Membangun Keluarga Kristen yang Harmonis

Keharmonisan

Bacaan:

Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah. — Maleakhi 4:6

Tanggal: 17 Juli

Di zaman now yang notabene dijuluki zaman serba canggih dan digital, ternyata tidak dapat menjamin keharmonisan dalam keluarga. Cukup banyak keluarga yang broken home (kekeluargaan yang retak/tidak akur), perceraian atau pisah ranjang, kenakalan remaja, pergaulatan bebas, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), dan sebagainya. Hal-hal seperti ini pun sudah menggerogoti keluarga Kristen. Bagaimana kita mengantisipasi hal seperti ini?

Salah satu hal yang harus kita miliki dalam keluarga kita adalah keharmonisan. Keharmonisan adalah sesuatu yang yang mencairkan kebekuan dalam relasi antara anggota keluarga.

Apakah keharmonisan itu? Keharmonisan (sebagai kata sifat) berasal dari kata “harmonis” (kata benda takwujud). Harmonis itu sendiri adalah sesuatu yang menunjukkan kehidupan yang seia sekata dan sehati sepikir (sebagaimana kata Rasul Paulus dalam beberapa surat pastoralnya). Sementara, keharmonisan merupakan usaha untuk mencari dan memperjuangkan keselarasan dalam hidup.

Tujuannya agar tercipta keseimbangan dan keselarasan, serta menikmati kehidupan damai dan terciptanya kerukunan/keteraturan.

Perhatikanlah bahwa Tuhan menciptakan alam semesta dengan keharmonisan. Lintasan jutaan bahkan milyaran bintang dan komet tidak ada satupun yang saling bertabrakan. Demikian pula tata surya dan planet-planet yang mengitarinya membentuk lintasan yang harmonis.

Jadi sejak awal penciptaan, Tuhan sudah menciptakan segala sesuatu secara harmonis, termasuk manusia pertama (Adam dan Hawa) yang hidup di Taman Eden sudah harmonis. Namun sayang, manusia jatuh dalam dosa, sehingga tidak harmonis lagi relasi manusia dengan Allah dan relasi manusia dengan makhluk hidup lainnya dan alam.

Ketidakharmonisan membuat manusiahanya mementingkan diri sendiri (egois), yang penting saya senang dan bahagia. Ia tidak peduli dengan kehidupan keluarga apalagi orang lain. Bahkan tidak peduli dengan alam dan makhluk hidup lainnya.

Kehidupan yang egois menguasai banyak orang. Persaingan yang tidak sehat merajalela. Semua orang ingin menang dengan menghalalkan segala cara. Hal-hal tersebut sudah merasuki juga keluarga-keluarga Kristen, sehingga kehidupan keluarga menjadi kacau dan berantakan.

Firman Tuhan saat ini menegaskan tentang tujuan diutusnya Elia untuk memulihkan hubungan antara bapa dan anak; mereka kembali pada iman yang benar melalui pertobatan. Tuhan ingin umat Israel bertobat menjelang hari Tuhan.

Pertobatan itu mendatangkan persatuan dan kerukunan di antara mereka yang dahulunya bermusuhan. Tujuannya agar tercipta kembali damai sejahtera (syalom) dalam keluarga dan masyarakat. Dengan demikian, murka Tuhan tidak menimpa mereka. Jika mereka tidak bertobat maka Tuhan akan datang memukul bumi (tanah), sehingga musnah atau dipukul dengan kutukan.

Dalam hal ini, kita patut memulihkan hubungan dalam keluarga baik orangtua dan anak, kakak-beradik maupun hubungan dengan Tuhan. Ini harus menjadi prioritas dalam kehidupan orang percaya sebab pemulihan hubungan merupakan faktor penting dalam kehidupan beriman.

Bagaimana mungkin kita mengatakan bahwa saya mengasihi Tuhan padahal kita tidak mengasihi saudara kita? Ini adalah sebuah pembohongan dan Tuhan sangat membenci hal tersebut.

Untuk itu, pelayanan kasih dalam keluarga sangat penting dalam membangun keharmonisan satu dengan yang lain sebagai wujud nyata hubungan yang baik kita dengan Tuhan bahkan dengan sesama. (BTS)

0 thoughts on “Membangun Keluarga Kristen yang Harmonis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

× How can I help you?