Bacaan:
…dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu. — Yohanes 8:32
Tanggal: 07 Agustus
Di mana-mana kita sering membaca dan melihat berita hoaks (hoax), yaitu: berita atau informasi yang tidak benar dan menyesatkan.
Berita hoaks seringkali dibuat, baik sengaja maupun tidak sengaja, memang untuk memutarbalikkan fakta dan data serta bertujuan menyesatkan kita. Kalau kita tidak cek dan ricek berita tersebut, kita termakan isu seolah-olah berita itu benar.
Yang paling mengerikan lagi adalah kebiasaan kita bermain di media sosial langsung meneruskan berita hoaks tersebut tanpa pikir panjang lagi. Tangan kita gatal langsung tekan tombol “SHARE” tanpa memastikan apakah berita itu hoaks atau bukan.
Dunia kita ini makin mengerikan karena lebih banyak berita atau informasi hoaks bertebaran di dunia maya. Salah satu yang membuat makin masif berita hoaks adalah media sosial.
Saya selalu mengingatkan kepada para netizen (warganet) bahwa pergaulan buruk di media sosial jauh lebih tinggi daripada pergaulan sosial. Seolah-olah kita tidak mampu lagi mengontrol pergerakan super cepat media sosial di dunia nyata kita.
Meskipun demikian, kita bersyukur masih cukup banyak anak-anak Tuhan yang tidak sepenuhnya bergantung pada media sosial. Anak-anak Tuhan ini tentu pernah juga menggunakan media sosial.
Pada Juli 2021 lalu bapak saya meninggal dunia dalam usia 82 tahun karena terpapar Covid-19. Walaupun terpapar Covid-19, saya baru sadar ternyata bapak saya tidak pernah terpapar dari media sosial.
Koq bisa? Ya bisa karena bapak saya tidak pernah pakai HP (handphone). Bahkan kami membelikan smart phone pun tidak ia pakai karena gaptek (gagap teknologi). Kita ajari menggunakan HP pun tetap merasa tidak paham. Malah, bapak saya lebih familiar (terbiasa) menggunakan telepon rumah ketimbang HP.
Saya renung-renungkan kenangan bersama bapak saya, saya bersyukur kepada Tuhan bahwa beliau tidak pernah terpapar berita hoaks dari media sosial.
Bapak saya paling senang membaca, terutama membaca Bibel (Alkitab dalam bahasa Batak Toba) setiap hari. Apalagi kalau beliau bertugas maragenda (mempersiapkan bacaan liturgi) di gereja, pasti beliau teliti membaca Bibel. Bahkan beliau terkadang meminjam buku-buku tafsiran saya.
Bapak saya memang adalah salah satu sintua (penatua) di HKBP Jatiasih, Bekasi. Sejak menjabat sebagai sintua, beliau banyak mengalami perubahan karena sering bergaul dengan firman Tuhan. Kebenaran firman Tuhan terinternalisasi dalam jiwa dan rohnya.
Bapak selalu mengingatkan peganglah selalu kebenaran firman Tuhan. Kebenaran firman Tuhan itu semua ada di Alkitab. Itulah kebenaran yang menuntun hidup kita, nasihat bapak kepada kami,
Saat membaca Yoh. 8:32, di sinilah Tuhan mengungkapkan kebenaran dan kebenaran itu memerdekakan kita.
Dengan berpegang pada kebenaran Tuhan, kita tidak mudah diombang-ambingkan segala bentuk ajaran palsu, filsafat semu, termasuk berita hoaks.
Kita mampu membedakan mana kebenaran dan mana hoaks. Alat ukur kita hanya satu, yaitu: kebenaran yang berasal dari Tuhan. Segala kebenaran itu sudah Tuhan sampaikan kepada kita melalui Alkitab. Karena itu, satu-satunya cara untuk memperoleh kebenaran Tuhan, ya baca atau dengar firman Tuhan di Alkitab.
Kiranya dengan renungan ini, Saudara memperoleh kekuatan dan kesungguhan untuk menemukan kebenaran Tuhan, sehingga Saudara dimerdekakan Kristus. (BTS)