Oleh : Susi Rio Panjaitan
“Kak, anak-anak kelas besar/pra-remaja di Sekolah Minggu kami tidak mau bernyanyi. Kalaupun mau, suaranya sangat kecil. Mereka bersepuluh, Guru Sekolah Minggu cuma sendiri, tapi suara Guru Sekolah Minggunya lebih terdengar dari pada suara mereka. Bagaimana ya kak?”
Ini adalah pertanyaan yang hampir selalu ada pada setiap penulis memandu acara Pembinaan Guru Sekolah Minggu di gereja mana pun. Keluhan bahwa Anak Sekolah Minggu terutama yang kelas besar/pra-remaja tidak mau bernyanyi selalu terdengar. Banyak Guru Sekolah Minggu (GSM) menjadi bingung. Bahkan ada GSM yang mengatakan ia atau temannya menjadi marah kepada Anak Sekolah Minggu (ASM) yang tidak mau bernyanyi atau bernyanyi dengan tidak benar (asal-asalan). Yang menjadi pertanyaan adalah: “Apakah benar ASM tidak mau bernyanyi?”, “Apakah benar ASM tidak bisa bernyanyi?”, “Apakah benar ASM tidak suka bernyanyi?”, “Mengapa ASM tidak mau bernyanyi”?. Yuk, dengan memegang asas praduga tak bersalah kita belajar memahami kondisi ini sehingga kita dapat memotivasi ASM (terutama yang kelas besar/pra remaja) untuk bernyanyi!
Di Gereja atau di Sekolah Minggu, bernyanyi bukanlah semata-mata mengeluarkan suara yang merdu untuk menyukakan telinga manusia. Sejatinya, bernyanyi di gereja atau di Sekolah Minggu adalah ekspresi yang tulus melalui suara yang menyatakan pengagungan dan pujian kepada Allah. Dalam Mazmur150:6 tertulis: “Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN! Haleluya!” Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi online/daring (dalam jaringan) mengartikan memuji sebagai 1) melahirkan kekaguman dan penghargaan kepada sesuatu (yang dianggap baik, indah, gagah berani, dan sebagainya), 2) memuliakan (nama Tuhan dan sebagainya) (https://kbbi.web.id/puji). Merujuk pada arti ini, maka dapat disimpulkan bahwa memuji Tuhan adalah upaya memuliakan nama Tuhan karena Tuhan baik. Kata kunci dalam memuji Tuhan yaitu menyadari dan mengakui bahwa Tuhan itu baik. Jadi orang hanya akan dapat memuji Tuhan jika ia menyadari dan mengakui bahwasanya Tuhan itu baik kepada dirinya. Mazmur 118:29 mengatakan: “Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.” Berarti, kebaikan Tuhan seharusnya dapat membuat kita bersyukur dan rasa syukur itulah yang mendorong kita memuji Tuhan melalui nyanyian. Bernyanyi di Sekolah Minggu merupakan upaya mengekspresikan ucapan syukur kepada Tuhan karena Tuhan baik. Hanya orang yang mensyukuri kebaikan Tuhanlah yang dapat bernyanyi memuji Tuhan. Karena yang menjadi dasar menyanyi adalah kasih dan kebaikan Tuhan kepada kita, maka kita harus bernyanyi dengan tulus dan sepenuh hati. Memuji Tuhan harus dilakukan senantiasa dan harus menjadi gaya hidup orang Kristen karena tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Nya. (baca Ratapan 3:1-2). Itulah sebabnya dalam setiap ibadah/kebaktian termasuk ibadah/kebaktian Sekolah Minggu selalu ada kegiatan/acara bernyanyi.
Selain sebagai ungkapan syukur kepada Allah, bernyanyi juga merupakan cara yang dilakukan manusia untuk mengungkapkan isi hatinya/perasaannya. Segala kesedihan dan ratapan dapat disampaikan kepada Allah melalui nyanyian. Dengan nyanyian orang juga dapat menyaksikan kebaikan dan keagungan Tuhan dalam hidupnya. Melalui nyanyian yang dinyanyikannya, orang juga dapat mengajak orang lain untuk melihat dan menikmati kebaikan Tuhan dan mengajak orang banyak untuk turut memuji dan menyembah Tuhan. Lalu, mengapa Anak Sekolah Minggu (terutama yang kelas besar/pra remaja) tampak enggan bernyanyi?
