Bacaan:
“Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!” — Mazmur 128:1
Tanggal: 01 Juli
Banyak orang mendambakan memiliki keluarga yang harmonis dan bahagia, termasuk juga kita sebagai keluarga Kristen.
Mungkin kita pernah mendengar ada juga keluarga Kristen yang sering bertengkar, ribut, terjadi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), broken home, hubungan antara anggota keluarga tidak harmonis, saling mencurigai satu sama lain, bermusuhan satu sama lain, dan bahkan sampai melakukan tindak kriminal.
Melihat keluarga umat Tuhan (baca: Kristen) yang seperti itu tentu sungguh mengerikan. Mungkin kita bertanya: Koq bisa?
Kenyataannya memang hal seperti itu bisa terjadi. Bahkan kita sendiri dapat menemukan bukti konkritnya di dalam Alkitab. Sebagai contoh, Keluarga Raja Daud di mana anak-anak Daud saling bertengkar bahkan saling membunuh. Absalom sendiri pun ingin membunuh Daud, ayahnya (baca 2 Sam. 15:13-37).
Mengapa hal seperti itu bisa terjadi pada keluarga umat Tuhan? Di mana sebenarnya yang menjadi sumber utama penyebab kerusakan dalam kehidupan keluarga umat Tuhan?
Saudara-saudari dalam Kristus, jika kita kembali membaca ulang ayat di awal tulisan ini, Mzm. 128:1, kita memperhatikan ada dua kata kunci yang patut kita garis bawahi, yaitu:
- takut akan TUHAN, dan
- hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya.
Pertama, pondasi utama untuk memperoleh kebahagiaan dalam keluarga adalah takut akan Tuhan. Pondasi yang kuat menentukan kekokohan bangunan dalam menghadapi berbagai goncangan dan badai.
Takut akan Tuhan berbicara mengenai ketaatan dan kesetiaan. Ketaatan terkait dengan disiplin dan mengikuti segala aturan sesuai dengan jalurnya yang benar. Sementara, kesetiaan menyangkut menomorsatukan atau mengutamakan Tuhan dalam segala hal dengan tidak terpengaruh oleh hal lain.
Terkadang, manusia menjadi tidak setia kepada Tuhan karena tidak lagi menomorsatukan Tuhan. Alih-alih, manusia menomorduakan atau menomorkesekian Tuhan. Tuhan tidak menjadi yang terutama dalam hidupnya karena terpengaruh hal lain, seperti kekayaan, kehormatan, dan kedudukan.
Yang kedua, yang patut kita lakukan adalah hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya. Ini juga ketaatan itu seperti yang dijelaskan di atas.
Tuhan sudah membuat rambu-rambu agar kita mengikuti jalan yang ditunjukkan-Nya. Rambu-rambu atau aturan-aturan itu ada yang sudah mutlak dan tidak bisa kita tawar-tawar lagi, yaitu: 10 Perintah Tuhan. Itu wajib kita ikuti. Kalau kita melanggar, maka kita berdosa. Karena itu, kita butuh pengampunan dosa dari Tuhan dan setiap saat kita patut bertobat.
Selain itu, rambu-rambu lain yang perlu kita perhatikan adalah menjaga kekudusan diri sendiri. Untuk memperoleh kekudusan itu, kita perlu menjalin persekutuan dengan Tuhan. Di masa Perjanjian Lama, agar kita dinyatakan kudus atau tahir, kita harus mengikuti Hukum Taurat di mana ada penumpahan darah korban hewan untuk penebusan dosa dan pendamaian.
Namun demikian, di masa Perjanjian Baru, Kristus telah menjadi kurban dan korban untuk penebusan dosa dan pendamaian satu kali untuk selamanya. Sekarang, melalui Gereja Tuhan, kita datang berbakti, beribadah, atau misa, mengaku segala dosa kita agar memperoleh pengampunan-Nya. Akan tetapi, kita juga harus berjanji untuk bertobat dan memelihara hidup kudus yang diberikan Tuhan kepada kita.
Sahabat Onesimus, demikianlah renungan singkat ini. Kiranya para sahabat menjadi keluarga umat Tuhan yang senantiasa memelihara kekudusan dari Tuhan dan Tuhan memberkati hidup Saudara. (BTS)
Leave a Reply