Bacaan:
Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti. — Mazmur 37:25
Tanggal: 30 Juli
Bacaan renungan kita ini adalah refleksi iman Raja Daud. Daud membandingkan keberhasilan orang fasik dengan orang benar yang takut akan Tuhan.
Orang fasik bisa saja mengumpulkan kekayaan dengan ketekunan dan kerajinan atau dengan kelicikan dan kejahatannya.Hidup orang fasik bisa saja sepertinya secara materi diberkati, tetapi tidak mungkin menjadi berkat secara rohani.
Bagaimana dengan orang benar yang takut akan Tuhan? Orang benar memperoleh keberhasilan tentu dengan jalan yang benar sesuai kehendak Tuhan. Meskipun keberhasilan orang benar tidak sehebat orang fasik, tetapi keberhasilan orang benar selalu menjadi berkat bagi orang-orang lain.
Tentunya kita ingin memiliki kehidupan rumah tangga atau keluarga yang Tuhan berkati dan pada gilirannya kita menjadi berkat.
Bagaimana agar keluarga kita dapat menjadi keluarga yang Tuhan berkati dan menjadi berkat?
Pertama: kita harus memiliki kehidupan yang benar di hadapan Tuhan.
Orang benar tidak didefinisikan sebagai orang yang tidak pernah berbuat dosa atau kesalahan. Orang benar adalah orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan dibenarkan oleh kuasa darah-Nya.
“Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.” (1 Ptr. 18:19).
Orang benar menjalankan kehidupannya dengan cara takut akan Tuhan (Kitab Amsal dan Mazmur seringkali menekankan hal ini).
Takut akan Tuhan mencakup:
- Kehidupan yang senantiasa mendekatkan diri kepada Tuhan;
- Menjauhkan diri dan membenci dosa;
- Melakukan kebenaran firman Tuhan dalam praktek kehidupan sehari-hari.
Mari kita doakan suami kita, istri kita atau anak-anak kita supaya senantiasa hidup takut akan Tuhan. Demikian juga mari kita mulai dari diri kita pribadi lepas pribadi senantiasa berusaha menjadi orang yang takut akan Tuhan dan rendah hati.
Orang benar dijanjikan tidak akan ditinggalkan sampai anak-cucunya meminta-minta, tetapi sebaliknya dijanjikan berkat ada di atas kepala orang benar (bdk. Ams. 10:6).
Kedua: jadilah orang yang penuh dengan kemurahan dan belas kasihan.
Jika keluarga kita tidak mempraktekkan kehidupan yang murah hati dan penuh dengan belas kasihan, jangan harap Tuhan akan memberi kita kemurahan.
“Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah” (Gal. 6:10).
Orang yang kaya secara materi, belum tentu otomatis kaya dalam kemurahan. Tidak jarang kita melihat orang yang semakin kaya, semakin kikir dan tidak mau peduli dengan orang lain.
Kemurahan hati adalah buah Roh: “Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, dan penguasaan diri” (Gal. 5:22).
Jemaat Makedonia adalah teladan dalam kemurahan hati. Meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan” (2 Kor. 8:2).
Kekayaan dan kehormatan bukanlah segala-galanya. Jadilah orang benar yang hidupnya takut akan Tuhan dan memiliki kemurahan hati.
Kekayaan dan kehormatan adalah bonus dari Tuhan untuk kita dan keluarga kita. Di sinilah Tuhan memberkati kita dan kita menjadi bekat bagi sesama. Tuhan Yesus memberkati. (BTS)