Pada umumnya orang, termasuk ana-anak suka bernyanyi, terlepas apakah orang itu pintar bernyanyi atau tidak. Selain bermain, anak-anak suka bernyanyi. Begitu mendengar suara musik, biasanya anak-anak langsung terstimulasi untuk bernyanyi atau bersenandung sambil menggoyangkan tubuhnya. Ia akan langsung ikut bernyanyi walaupun artikulasinya belum sempurna dan nadanya belum tepat. Itulah respon anak-anak ketika mendengar suatu musik atau nyanyian, apalagi jika itu adalah nyanyian yang ia sukai. Dengan riang gembira tanpa rasa malu anak akan bernyanyi sambil bergoyang. Hal ini memang terjadi juga pada orang dewasa tetapi tidak seekspresif anak-anak. Walaupun demikian, ada kelompok usia anak yang dalam masa perkembangannya tampak seolah-olah tidak suka bernyanyi dan sangat sulit diajak bernyanyi. Mereka adalah anak-anak dalam kelompok usia 10-13 tahun yang di Sekolah Minggu dikategorikan sebagai anak kelas besar/pra remaja. Guru Sekolah Minggu harus memahami siapa mereka dan mengapa mereka demikian sehingga dapat berempati dan dapat membimbing mereka bernyanyi memuji Tuhan di Sekolah Minggu.
Terkait dengan pertumbuhan dan perkembangannya, anak-anak pra remaja sedang memasuki masa berbagai perubahan dalam tubuh mereka. Perkembangan hormon menjadi salah satu penyebabnya. Pada anak laki-laki, hormon ini menyebabkan terjadinya perubahan suara. Suara mereka menjadi lebih berat dan pecah. Tidak semua anak dengan mudah dan cepat menerima dan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi pada tubuh mereka ketika masa jelang remaja. Banyak di antara mereka bahkan menjadi tidak percaya diri. Mereka menyadari sudah terjadi perubahan yang signifikan dengan suara mereka di mana suara mereka terdengar berat dan pecah. Hal ini membuat mereka tidak percaya diri sehingga enggan untuk bernyanyi. Mereka menyadari suara mereka yang sedang berat dan pecah itu tidak merdu dan sering membuat orang tersenyum bahkan tertawa mendengarnya. Belum lagi jika ditambah candaan orang terkait suara mereka. Selain itu, anak di kelompok usia ini cenderung merasa sudah besar, bukan anak kecil lagi. Jadi, mereka sudah tidak mau diperlakukan seperti anak kecil. Inilah salah satu yang menjadi penyebab mereka enggan bernyanyi dengan “gaya Sekolah Minggu” yang mereka anggap gaya “anak kecil” padahal mereka merasa “sudah besar”.
Jadi, apa yang dapat dilakukan oleh Guru Sekolah Minggu agar dapat menstimulasi semua kelompok usia Anak Sekolah Minggu bernyanyi memuji Tuhan dengan sukacita?
Pertama: Memahami bahwa Sekolah Minggu adalah bagian dari gereja dan aktifitas yang dilakukan di Sekolah Minggu merupakan aktifitas kebaktian sebagaimana halnya dengan yang dilakukan di gereja yang dihadiri oleh anggota-anggota jemaat yang berusia dewasa. Menurut Kamur Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kebaktian adalah upacara agama dalam gereja (berdoa, menyanyikan puji-pujian) (https://kbbi.lektur.id/kebaktian#:~:text=Menurut%20Kamus%20Besar%20Bahasa%20Indonesia,%2C%20menyanyikan%20puji%2Dpujian). Tentu saja di dalamnya termasuk juga mendengarkan kotbah/firman Tuhan. Di dalam kebaktian, termasuk kebaktian Sekolah Minggu, ada aktifitas berdoa, menyanyikan pujian-pujian dan mendengarkan firman Tuhan. Jadi, bernyanyi merupakan bagian dari kebaktian sehingga harus dilakukan dengan sukacita dan sepenuh hati.Pemahaman ini harus diberitahukan kepada Anak-anak Sekolah Minggu (ASM) sehingga mereka mengerti makna kebaktian dan menjalani kebaktian dengan baik sebagaimana semestinya termasuk bernyanyi.
Kedua: Menanamkan pada ASM bahwa bernyanyi adalah salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mengungkapkan rasa syukur dan pujian kepada Allah. Layaklah Allah menerima pujian dari kita karena Ia sangat baik kepada kita. Setiap saat Allah menyertai dan memberkati kita. Kasih Allah kepada kita begitu besar. Dalam Yohanes 3:16 tertulis: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”. Dengan menyadari dan meyakini betapa kasih Allah begitu besar kepada umat manusia dan oleh karena itu kita bersyukur, akan menolong dan memudahkan ASM untuk membuka suara bernyanyi menaikkan syukur dan memuji Tuhan.
Ketiga: Memberi pemahaman kepada ASM bahwa selain sarana untuk mengungkapkan syukur kepada Allah, nyanyian adalah sarana kita menyaksikan kepada orang banyak tentang kasih, kebaikan dan keagungan Tuhan dan mengajak orang-orang untuk turut menyembah dan memuliakan Allah. Tanamkan juga pada ASM bahwa melalui nyanyian kita juga dapat mengungkapkan isi hati dan keinginan kita kepada Allah. Pemahaman ini akan membantu ASM makna dari bernyanyi sehingga mereka dapat bernyanyi dengan sungguh-sungguh walaupun mereka tak memiliki suara yang merdu.
Keempat:Allah melihat hati. Merdu tidaknya suara kita bukan masalah bagi Allah. Yang menyenangkan hati Allah adalah jika kita bernyanyi dengan sungguh-sungguh. Sangat penting menanamkan hal ini pada ASM agar mereka tidak menjadi kecil hati sehingga enggan atau malu bernyanyi hanya karena suara mereka dirasa tidak merdu. Dengan demikian, anak akan menjadi terbiasa bernyanyi dengan hati.
Kelima:Memimpin ASM bernyanyi dengan kreatif. Salah satu kunci agar ASM mau dan dapat bernyanyi dengan baik dan penuh sukacita terletak pada Guru Sekolah Minggu (GSM) sebagai pemandu/pemimpin. Tugas utama pemimpin/pemandu adalah memandu Anak Sekolah Minggu bernyanyi dengan sungguh-sungguh. Oleh sebab itu dalam memandu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh GSM, antara lain:
- Memusatkan fokus/perhatian ASM hanya kepada Tuhan dan lagu yang akan/sedang dinyanyikan agar mereka bisa bernyanyi dengan baik. Himbau ASM untuk fokus pada Tuhan dan nynayian. GSM dalam tugasnya sebagai pemandu haru memperhatikan penampilan termasuk pakaian, sepatu, asesoris dan riasan wajah jangan sampai mengganggu konsentrasi anak sehingga anak malah sibuk memerhatikan atau mengomentari GSM/penampilan GSM.
- Bernyanyi di gereja/Sekolah Minggu saat kebaktian bukanlah ajang pamer bakat. Dengan demikian, tidak boleh ada GSM maupun ASM yang paling menonjol kecuali ia berperan sebagai soloist. Latih ASM untuk bernyanyi (mengeluarkan suara) sesuai dengan porsi msing-masing. Tidak dengan sangat pelan dan juga tidak dengan berteriak-teriak agar suaranya terdengar.
- Sebelum bernyanyi, adalah baik untuk mengingatkan ASM pada betapa besar kasih Allah kepada mereka, sehingga timbul hati yang bersyukur dan lidah menjadi enteng mengucap syukur.
