Bacaan:
Berilah keadilan kepada orang yang lemah dan kepada anak yatim, belalah hak orang sengsara dan orang yang kekurangan! — Mazmur 82:3
Tanggal: 09 Juli
Rasanya tidak pernah ada orang yang mengharapkan menjadi yatim-piatu. Apalagi ketika ia merasa masih memerlukan bimbingan orangtuanya. Menjadi yatim-piatu merupakan suatu peristiwa saat seseorang akan merasa takut karena ditinggal sendirian dan merasa tidak-pasti pada apa yang akan terjadi.
Ketika kita sedang mengalami pergulatan hidup dan Tuhan seakan-akan diam membisu, kita merasa seperti yatim-piatu yang ditinggalkan. Pergulatan hidup bisa bermacam-macam bentuknya. Sebagai contoh, yang tadinya punya pekerjaan tiba-tiba kehilangan pekerjaan; dari yang sebelumnya makmur sekarang menjadi pas-pasan atau bahkan kekurangan; dari yang tadinya sehat kemudian menjadi sakit; dan lain sebagainya.
Namun Yesus telah berjanji bahwa Ia melalui Roh Kudus, akan menuntun kita selalu.
Lalu apa yang harus kita lakukan?
Allah dapat menggunakan berbagai cara untuk menggambarkan hubungan-Nya dengan umat manusia. Ia menggunakan istilah kekeluargaan. Mengapa kekeluargaan? Karena keluarga menjadi tempat perlindungan, rasa aman dan nyaman, dan damai sejahtera.
Seorang bapak menjadi kepala keluarga sudah seharusnya menjadi tempat bagi anak-anaknya dan juga ibu anak-anak memperolehperlindungan, rasa aman dan nyaman, dan damai sejahtera tersebut. Bayangkan seandainya si anak kehilangan bapaknya dan bahkan kehilangan ibunya. Kepada siapakah si anak mendapatkan perlindungan, rasa aman dan nyaman, dan damai sejahtera tersebut?
Tentu saja dari pihak keluarga terdekatnya dari si anak tersebut. Terkadang di sinilah yang menjadi persoalannya. Pihak keluarga terdekat belum tentu mau menerima kehadiran si anak dalam keluarganya. Apalagi keluarga tersebut masih banyak masalah dalam rumah tangganya.
Pada bacaan Mzm. 82:3 inilah, Allah mengingatkan kita agar peduli kepada anak yatim(-piatu). Allah meminta kita memberi keadilan dan membela hak anak yatim.
Walaupun anak yatim-piatu tidak ada garis keturunan kita, Allah meminta kita dapat menjadi keluarga bagi anak yatim-piatu tersebut. Di sinilah Allah menggugah kita akan makna kekeluargaan. Kita dan gereja patut memiliki keberpihakan kepada kesengsaraan dan tangisan anak yatim-piatu.
Seorang anak yatim-piatu membutuhkan sosok bapak dan sosok ibu yang mengasihinya. Kita semua butuh dikasihi, disayangi, dilindungi, dan dihargai. Secara ideal, seorang ayah dan ibu jasmani akan memenuhi kebutuhan kita akan hal-hal itu. Ketika si anak kehilangan orangtuanya, maka kitalah yang menjadi orangtua mereka secara tidak langsung. Namun jika kita tidak mampu, maka Allah tetap dapat memenuhinya.
Para sahabat Onesimus, kami dari KOMUNITAS ONESIMUS ingin mengajak Saudara menjadi orangtua untuk anak-anak di Panti Asuhan dengan mendukung sarana belajar mereka.
Kami akan menyalurkan dukungan Saudara berupa buku-buku, alat tulis sekolah, dan sebagainya. Jika Saudara terbeban bersama kami, berikan dukungan Saudara baik berupa materi maupun doa.
Kiranya anak-anak yatim-piatu di Panti Asuhan yang Saudara dukung merasakan kekeluargaan tersebut. Tuhan memberkati kita semua, terutama anak-anak yatim-piatu di manapun berada. (BTS)