Bacaan:
Maka Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka. — Markus 9:36
Tanggal: 10 Juli
Ada kejadian ketika Yesus mengajar orang banyak, Ia melibatkan anak kecil pada saat memberikan pengajaran kepada orang-orang yang mendengarkan-Nya. Pernahkah terpikirkan oleh kita, mengapa hal ini dituliskan di dalam Alkitab? Mengapa juga Yesus memakai anak kecil? Padahal ada banyak media yang bisa Yesus pakai untuk menyampaikan pengajaran-Nya.
Saya membayangkan, ketika kita berada dalam suatu acara yang penuh dengan orang banyak tentunya kehadiran anak kecil akan sangat merepotkan. Namanya anak kecil, tingkah mereka penuh dengan spontanitas.
Kalau mereka bosan, mereka uring-uringan. Saat mereka menginginkan sesuatu, langsung minta sambil merengek. Melihat sesuatu yang tidak biasa, mereka, langsung komentar.
Inilah sebagian sikap kekanak-kanakan anak kecil. Maka tidak heran, pada saat kita sibuk tanpa kita disadari, kita sering menolak kehadiran mereka. Kita menganggap apa yang kita lakukan lebih penting dari apa yang mereka kerjakan. Kita beranggapan dunia mereka sekedar bermain tentunya tidak ada nilai komersialnya.
Namun Yesus memiliki penilaian berbeda terhadap anak kecil. Di hadapan Yesus, mereka sangat berharga.
“Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga.” (Mat. 18:10).
Betapa berharganya anak kecil, sampai Yesus mengatakan: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga. Bisa kita bayangkan betapa spesialnya mereka, sehingga mereka bisa punya malaikat di sorga?
Yesus saja begitu menghargai anak kecil. Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita memiliki penilaian yang sama dengan Yesus terhadap mereka? Terlebih orangtua yang dianugerahkan anak, bukan kepercayaan kecil yang Tuhan berikan. Peran orangtua tidak sekadar melahirkan mereka ke dunia ini atau memberikan kebutuhan materi untuk fisik mereka. Ada tanggung jawab besar yang diemban dan hasilnya dipertanggungjawabkan kepada Tuhan.
Anak kecil adalah makhluk lemah, mempunyai banyak keterbatasan. Orangtua atau orang dewasa yang mendampingi merekalah wajib menanggung kelemahan mereka.
Orangtua wajib mengasuh mereka dalam hal memelihara, merawat, melindungi, mendidik, mengajar, menyekolahkan dan mencukupkan kebutuhan lainnya, sehingga mereka sejahtera.
Orangtua bertanggung jawab menjadi teladan kepada anak terlebih di dalam proses tumbuh kembang mereka. Anak lewat apa yang dia lihat dan dengar akan menjadikan itu panutannya.
Di sinilah orangtua atau orang dewasa harus waspada di dalam bertutur kata, bertindak dan bersikap agar jangan sampai menciptakan anak-anak yang tersesat.
Yesus mengatakan: “Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut (Markus 9:42). Jadi, mari kita menjadi teladan untuk menyelamatkan anak-anak kita. (TRP)