- Pilih lagu dengan lirik yang sesuai dengan tema kotbah/cerita Alkitab yang disampaikan saat itu! Tetapkan tema dari nas Alkitab yang akan diajarkan kepada anak-anak! Misalnya: Temanya: “Bersyukur”, maka lagunya adalah: Bersyukur kepada Tuhan sebab Ia Baik, Kunaikkan Syukur pada-Mu Yesus, dan lain-lain. Selain ini memudahkan anak untuk mengingat apa yang dipelajari di Sekolah Minggu hari itu, hal ini akan menolong anak melihat bahwa semua acara di gereja memiliki konektivitas. Artinya ada keterkaitan kegiatan yang satu dengan kegiatan yang lain dan semua itu merupakan satu kesatuan.
- Memilih nyanyian dengan lirik/syair yang singkat. Bagimanapun juga bernyanyi dengan lirik yang sudah diingat akan memudahkan orang untuk berkonsentrasi dibanding dengan bila bernyanyi sambil melihat teks. Lirik/syair yang singkat lebih mudah diingat dari pada yang yang panjang. Kemampuan kognitif anak sedang dalam proses perkembangan, oleh sebab itu informasi termasuk lirik/syair yang relatif singkat lebih mudah mereka ingat. Jika mereka mengingat dan memahami lirik/syair sebuah lagu, tentu akan memudahkan mereka untuk menghayatinya sehingga hal ini dapat mendorong mereka bernyanyi dengan sungguh-sungguh.
- Guru Sekolah Minggu sudah harus menentukan dan mempersiapkan lagu apa yang dinyanyikan sebelum kebaktian dimulai. Jika GSM belum menyiapkan lagu apa yang hendak dinyanyikan, tentu saja hal ini akan menimbulkan keributan. Dalam banyak kasus, bertanya: “Adik-adik, sekarang kita mau nyanyi apa ya? Ada yang mau pilih lagu?”, cuma trik yang dipakai oleh GSM karena tidak mempersiapkan diri dengan baik. Hal ini harus dihindari agar acara dapat berlangsung dengan tertib, tetap hikmat walaupun penuh kegembiraan ala anak-anak.
- GSM harus menguasai lirik, nada dan gerakannya. Bagaimana dapat memandu dengan baik jika GSM sebagai pemandu tidak menguasai lirik, nada dan gerakannya dengan baik? Akan timbul keributan di Sekolah Minggu. Kebaktian tidak lagi berjalan dengan hikmat dan menyenangkan tetapi menjadi berantakan. Tentu ini akan merusak pemahaman anak akan arti dan makna kebaktian di Sekolah Minggu. Selain itu, jika GSM tidak melakukan persiapan dengan baik termasuk menyiapkan lagu-lagunya, hal ini dapat mengganggu kredibilitas GSM sebagai pelayan dan guru yang adalah teladan bagi Anak-anak Sekolah Minggu. GSM tersebut akan dilabel sebagai GSM yang tidak profesioanal dan tidak serius dalam pelayanan di Sekolah Minggu.
- Memilih nyanyian dengan lirik/syair dengan bahasa yang mereka mengerti. Sekolah Minggu adalah tempat berkebaktian dan belajar bagi anak-anak dengan rentang usia 0 sampai dengan sekitar 12 atau 13 tahun. Pada usia ini anak sedang bertumbuh dan berkembang dalam segala aspek termasuk aspek kognitif dan berbahasa. Jika dalam lagu-lagu tersebut terdapat kosa kata yang tidak umum bagi anak (sekalipun itu bahasa Indonesia), maka tentu saja anak tidak dapat memahaminya dan akan menyulitkan bagi anak untuk menghayatinya. Oleh karena itu, jika dalam suatu nyanyian ditemukan ada kosa kata yang tidak umum bagi anak-anak, GSM harus menjelaskan kepada anak arti kata tersebut sehingga anak menjadi paham.
- Menentukan nada dasar yang tepat untuk anak. Dalam memandu ASM bernyanyi, yang menjadi patokan adalah suara anak pada umumnya dan bukan semata-mata suara GSM sebagai pemandu. Jangan sampai karena nada dasar tidak pas untuk anak, misalnya terlalu rendah atau terlalu tinggi sehingga anak tidak dapat bernyanyi. Perlu diingat, dalam kebaktian ASM bukan penonton dan bukan sedang menonton GSM bernyanyi tetapi mereka adalah pelaku dari kebaktian. Dengan demikian, anak harus turut bernyanyi. Oleh karena tiu, memperhatikan nada dasar merupakan hal yang penting untuk diperhatikan.
- Jika menggunakan bahasa “asing”, harus dijelaskan apa artinya. Tidaklah salah jika nyanyian yang dipilih menggunakan bahasa asing. Yang dimaksud bahasa asing bagi anak bukan hanya bahasa internasional seperti bahasa Inggris, bahasa Mandarin dan lain sebagainya, tetapi juga bahasa daerah yang asing di telinga anak-anak. Jika menggunakan bahasa asing, beritahukan kepada anak apa artinya agar anak paham dan dapat menghayatinya sehingga dapat bernyanyi dengan baik.
- Jika anak tampak tidak menguasai lagu, baik lirik maupun nadanya, lebih baik segera beralih pada lagu lain yang dikuasai oleh anak. Hal ini untuk menghindari kejadian “GSM nyanyi sendiri” atau keadaan menjadi tidak tertib karena ASM mulai melakukan hal-hal lain seperti ngobrol atau bercanda.
- Jika ingin mengajarkan lagu baru, cukup 1(satu) saja. Terlalu banyak lagu baru yang diajarkan dalam satu kali pertemuan dapat membuat kebaktian Sekolah Minggu menjadi terganggu.
- Lakukan berbagai kreasi dalam bernyanyi seperti tepuk tangan, sahut-sahutan, kanon, gerakan, menirukan suara, dan lain-lain. Variasi yang tepat dalam bernyanyi dapat menambah semangat anak-anak.
- Tidak memaksa, tidak menertawakan dan tidak menegur di depan orang banyak ASM yang dianggap bernyanyi tidak sungguh-sungguh. Dalam kebaktian Sekolah Minggu, Anak Sekolah Minggu terutama yang kelas besar/pra-remaja sering tampak bernyanyi tidak sungguh-sungguh. Hal ini sebetulnya bukan karena mereka tidak menghormati kebaktian tetapi besar kemungkinan karena kondisi pribadi mereka. Pada masa pra-remaja terjadi perubahan signifikan pada tubuh dan suara. Perubahan ini dapat membuat mereka menjadi tidak nyaman bahkan menjadi tidak percaya diri. Suara mereka yang pecah (pada anak laki-laki) dapat membuat mereka menghindar dari aktifitas bernyanyi. Kondisi harus dipahami oleh GSM sehingga tidak perlu mengkritik, menegur atau menertawakan suara mereka. Ini dapat membuat mereka menjadi malu, merasa tambah tidak nyaman dan akhirnya tidak mau lagi datang ke Sekolah Minggu. GSM dapat tetap bernyanyi dengan baik tanpa merisaukan atau mengomentari suara mereka.
- Menceritakan kepada anak tentang latar belakang lagu itu. Memahami kisah di belakang terciptanya suatu lagu dapat membuat orang makin menghayati lagu tersebut sehingga dapat menyanyikannya dengan sepenuh hati. Oleh karena itu, adalah baik jika GSM mencari tahu latar belakang terciptanya suatu lagu dan menceritakannya kepada ASM.
- Menggunakan alat bantu (media). Walaupun sebaiknya menyanyikan lagu yang sudah dihafal sangat menyenangkan dan dapat membuat orang lebih fokus, ada kalanya dan tak bisa dihindari bahwa ada anak yang tidak hafal semua nyanyian yang sudah disusun oleh GSM. Oleh sebab itu, menggunakan alat bantu seperti papan tulis untuk menulis syair atau komputer yang sudah tersambung dengan infokus/LCD akan sangat menolong. Selain itu, dapat juga menggunakan alat peraga manual untuk membantu visualisasi.
Perhatian
Setiap gereja punya kebijakan/peraturan baik liturgi, lagu-lagu yang boleh dinyanyikan saat ibadah/kebaktian Sekolah Minggu, gaya, cara dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, adalah baik jika GSM memahami segala aturan dan kebibajakan di gereja tempatnya melayani sehingga semua dapat berlangsung dengan baik dan tertib.