MENJADI PEREMPUAN BIJAK DI ERA DIGITAL

Bagikan:

Oleh : Susi Rio Panjaitan

Ada banyak bentuk penghargaan dan penghomatan kepada perempuan, hal ini dapat terlihat dalam berbagai frasa yang sangat identik dengan perempuan, misalnya : Ibu Pertiwi, Ibu Jari, Ibu Kota, dan Bahasa Ibu. Bahkan ada yang mengatakan bahwa sorga ada di telapak kaki ibu. Di Alkitab ada istilah perempuan bijak, gadis-gadis yang bijaksana dan istri yang cakap untuk menggambarkan perempuan yang dinilai baik. Sedemikian rupalah penghormatan yang diberikan kepada perempuan. Hal ini dapat dipahami karena memang dalam berbagai perannya, banyak sekali harapan sekaligus tanggung jawab yang ditaruh di pundak seorang perempuan. Sayangnya, selain dipuji, ada juga frasa-frasa yang dilekatkan pada perempuan untuk menggambarkan perempuan yang tidak baik. Misalnya, di Alkitab ada frasa perempuan sundal dan perempuan jalang untuk menggambarkan perempuan yang asusila. Ada juga frasa perempuan dursila dan gadis-gadis yang bodoh untuk menggambarkan perempuan yang jahat atau berperilaku tidak baik. Ya, entah ia adalah seorang anak, seorang ibu, seorang istri, seorang menantu, seorang ipar, seorang kakak, seorang adik, seorang tante, seorang nenek, seorang mertua, seorang karyawan, seorang pemimpin, seorang warga masyarakat, maupun sebagai seorang warga gereja, perempuan dituntut untuk dapat melakukan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik. Saat ini ada banyak perempuan yang dicela karena perilakunya bahkan ada sangat banyak yang harus berhadapan dengan hukum.

Tugas dan tanggung jawab perempuan dalam berbagai peran yang disandangnya tidaklah mudah. Pada Amsal 14:1 tertulis: “Perempuan yang bijak mendirikan rumahnya, tetapi yang bodoh meruntuhkannya dengan tangannya sendiri.”  Merujuk pada ayat ini dapat disimpulkan bahwa agar perempuan dapat menjadi seperti apa yang Allah kehendaki sehingga hidupnya dapat menjadi berkat, seorang perempuan harus bijak. Kamus Besar Bahasa Indonesia versi online/daring mengartikan kata bijak sebagai “selalu menggunakan akal budi” (https://kbbi.web.id/bijak). Jadi, dapat disimpulkan bahwa perempuan bijak adalah perempuan yang dalam segala hal berpikir dengan baik; menggunakan akal budi. Dengan kata lain perempuan bijak adalah  perempuan berhikmat. Dalam Amsal 9:10a ditulis: “Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan”, dan pada Amsal 1: 7 terulis: “Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.” Jadi, perempuan bijak adalah perempuan yang berhikmat karena ia takut akan Tuhan. Takutnya akan Tuhan membuat ia menjadi berhikmat dan berpengatahuan sehingga ia menjadi perempuan bijak.

Seperti yang tertulis pada Amsal 14:1, perempuan yang bijak mendirikan rumahnya, tetapi yang bodoh meruntuhkannya dengan tangannya sendiri. Rumah tidak hanya bicara soal bangunan, tetapi lebih dari itu. Rumah merupakan tempat individu dibesarkan dan dididik. Rumah juga tempat berkumpul keluarga. Selain itu rumah merupakan simbol kenyamanan, keamanan, kehangatan, cinta kasih, penerimaan, semangat, relasi yang harmonis, penghargaan, penghormatan, sukacita, rasa percaya diri dan harga diri, keberaniaan dan lain-lain. Rumah adalah tempat pulang sekaligus tempat perawatan dan perbaikan. Rumah selalu dirindukan. Itulah sebabnya adalah ungkapan yang mengatakan “rumahku adalah surgaku”, “rumahku adalah istanaku” dan  “senyaman-nyamannya tinggal di istana orang, lebih nyaman tinggal di rumah sendiri”. Jadi apa yang dimaksud dengan mendirikan rumah?  Mendirikan rumah tidak semata-mata mendirikan sebuah bangunan tetapi juga mencakup menciptakan suasana rumah yang menyenangkan, aman dan nyaman bagi semua orang yang tinggal di dalam rumah tersebut. Sekalipun  sebuah rumah besar, megah dan mewah, tetapi tidak akan menyenangkan bagi siapapun jika di sana tidak ada damai sejahatera. Perempuan bijak membangun rumahnya. Menurut penulis ada beberapa hal yang dapat dilakukan perempuan sebagai upaya membangun rumahnya, yakni:

  1. Membangun dirinya sendiri – Membangun diri sendiri tidak semata-mata mengembangkan pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga membangun karakter dan iman. Pengetahuan dan keterampilan dapat dikuasai dan dikembangkan dengan cara belajar baik secara formal maupun informal. Saat ini, sumber belajar sangat banyak dan mudah diakses melalui internet sehingga orang dapat belajar apapun yang diinginkan secara gratis. Persoalannya apakah kita mau belajar atau tidak. Karakter dan iman tentu hanya dapat terbangun melalui proses berelasi dengan Kristus dalam doa, pembacaan firman Tuhan serta ketaatan kepada firman Tuhan. Pada Roma 10:17 tertulis: “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.” Selain itu, dalam 2 Timotius 3:16 tertulis: “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, dan untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” Jadi, dengan suka akan firman Tuhan serta menghidupi firman tersebut, iman dan karakter perempuan dapat terbentuk. Demikianlah seorang perempuan membangun dirinya sendiri.
  2. Membangun orangtuanya – Dengan cara apakah perempuan membangun orangtuanya? Amsal 17:6a mengatakan bahwa mahkota orang-orang tua adalah anak cucu. Jadi, tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa anak adalah kebanggaan orangtuanya. Perempuan harus hidup dalam kebenaran karena dengan demikian perempuan dapat menjadi kesukaan bagi orangtuanya, seperti yang tertulis dalam 1 Yohanes 3: 4: “Bagiku tidak ada sukacita yang lebih besar dari pada mendengar bahwa anak-anakku hidup dalam kebenaran.” Selain itu, perempuan juga harus taat kepada ayah dan ibunya, bukan semata-mata untuk mendapatkan berkat seperti yang tertulis pada Keluaran 20:12 (Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.) dan Ulangan 5:16 (Hormatilah ayahmu dan ibumu, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, supaya lanjut umurmu dan baik keadaanmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu) tetapi anak yang baik memang harus demikian. Orangtua manakah yang tidak akan bersukacita dan terbangun melihat anaknya hidup dalam kebenaran dan menaruh hormat kepadanya?
  3. Membangun saudara-saudaranya – Rumah menjadi nyaman jika semua orang yang tinggal di rumah tersebut hidup rukun dan damai. Pada Mazmur 133:1-3 tertulis: “…..Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya. Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya.”  Dengan merujuk pada ayat ini, dapat disimpulkan bahwa Allah berjanji akan memberkati dengan melimpah suatu keluarga jika dalam keluarga tersebut  sesama saudara hidup rukun. Hidup rukun sesuatu yang harus diraih melalui proses yang tidak mudah. Jika perempuan ingin membangun rumahnya, maka ia juga harus dapat menciptakan kerukunan dengan saudara-saudaranya.
  4. Membangun rumah tangganya – Ketika seorang perempuan memilih untuk berumah tangga, dalam perannya sebagi seorang istri dan ibu, ia harus dapat membangun rumah tangganya. Kecakapannya akan membuat seisi rumahnya nyaman, aman dan betah tinggal di rumah sehingga ia mendapatkan puji-pujian. Amsal 31 : 10-31 dengan jelas dan detail menjabarkan seperti apa yang dimaksud dengan istri yang cakap sehingga ia mendapatkan puji-pujian : “Istri yang cakap siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga dari pada permata. Hati suaminya percaya kepadanya, suaminya tidak akan kekurangan keuntungan. Ia berbuat baik kepada suaminya dan tidak berbuat jahat sepanjang umurnya. Ia mencari bulu domba dan rami, dan senang bekerja dengan tangannya. Ia serupa kapal-kapal saudagar, dari jauh ia mendatangkan makanannya. Ia bangun kalau masih malam, lalu menyediakan makanan untuk seisi rumahnya, dan membagi-bagikan tugas kepada pelayan-pelayannya perempuan. Ia membeli sebuah ladang yang diingininya, dan dari hasil tangannya