Manusia Merdeka Tetap Setia Meskipun Menderita

Bagikan:

Loading

Bacaan:
Maka sekarang, lihatlah aku melepaskan engkau hari ini dari belenggu yang ada pada tanganmu itu. Jika engkau suka untuk ikut pergi dengan aku ke Babel, marilah! Aku akan memperhatikan engkau. Tetapi jika engkau tidak suka untuk ikut pergi dengan aku ke Babel, janganlah pergi! Lihat, seluruh negeri ini terbuka untuk engkau: engkau boleh pergi ke mana saja engkau pandang baik dan benar. — Yeremia 40:4

Tanggal: 29 Agustus

Perkataan Yeremia dalam renungan kita di atas memberi pilihan kepada umat Tuhan, apakah mereka mau pergi ke tempat pembuangan di Babel atau tetap di Yerusalem dengan kondisi yang hancur dan sangat buruk.

Sebelumnya Yeremia sudah menubuatkan kehancuran Yerusalem dan ini menjadi kenyataan. Yerusalem hancur dan penduduknya sudah ditawan dan dibawa ke Babel.

Namun demikian, masih ada sisa penduduk Yerusalem tidak ingin pergi ke tempat pembuangan di Babel. Yeremia tidak ingin membiarkan penduduk Yerusalem makin terpuruk menderita jika tetap bertahan di Yerusalem. Yeremia menyatakan kebesaran hatinya dengan memilih untuk tetap tinggal bersama mereka.

Pilihan Yeremia ini menunjukkan bahwa ia konsisten mengasihi bangsanya. Hukuman sudah dijatuhkan! Mereka yang dibuang ke Babel, sudah dijamin keselamatannya.

Sebaliknya, mereka yang masih tersisa di Yerusalem hanyalah orang-orang yang tidak berdaya dan menderita. Merekalah yang memerlukan penghiburan dan penguatan bahwa Allah tetap mengasihi dan peduli kepada mereka. Bahkan bagi mereka pun kesempatan bertobat masih diberikan.

Selain itu, Yeremia juga sudah mendengar Yehezkiel yang melayani kaum buangan di sungai Kebar. Yehezkiel adalah nabi yang bertanggung jawab dan dapat diandalkan. Tentu orang-orang pembuangan di Babel pasti akan memperoleh pencerahan firman Tuhan dari Yehezkiel. Jadi Yeremia dapat fokus melayani mereka yang tertinggal di Yerusalem.

Sebenarnya Yeremia bisa menerima tawaran Nebuzaradan, kepala pasukan pengawal Babel, untuk ikut ke Babel. Di sana, pasti ada jaminan keamanan dan kenyamanan. Sementara, pilihannya untuk tetap tinggal di Yerusalem pasti merupakan pengorbanan, bahkan dengan risiko yang tidak kecil. Selain kemiskinan, bisa jadi di antara mereka yang tinggal, masih ada yang memusuhi Yeremia dengan sikapnya yang ‘pro-Babel’.

Di sinilah Yeremia mendapatkan ujian yang berat. Sebagai orang merdeka, ia tidak ingin saudara sebangsanya terpuruk menghadapi penderitaannya sendiri. Yeremia sadar betul bahwa Tuhan menghendakinya mendampingi umat-Nya memberi penghiburan dan kekuatan. Walaupun sebenarnya, Yeremia juga memiliki keterbatasan.

Namun demikian, Yeremia juga merasakan bahwa Tuhan akan memampukannya dalam melayani umat-Nya. Di sinilah letak kesetiaan Yeremia kepada Tuhan dalam melayani umat-Nya.

Seberapa besar kesetiaan kita melayani umat Tuhan tatkala kita berhadapan pada pilihan yang sulit kita jalani? Kiranya kita dapat belajar dari Yeremia. (BTS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *