Bacaan:
Mahkota orang-orang tua adalah anak cucu dan kehormatan anak-anak ialah nenek moyang mereka. — Amsal 17:6
Tanggal: 14 Juli
Kata-kata hikmat Salomo banyak memberikan pengajaran kepada keluarga, bukan untuk orang dewasa saja, tetapi juga untuk semua usia. Ada juga didikan untuk anak-anak. Ini artinya, anak-anak itu berharga. Dalam Ams. 17:6 menuliskan: “Mahkota orang-orang tua adalah anak cucu.” Tentunya kita tahu mahkota bukan? Mahkota itu ditaruh di kepala, bagian tertinggi anggota tubuh, sehingga semua orang dapat langsung melihat.
Orang yang menggunakan mahkota sebagai aksesoris biasanya bertujuan ingin mempercantik penampilannya. Dulu saya sering menonton televisi acara kontes kecantikan, seperti: Puteri Indonesia, Miss Indonesia, dan Miss Universe. Bagi peserta yang memenangi kontes maka ia akan dianugerahi mahkota. Penaruhan mahkota di kepala si juara bukan lagi untuk sekadar mempercantiknya sekalipun ini kontes kecantikan. Saya juga melihat yang menaruh mahkota tersebut biasanya orang penting yang memiliki jabatan. Ia diundang secara khusus untuk melengkapi kemeriahan acara di acara puncak.
Mahkota merupakan simbol atau tanda kehormatan, kebesaran dan pengakuan. Di masa kini, kita bisa melihat mahkota masih digunakan dalam sebuah seremoni. Dalam sebuah negara yang bentuk pemerintahannya monarki atau kerajaan, seperti Inggris mahkota diberikan kepada Raja atau Ratu. Mereka diakui secara hukum sebagai pemangku jabatan tertinggi, sehingga mereka mendapatkan penghormatan dan hak-hak khusus.
Salomo mengatakan “mahkota” orang-orang tua adalah “anak cucu”. Ini menggambarkan betapa berharganya anak-anak, sehingga disimbolkannya sebagai mahkota.
Apa yang kita lakukan terhadap sesuatu atau barang berharga yang kita miliki? Tentu kita jaga baik-baik. Ada upaya yang kita lakukan baik itu dengan merawat dan menjaganya agar tidak rusak apalagi hilang.
Kita rela mengorbankan waktu, tenaga, uang bahkan emosi. Misalnya mobil atau motor adalah barang berharga bagi kita. Umumnya yang kita lakukan agar ia tetap dalam kondisi prima, antara lain: mengisi bahan bakar yang sesuai, rutin ganti oli, membersihkannya secara teratur dan menambahkan asesoris.
Ketika barang berharga tersebut memiliki tujuan tertentu bagi kita, ada perlakuan ekstra yang diberikan. Misalnya sebuah mobil atau motor bagi seorang atlet balap tentunya perawatan kendaraan balap mereka mengikuti standar yang ada, tidak sama dengan dilakukan orang-orang awam.
Selain dalam memperhatikan kendaraannya, para pembalap juga memperhitungkan kapasitas dan kapabilitas diri mereka, sehingga mampu menguasai kendaraan, lapangan, waktu dan diri mereka sendiri.
Demikian pula dengan anak. Mereka adalah mahkota orangtua. Ketika orangtua dianugerahi mahkota, jangan sampai mahkota itu diambil lagi. Pernah ada peristiwa di ajang kecantikan terjadi pencopotan paksa mahkota pemenang karena ia ketahuan tidak memenuhi salah satu kriteria. Sungguh memalukan dan menyedihkan bukan? Allah memberi anak kepada orangtua oleh karena kasih karunia-Nya semata. Tidak semua orang diberi kesempatan memiliki anak dan generasi selanjutnya. Ini berkat yang luar biasa.
Allah tahu dengan siapa Dia akan bekerja sama dan memutuskan memberinya memiliki anak. Orang itu pastilah orang yang memenuhi kriteria yang ditetapkan Allah sehingga mempercayakan anak itu ke tangannya. Setiap ketetapan Allah itu mutlak, tidak ada yang dapat mengganggu gugat sekalipun ada yang merengek-rengek minta diubah.
Apa yang harus dilakukan orangtua agar anak cucu mereka bisa menjadi mahkotanya? Tentu tidak bisa hanya dengan berdiam diri saja. Orang yang bijak akan mempersiapkan diri agar kelak anaknya bisa menjadi mahkota. Orang itu akan memperlengkapi dirinya dengan pengetahuan berbagai hal tentang anak, baik dalam mengasuh, memelihara, merawat dan mendidik anak.
Anak harus dididik sejak dini, bukan setelah anak masuk sekolah. Semua hal perlu diajarkan kepada anak namun dengan catatan harus memperhatikan usia anak, kemampuan anak, situasi-kondisi dan bagaimana cara penyampaiannya. Tidak mudah.
Bagaimana agar semua ini bisa dilakukan orangtua? Caranya, orangtua harus belajar dan mencari tahu sebanyak-banyaknya bahkan bertanya kepada ahlinya dan orang-orang yang berpengalaman.
Mahkota jika tidak dirawat bisa kotor dan rusak bahkan hilang jika tidak dijaga. Anak-anak jika tidak dididik, banyak kemungkinan buruk yang bisa terjadi. Tidak berkembang, tidak mandiri, tidak bisa bekerjasama, tidak mampu berkompetisi, suka mengeluh dan menyalahkan orang lain, hidup dalam pergaulan bebas bahkan mengalami gangguan kesehatan mental. Jika ini terjadi, bagaimana orangtua mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan?
Kemudian Salomo melanjutkan kalimatnya dengan menulis “kehormatan anak-anak ialah nenek moyang mereka.” Kehormatan (LAI) atau “glory” (KJV) merupakan ungkapan untuk menyatakan hormat; penghargaan; kekaguman; pujian besar. Pastinya terhadap sesuatu yang berharga.
Biasanya, manusia kalau sudah bicara tentang kehormatan, ini merupakan harga mati, menyangkut harga diri. Ia akan menjaganya sedemikian rupa sehingga tidak boleh ada yang mengganggunya. Bagi siapa pun coba-coba untuk melecehkan, ia akan berjuang mati-matian membela dan mempertahankannya. Bisa kita bayangkan, orangtua atau nenek moyang seperti apa, sehingga menjadi kehormatan anak-anak? Tentunya mereka adalah orangtua dan nenek moyang yang hidupnya menjadi teladan. Selalu memberikan contoh yang baik sehingga layak digugu. Orang lain selalu melihat hal-hal baik yang mereka lakukan. Orangtua yang bisa menjadi teladan akan mendapatkan anak-anak yang memahkotainya.
Leave a Reply