kebun anggur ditanaminya. Ia mengikat pinggangnya dengan kekuatan, ia menguatkan lengannya. Ia tahu bahwa pendapatannya menguntungkan, pada malam hari pelitanya tidak padam. Tangannya ditaruh pada jentera, jari-jarinya memegang pemintal. Ia memberikan tangannya kepada yang tertindas, mengulurkan tangannya kepada yang miskin. Ia tidak takut kepada salju untuk seisi rumahnya, karena seluruh isi rumahnya berpakaian rangkap. Ia membuat bagi dirinya permadani, lenan halus dan kain ungu pakaiannya. Suaminya dikenal dipintu gerbang, kalau ia duduk bersama-sama para tua-tua negeri. Ia membuat pakaian dari lenan, dan menjualnya, ia menyerahkan ikat pinggang kepada pedagang. Pakaiannya adalah kekuatan dan kemuliaan, ia tertawa tentang hari depan. Ia membuka mulutnya dengan hikmat, pengajaran yang lemah lembut ada di lidahnya. Ia mengawasi segala perbuatan rumah tangganya, makanan kemalasan tidak dimakannya. Anak-anaknya bangun, dan menyebutnya berbahagia, pula suaminya memuji dia: Banyak wanita telah berbuat baik, tetapi kau melebihi mereka semua. Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi istri yang takut akan TUHAN dipuji-puji. Berilah kepadanya bagian dari hasil tangannya, biarlah perbuatannya memuji dia di pintu-pintu gerbang!”
  5. Membangun relasinya – Selain keluarga, teman adalah pihak yang sangat penting dan berpengaruh bagi seorang perempuan. Zaman sekarang, perempuan dapat berteman dengan siapapun secara luas, baik dengan sesama perempuan maupun yang bukan. Di zaman serba digital ini di mana media sosial sangat banyak, kesempatan untuk berteman dan berjejaring sangat terbuka luas. Siapapun bisa berteman dengan siapapun yang berada di manapun. Tidak ada lagi batasan ruang dan waktu. Perempuan yang bijak pasti dapat membangun relasinya dengan siapapun dengan baik dan benar sehingga relasi tersebut berdampak positif bagi dirinya dan orang lain. Dalam 1 Korintus 15:33 tertulis : “Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.” Perempuan bijak akan selalu menjaga pergaulannya. Perempuan bijak pasti akan menjaga relasinya tetap kudus.
  6. Membangun gerejanya – Gereja merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup perempuan Kristen. Pun sebaliknya, perempuan tidak dapat dilepaskan dari gereja karena peran perempuan sangat besar bagi perkembangan umat dan gereja secara organisasi. Saat ini ada banyak gereja yang mengalami konflik internal dan eksternal. Konflik-konflik ini tentu dapat berdampak negatif pada warga gereja termasuk keluarga-keluarga. Peran aktif perempuan sangat dibutuhkan dalam mencegah maupun mengatasi konflik yang dialami gereja. Perempuan bijak  tidak akan menjadi problem maker dalam gereja, tetapi akan ia berperan aktif dalam pelayanan dan pengembangan gereja.
  7. Membangun bangsa dan negaranya – Apa yang terjadi pada bangsa dan negaranya akan sangat mempengaruhi perempuan dan rumahnya. Sebagai warga negara ia berkewajiban untuk membangun bangsa dan negaranya. Selain berdoa, mematuhi semua aturan atau hukum yang berlaku adalah langkah konkrit yang dapat dilakukan sebagai upaya membangun bangsa dan negara. Membayar pajak yang dibebankan kepada dirinya selaku wajib pajak sesuai dengan apa yang ditetapkan pemerintah adalah salah satu contoh upaya membangun bangsa dan negara. Perempuan bijak akan membangun bangsa dan negaranya.
  8. Membangun bumi dan dunia – Tentu semua mahluk membutuhkan bumi/dunia yang nyaman dan damai. Bumi yang rusak serta dunia yang selalu berkonflik akan berdampak buruk bagi warga bumi termasuk perempuan dan rumahnya. Menjaga kelestarian alam dan turut menjaga ketertiban dunia merupakan salah satu peran yang dapat diambil oleh perempuan, misalnya dengan tidak membuang sampah sembarangan. Hal ini tampak sangat sederhana, tetapi sesungguhnya sangat berdampak.

