjalan di jalan yang baik dan benar dengan koridor kasih dan kebenaran. Kita tidak bisa merasa benar dan berpura – pura baik. Tidak bisa. Hanya dengan demikian kita layak menyongsong kelahiran Kristus dalam “palungan hati” kita dan kedatangan-Nya untuk kedua kalinya. Amin.
Catatan tentang Penulis:
Pdt. Marihot Siahaan adalah Ketua Komunitas Onesimus
Leave a Reply