Simbol Daun Palem dalam Minggu Palmarum Sebelum Paska

Simbol Daun Palem

ONESIMUS — Tujuh hari sebelum Hari Raya Paska, umat Kristiani merayakan Minggu Palmarum (Minggu Prapaska ke-6). Pada Minggu Palmarum ini, umat membawa seuntai atau beberapa untai daun palem. Mengapa mereka membawa daun palem? Apa makna simbol daun palem?

Minggu Palmarum adalah hari di mana umat berkumpul di gereja membawa daun palem untuk memperingati saat Yesus masuk ke Yerusalem. Orang banyak mengelu-elukan Yesus yang menunggang keledai sebagai Raja dengan sambutan daun palem. Mereka mengipas-ipas daun palem ketika Yesus lewat dan meletakkan daun palem itu sebagai alas di depan jalan keledai tersebut. Biasanya mereka meneriakkan seruan: “Hosana! Diberkatilah Dia yang datang, dalam nama Tuhan. Hosana di tempat yang maha tinggi! (Markus 11:1-11, Matius 21:1-11, Lukas 19:28-44 dan Yohanes 12:12-19)

Biasanya, Gereja Katolik atau Gereja Protestan menjadikan Minggu Palmarum ini sebagai pembuka pekan suci. Dasar teologisnya, masuknya Yesus Kristus ke kota suci Yerusalem terjadi sebelum Yesus mati dan bangkit dari kematian. Dalam memperingati rangkaian peristiwa itu, Gereja memperingati pekan suci tersebut dengan serangkaian Liturgi Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Sunyi, dan Hari Raya Paska Kebangkitan Kristus.

Dalam Liturgi Minggu Palmarum, umat biasanya membawa daun palem dan jika tidak membawa, gereja sudah menyiapkan daun palem tersebut. Tidak itu saja, ruang gereja pun penuh dengan dekorasi daun palem.

Makna Simbol Daun Palem

Apa sebenarnya makna simbol daun palem ini bagi umat? Bagi orang Israel, daun palem memiliki makna kemenangan. Di zaman Romawi, mereka melambaikan daun palem untuk merayakan kemenangan. Selain itu, ada kebiasaan orang Israel mengalasi jalan dengan daun palem sebagai penghormatan bagi orang berkedudukan tinggi di zaman itu.

Satu hal lagi yang menarik, daun palem yang umat bawa saat berbakti di Minggu Palmarum harus mereka bawa pulang dan simpan di rumah sampai kering. Kalau sudah kering, daun itu ditumbuk menjadi abu dan simpan abunya baik-baik untuk Liturgi Rabu Abu tahun depan. Jadi, inilah siklus Liturgi Gerejawi yang berpusat pada Kristus (Christocentris).

Penulis: Boy Tonggor Siahaan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

× How can I help you?