Dengan tangannya perempuan dapat membangun hal-hal yang baik, yakni membangun rumahnya, tetapi dengan tangannya juga perempuan dapat merubuhkan rumahnya. Amsal 14:1b menyebut perempuan yang merubuhkan rumahnya dengan tangannya sendiri sebagai perempuan bodoh (“Perempuan bodoh meruntuhkan rumahnya dengan tangannya sendiri”.) Di era digital ini kehidupan dan kematian sangat ditentukan oleh bagaimana orang termasuk perempuan menggunakan tangannya. Saat ini smartphone  sudah seperti “pasangan hidup” bagi kebanyakan perempuan. Kemanapun mereka pergi, smartphone selalu menemani. Banyak perempuan tidak bijaksana dalam menggunakan smartphone sehingga mereka mengalami banyak masalah bahkan sampai harus berhadapan dengan hukum.  Contoh perilaku tidak bijak dalam ber-smartphone/gadget antara lain:

  1. Pamer – Ada yang mengatakan bahwa mediasosial adalah arena pamer sehingga semua orang yang menggunakan mediasosial masuk kategori orang yang suka pemer, hanya derajatnya saja yang membedakan. Memang tidak ada yang melarang kita untuk memamerkan apapun yang kita miliki di medsos, tetapi jika kita kebabalasan akan mendatangkan bahaya bagi diri sendiri. Misalnya, ketika kita memamerkan kekayaan kita dalam bentuk apapun, itu dapat memancing orang jahat melakukan hal-hal yang tidak baik pada diri kita sendiri. Ketika kita memamerkan kemesraan kita dan pasangan kita, maka belum tentu semua orang akan terinsipirasi dan senang. Bisa saja kemudian ada yang merencanakan yang jahat kepada kita. Ketika Anda memamerkan anak-anak Anda yang lucu dan menggemaskan, bisa saja para penjahat melihat hal ini dan merencakan penculikan terhadap mereka. Jadi, yang jadi masalah adalah bukan boleh atau tidak boleh pamer di medsos, tetapi apakah itu baik, benar dan bermanfaat? Perempuan bijak akan sangat selektif dan berhati-hati dalam memamerkan apa yang akan dipamerkan di mediasosial.
  2. Memosting hal-hal yang bersifat pribadi/rahasia (masalah pribadi, masalah rumah tangga, masalah keluarga, dan lain-lain) – Jika seorang perempuan memosting hal-hal yang bersifat pribadi ke ranah publik sama saja dengan membuka aib sendiri dan mempermalukan diri sendiri. Masalah pribadi bukan untuk konsumsi publik. Simpati publik belum tentu didapat, malah menimbulkan resiko kehilangan reputasi.
  3. Memosting hal-hal negatif menyangkut seseorang atau lembaga – Kejengkelan ataupun kemarahan yang tidak terkontrol terhadap seseorang atau suatu lembaga dapat membuat orang melakukan perbuatan yang tidak baik, misalnya mengatakan hal yang tidak benar tentang orang atau lembaga tersebut. Hal ini tentu sangat berbahaya. Sudah banyak kasus di mana perempuan terjerat hukum karena masalah seperti ini. Oleh karena itu, jika sedang jengkel/marah/kesal terhadap seseorang atau lembaga, jauhkan diri dari medsos. Jangan sampai emosi negatif tersebut justru membawa kita dalam masalah yang jauh lebih besar dari masalah yang sedang kita hadapi.
  4. Berkomentar dengan sembarangan – Emosi yang berlebihan seperi terlalu gembira, terlalu marah, terlalu sedih atau kurangnya kemampuan menguasai diri dapat membuat perempuan berkomentar sembarangan. Hal ini dapat menimbulkan konflik. Banyak terjadi konflik di medsos berlanjut ke dunia nyata. Perempuan bijak pasti berhati-hati dalam memberikan komentar terhadap apapun.
  5. Memosting/turut menyebarluaskan berita bohong (hoax) – Baik saja tidak cukup tetapi perlu hikmat. Jangan karena merasa suatu berita benar dan merasa itu harus diketahui sebanyak mungkin orang, maka kita menjadi pelaku penyebar hoax. Ini dapat menimbulkan kericuhan di masyarakat dan kita dapat dimintai pertanggungjawaban hukum.
  6. Cyber Bullying – Hal ini tidak hanya terjadi pada anak-anak, tetapi juga terjadi pada  sangat banyak perempuan dewasa. Cyber bullying adalah perilaku yang tidak bijaksana dan dapat melukai orang lain secara psikologis. Perempuan bijak tidak akan melukai siapapun dan tidak akan melakukan bully terhadap siapapun.
  7. Cyber Sex – Saat ini kasus cyber sex yang melibatkan perempuan semakin meningkat dari waktu ke waktu, baik dalam bentuk sexting maupun virtual sex. Sexting dan virtual sex yang dilakukan dengan orang yang bukan suami sah sendiri masuk dalam kategori percabulan dan perzinahan. Percabulan dan perzinahan tentu tidak disukai Allah. Dengan tegas Allah melarang kita melakukan percabulan dan perzinahan. Selain itu, karena sexting dan virtual sex ada dalam ranah cyber, maka sangat berisiko berhadapan dengan hukum.

 

Jika tidak digunakan dengan bijak, smartphone (telepon pintar) dapat membuat penggunanya menjadi stupid (bodoh). Perempuan bijak akan menggunakan semua yang ada padanya (termasuk smartphonenya) dengan bijaksana. Menggunakan gadget dengan bijaksana = membangun rumah tetapi menggunakan gadget dengan tidak bijaksana/sembrono  = merubuhkan rumah. Saat ini kita diperhadapkan dengan pilihan. Memang, mau digunakan untuk apa gadget kita adalah hak kita, memang tidak ada peraturan yang melarang kita untuk bermedsos, tetapi berpikir dengan bijaksana dan berhikmat sebelum melakukan sesuatu akan menghindarkan kita dari resiko masalah yang besar.  Ulangan 30:19 berbunyi: “Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini : kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu.” Pilihan ada di tangan kita, mau kehidupan atau kematian, mau berkat atau kutuk. Pilihan kita tidak hanya berlaku untuk diri kita sendiri, tetapi berlaku juga untuk keturunan kita. Perempuan bijak membangun rumahnya. Perempuan bijak memilih kehidupan dan berkat, untuk dirinya dan keturunannya. (SRP)

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *