Hidup sebagai Orang Merdeka, Hidup sebagai Hamba Allah

Bagikan:

Bacaan:
Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah. —1 Petrus 2:16

Tanggal: 1 Agustus

1 Ptr. 2:11-17, Petrus dalam suratnya kepada orang-orang pendatang, yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia menasihati mereka untuk menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging dan memiliki cara hidup yang baik, sehingga tidak ada celah yang dapat digunakan orang yang hendak memfitnah mereka.

Banyak berkat yang Allah berikan kepada kita, salah satunya hidup sebagai orang merdeka. Kita memiliki kebebasan untuk menjalani hidup dengan cara yang kita inginkan, tanpa campur tangan dari orang lain atau bahkan oleh pihak berwenang. Saat ini kita hidup di masa percepatan perubahan. Banyak terjadi perubahan secara signifikan yang memberi dampak terhadap segala aspek kehidupan manusia, baik itu dampak positif maupun negatif.

Masa kini kita hidup berdampingan dengan orang-orang yang berbeda latar belakang dengan kita, mungkin suku, budaya, agama, ekonomi, dan sebagainya. Kita hidup di tengah-tengah masyarakat, menjadi bagian dalam komunitas tertentu.

Kita dituntut untuk berinteraksi dan berelasi dengan lingkungan kita tersebut. Kita berhadapan dengan berbagai kepribadian banyak orang, bahkan terkadang orang yang tidak kita sukai atau menyukai kita, tidak dapat kita hindarkan. Ini bagian berproses, apakah akan menjadikan kita lebih baik atau buruk?

Sebagai orang merdeka, yang telah ditebus Yesus dengan harga yang sangat mahal sepatutnyalah kita mengikuti teladan yang telah dicontohkan-Nya dalam melayani banyak orang.

Mrk. 10:45: “Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”

Hamba atau pelayan artinya orang yang bekerja, mengabdi secara pribadi kepada seseorang. Kita sebagai hamba Allah artinya kita bekerja untuk Allah. Selayaknya seorang hamba yang melakukan setiap perintah tuannya, demikianlah kita berlaku. Tugas yang diserahkan kepada seorang hamba akan dapat diselesaikannya dengan baik jika ia mendengarkan baik-baik kepada tuannya. 

Sebagai seorang hamba haruslah memiliki sifat kerendahan hati. Kerendahan hati bukan tentang rendah diri, minder atau tidak percaya diri berhadapan dengan orang lain.

Rendah hati merupakan suatu sifat, di mana kita mampu menempatkan diri dengan baik, sehingga membuat orang lain yang bersama kita merasa nyaman karena kita tidak menuntut atau meminta diperlakukan sebagai orang penting atau istimewa meskipun kita berhak mendapatkannya.

Yesus sudah memberikan contoh, “yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.” (Flp. 2:6-7)

Kita tidak dapat mengharapkan hal baik terjadi kepada kita jika tidak kita duluan yang memulainya. Banyak berita buruk yang disiarkan, sehingga pantaslah dunia dinyatakan semakin jahat. Kita dituntut berbeda dengan dunia.

“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. (Rm. 12:2). 

Pelayan ketika telah melakukan pekerjaannya pasti mendapatkan upahnya. Demikian kita sebagai hamba Allah, kita akan mendapatkan berkat ini: “Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan.” (TRP)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *