Bacaan:
Dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu. — Kolose 3:11
Tanggal: 25 Agustus
Rasul Paulus bisa dibilang adalah tokoh yang mengedepankan inklusivitas dan pluralisitas. Kita dapat membaca pandangan inklusivitas dan pluralisitas Paulus dalam beberapa surat yang ia tulis, salah satunya dalam renungan ini.
Paulus menepis pandangan orang-orang Yahudi yang menganggap kaumnya eksklusif. Padahal Paulus sendiri seorang Yahudi.
Bagi Paulus, ketika kita menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka kita semua telah menjadi satu dalam Kristus dan tidak ada lagi tembok yang menghambat relasi kita dengan sesama dan Tuhan.
Karena itu, jangan ada lagi pandangan bahwa kami orang Yahudi, kalian orang Yunani; kami orang bersunat dan kalian tidak bersunat; kami orang merdeka dan kalian budak; dan sebagainya.
Lebih lanjut Paulus menunjukkan bahwa orang yang menerima Yesus Kristus telah menanggalkan manusia lama, dan sesungguhnya ia telah mengenakan manusia baru.
Di sini Paulus mengatakan bahwa ada sebuah transformasi ketika kita menerima Kristus. Kita bertransformasi dari manusia lama (seperti perkataannya dalam Kol. 3:11) menjadi manusia baru. Dalam pandangan Paulus, kita seharusnya tidak lagi terhambat oleh tembok/sekat dalam perbedaan suku, ritual agama, budaya, sosial, dan sebagainya.
Jadi Gereja adalah manusia ciptaan baru, maka tidak sepatutnya melanjutkan membeda-bedakan orang sesuai standar dunia. Yesus Kristus telah menciptakan kita menjadi manusia baru, menggenapkan kedamaian, membawa syalom (damai sejatera). Karena itu, setiap orang tidak lagi saling membeda-bedakan. Semua adalah anggota keluarga Tuhan (bnd. Ef. 14-19).
Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu (Christ is all and in all). Proklamasi ini menonjolkan sifat inklusivitas (merangkul semua) dan menerima pluralisitas (keberagaman).
Kita harus berusaha dengan keras membongkar segala tembok pemisah yang menghambat relasi manusia dengan Allah, manusia dengan manusia, dan manusia dengan dunia. (BTS)