Menang Atas Penderitaan

Menang Atas Penderitaan

ONESIMUS — Orang-orang percaya (para pengikut Kristus) pada abad pertama setelah penyaliban dan kebangkitan Kristus, mengalami banyak penderitaan: dikejar-kejar, ditangkap, disiksa, dianiaya, dan akhirnya dibunuh dengan sadis. Tampaknya memang Yesus Kristus tidak menjanjikan hal yang enak menjadi pengikut-Nya karena untuk menjadi Pengikut Kristus, seseorang harus memikul salibnya sendiri. Inilah yang kita sebut Menang Atas Penderitaan.

Para murid dan pengikut Kristus banyak yang mengalami penderitaan dan menjadi martyr. Salah satu rasul yang menguatkan iman para pengikut Kristus adalah Paulus. Ucapannya yang menyemangati antara lain: “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan (Flp. 1:21)” dan “kita lebih dari pada orang-orang yang menang (Rm. 8:37a).”

Apa yang menjadi spirit mereka sehingga mereka mampu menang atas penderitaan yang mereka alami? Inilah seven steps yang mereka miliki:

1. Kristus mau mati bagi saya

Pengorbanan dan pengurbanan Kristus melalui penderitaan-Nya di kayu salib membuktikan bahwa Dia mau mati bagi saya,  sehingga saya memperoleh hidup yang kekal. Ini adalah keyakinan kita yang pasti dan jaminan pasti dari Tuhan. Kita diyakinkan oleh janji-Nya: “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya (Yoh.15:13)”.

Mungkin cukup banyak kita dengar ada seseorang yang mau berkorban bagi orang lain demi kebaikan sahabatnya. Misalnya ia mengorbankan tenaganya, pikirannya, hartanya, dll. Namun, apakah ada orang mau berkurban bagi orang lain? Mungkin ada tetapi sangat sedikit, bisa satu berbanding 100 juta.

Yesus Kristus adalah pribadi yang melakukan hal tersebut. Dia berkorban dengan menanggung siksaan, cercahan, dan sesahan. Yesus menanggung penderitaan kita. Tidak berhenti di situ saja, Yesus mengurbankan diri-Nya demi menebus dosa-dosa manusia. Ia adalah kurban persembahan pengampunan dan penebusan dosa dengan menerima kematian di kayu salib. Sungguh apa yang Yesus perbuat tidak ada satu pun manusia mampu melakukan hal tersebut. Hanya Yesus Kristuslah yang sanggup melakukannya.

Setiap pengikut ajaran dan teladan Yesus Kristus harus menyadari hal ini. Kita menyadari bahwa pengorbanan dan pengurbanan Yesus Kristus bagi kita merupakan kemurahan dan anugerah Allah sebagai bentuk kasih Allah akan dunia ini (Yoh. 3:16). Kesadaran diri setiap pengikut Kristus yang kuat ini menjadi fondasi iman yang kokoh di atas dasar yang kuat (bnd. Mat. 7:24-26).

2. Kristus mengajarkan teladan kasih

Sebelum kedatangan Yesus di bumi, para nabi, imam, raja, dan hakim mengajarkan teladan kasih, tetapi mereka gagal memberikan teladan yang benar. Mengapa mereka gagal? Karena Dosa menjadi penyebab utama kegagalan tersebut.

Kristus mengajarkan teladan kasih-Nya berbeda dari para nabi, imam, raja, dan hakim. Teladan kasih-Nya berwibawa dan penuh hikmat, misalnya kasihilah orang yang memusuhimu. Dengan Teladan kasih-Nya, orang-orang percaya tidak memiliki dendam sedikit pun kepada orang-orang yang telah menganiayanya.

Kristus memang mengajarkan teladan kasih yang terkesan paradoks. Contoh:

  1. Tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi dengan kebaikan. Ajaran Yesus ini berbeda dengan ajaran Taurat di mana mata ganti mata, gigi ganti gigi. Ajaran kasih dari Yesus ini memberikan kualitas yang lebih daripada ajaran Taurat. Kalau kita membalas kejahatan dengan kejahatan, maka siklus rantai kekerasan tidak akan putus. Sebaliknya, membalas kejahatan dengan kebaikan, maka kita dapat memutus rantai kekerasan.
  2. Kasihilah dan doakanlah orang yang memusuhimu dan berbuat jahat kepadamu. Ini sejalan dengan butir pertama, namun jauh lebih dalam maknanya. Setiap orang pasti mudah sekali mengasihi orangtua, saudara kandung, sanak keluarga, dan teman-temannya. Sebaliknya, seseorang sangat sulit mengasihi musuhnya karena ia sudah disakiti hatinya. Yang ada di dalam dirinya ialah dendam dan pembalasan. Yesus berbeda dalam pola pandang akan hal ini. Dia memerintahkan kita untuk mengasihi orang yang memusuhi dan berbuat jahat kepada kita. Bahkan lebih dari itu, Yesus meminta kita mendoakannya. Apakah kita mampu melakukannya? Tentu saja kita mampu (meskipun tidak mudah) karena Kristus sudah memperlihatkannya kepada kita. Ketika di kayu salib Dia berkata: “Ya Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Luk. 23:34)
  3. Jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, …. Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu (Mat. 5:29-30). Tentu mengerikan kalau ajaran seperti ini dipahami secara harafiah. Maksud perkataan Yesus ini adalah bahwa kita tidak boleh menggunakan otoritas dengan semena-mena dan menjauhi segala kejahatan yang ada, sehingga kita tidak terjerumus ke dalam kejahatan itu. Seringkali manusia ketika berada di atas kekuasaan, ia menjadi egois dan rakus, bertindak semaunya atau semena-mena tanpa mempertimbangkan orang lain, terutama orang-orang kecil dan lemah.

3. Ketekunan

Apa itu ketekunan? Ketekunan adalah tindakan yang tidak merasa jenuh, malas, dan putus asa. Meskipun tindakan tersebut harus dia lakukan secara terus-menerus yang menimbulkan kebosanan atau ia terpaksa karena keadaan, ia tidak bersungut-sungut melakukannya yang bukan kehendaknya.

Ketekunan mengasah ketajaman iman dan kerajinan kita untuk tidak jemu-jemu memohon pertolongan Tuhan. Orang-orang percaya perlu memiliki ketekunan berdoa dan mendoakan saudara-saudara seiman (khususnya) dan orang-orang yang menganiaya para pengikut Kristus.

Dengan demikian, Ketekunan menghasilkan umat beriman yang sejati. Kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku. Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya ia akan selamat (Why. 13:13).

Ketekunan juga menyatakan iman yang sejati. Tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita. Jika kita sampai kepada akhirnya teguh berpegang pada kepercayaan dan pengharapan yang kita megahkan (Ibr. 3:6).

Kemenangan dijanjikan kepada orang-orang yang tekun. Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus (Flp. 3:13-14).

4. Kesetiaan

Kesetiaan adalah keberpihakan kita kepada satu Pribadi yang Mahaagung atau pada suatu kebenaran yang kita pegang dan bukti nyata dari tindakan kita yang tidak menyeleweng, tidak menduakan, tidak ragu-ragu, patuh atau taat, dan mengandalkan Tuhan beserta kebenaran-Nya.

Kita setia atau hidup dalam kesetiaan bukan semata-mata ada paksaan, tetapi sesungguhnya Tuhan sendiri sudah menunjukkan kesetiaan-Nya kepada kita. Masakan kita tidak menunjukkan hal yang sama (setia) kepada Tuhan. Meskipun kita tidak setia, namun Tuhan tetap setia.

Kesetiaan adalah bagian tabiat Allah. Sebab firman TUHAN itu benar, segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan (Mzm. 33:4). Karena Allah telah berfirman: “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau (Ibr. 13:5b).

Allah menjanjikan kekuatan untuk menjadi setia sampai mati. Ada dalam Alkitab. Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan (Why. 2:10).

5. Tahan uji

Tahan uji adalah buah dari ketekunan (Rm. 5:4a) dan juga kesetiaan. Orang yang tahan uji adalah orang yang sudah ditempa dengan berbagai kepahitan dan penderitaan. Meskipun demikian, itu tidak berarti ia sudah kebal terhadap kepahitan dan penderitaan. Ini sesungguhnya lebih cenderung menunjukkan ketegaran dan kekuatan iman yang terbukti tangguh dan ampuh. Di sinilah kemurnian imannya berkilau seperti kilauan berlian yang memantulkan cahaya. Demikian pula, orang yang tahan uji pun akan memancarkan cahaya bagi yang lemah dan yang kuat.

6. Pengharapan

Pengharapan adalah buah dari tahan uji (Rm. 5:4b). Menurut Rasul Paulus, inilah pengharapan yang tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita (Rm. 5:5).

Apa sebenarnya pengharapan dari orang-orang percaya – pengikut Kristus? Pengharapan kita saat ini bukan lagi pengharapan mesianik sebagaimana bangsa Israel sekarang ini. Mengapa? Karena pengharapan mesianik sudah tergenapi dalam Yesus Kristus. Pengharapan Kristiani yang dikatakan Kristus kepada kita adalah:

  • Yesus Kristus telah menyediakan tempat di Rumah Bapa bagi mereka yang setia sampai akhir (Yoh. 14:2-4).
  • Kristus mengundang kita dalam Perjamuan Anak Domba Allah (Why. 19:9).
  • Tuhan akan memulihkan bumi ini menjadi langit baru dan bumi baru (Why. 21:1).

7. Mahkota kemuliaan (Menang atas penderitaan)

Akhir dari penderitaan kita adalah sebuah kemenangan. Menang atas penderitaan. Kita menang dan layak memperoleh mahkota kemuliaan yang Tuhan janjikan. Kristus sendiri yang akan memahkotai kita dengan penuh kemuliaan-Nya. Kita akan memerintah bersama Kristus di dalam Kerajaan-Nya karena kita telah menang atas penderitaan.

Penulis: Boy Tonggor Siahaan (Alumnus STT Jakarta)

One thought on “Menang Atas Penderitaan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

× How can I help you?