Orangtua Adalah Pahlawan yang Dapat Dicontoh Anaknya

Bagikan:

Loading

Bacaan:
Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda. (Mazmur 127:4)

Tanggal: 20 Juli

Anak-anak harus dididik sejak dini. Pada usia dini perkembangan otak mereka sangat pesat, mereka mampu menangkap baik semua yang mereka lihat dan dengar, mampu melakukan imitasi, memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi masih mau diatur dan masih dapat dikendalikan orangtua, sehingga berpeluang mendapat kesuksesan di masa depan. Pada usia dinilah orangtua dapat membantu terbentuk karakter yang baik dalam diri anak. Bukan pekerjaan mudah, dibutuhkan orangtua berjiwa pejuang yang terampil, tahan uji, tidak mudah menyerah dan percaya penuh kepada instruksi pemimpinnya, Allah Bapa. Ketika anak-anak berada di tangan yang tepat, demikianlah mereka akan menjadi anak-anak panah di tangan pahlawan.

Di sini orangtua berperan sebagai pemanah yang memegang anak-anak panah untuk membidik sasaran. Sebagai pemanah, ia harus mengetahui gambaran sederhana dari teknik dan keterampilan dasar memanah. Teknik dan keterampilan dasar memanah tersebut antara lain memperhatikan sikap dan posisi badan, tangan dan kaki yang tepat, bagaimana meletakkan anak panah ke busur, bagaimana memegang anak panah dan senar busur, bagaimana posisi busur panah saat ditarik, menghindari membidik terlalu cepat pada saat melepaskan tembakan serta mempertahankan posisi tubuh hingga anak panah mengenai target.

Ketika seorang pemanah akan membidik dan melepaskan tembakan ada teknik memanah yang harus dikuasainya. Kegiatan ini sangat membutuhkan kekuatan, ketahanan, dan fokus. Anak panah itu berbentuk runcing dan tajam, sehingga jika tidak hati-hati bisa melukai diri sendiri atau orang lain. Keberadaan anak panah ditentukan oleh seorang pemanah. Kapan anak panah tersimpan ditabungquiver”, kapan ditarik ke belakang sebelum dilepas, dan kapan siap dilepas untuk meluncur cepat ke sasaran yang dituju. Anak panah melesat cepat atau lambat, tepat sasaran atau tidak, sangat ditentukan dari keterampilan dari seorang pemanah.

Pada zaman Salomo, orang yang lazim melakukan aktivitas memanah adalah prajurit, perwira atau panglima perang. Orang yang siap siaga, dan sedia setiap waktu dikirim ke medan perang. Ketika mereka pergi ke medan perang, banyak orang menaruh harapan besar ke pundaknya untuk pulang membawa kemenangan. Supaya dapat memenangi peperangan maka ia harus memiliki keterampilan memanah. Memanah bukan sekadar menembak, sehingga wajib bagi seorang pemanah menguasai teknik dalam melakukan memanah agar mudah menuju pada titik tujuan.

Dalam Mazmur 127:4, Salomo melukiskan anak-anak : “seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda.” Di sini kita akan fokus pada anak-anak panah di tangan pahlawan atau dengan kata lain si pemanah itu sendiri. Jika Salomo melukiskan anak-anak seperti anak-anak panah, maka si pemanahnya adalah orangtuanya sendiri.

Karena itu orangtua sebagai pemanah harus banyak belajar, berlatih, dan mengasah kemampuan. Semuanya itu si pemanah dapat belajar dari Tuhan melalui firman-firman-Nya. Ia mengikuti petunjukyang diberikan Tuhan, sehingga apa yang dikerjakannya selalu berhasil.

Perhatikanlah bahwa dalam ayat ini orang yang memanah dilukiskan seorang “pahlawan”. Jika menilik dalam bahasa Inggris (King James Version) disebut “a mighty man” atau (New International Version) “a warrior”. Siapakah dia? Dia adalah orang yang memiliki keunggulan tertentu. Memiliki fisik dan mental yang sehat dan kuat, memiliki rasa percaya diri, tidak mudah terpengaruh, tekun, ulet, konsisten, jujur, cerdas mengelola emosi, terampil dan taat pada aturan.

Demikianlah kiranya, kita yang sudah atau kelak menjadi orangtua dapat dianggap sebagai pahlawan yang dapat dicontoh anak-anak kita. (TRP)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *