Melayani dengan Hati Seorang Hamba

Bagikan:

Bacaan:
… dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. — Filipi 2:3-4

Tanggal: 10 September

Pelayanan dapat kita katakan adalah bagian dari gaya hidup setiap orang Kristen. Kita perlu memupuk gaya hidup seperti ini karena kita terpanggil untuk melayani Tuhan.

Namun demikian, ini bukan berarti kita harus menghabiskan seluruh waktu senggang kita melayani di gereja atau di lembaga Kristen. Tuhan tidak membagi pelayanan kita menjadi dua kategori, yaitu: sekuler dan religius, atau memandang yang satu lebih berharga daripada yang lain.

Bagi Tuhan, pelayanan di dunia sekuler maupun keagamaan adalah setara. Keduanya saling melengkapi atau ibaratnya seperti dua sisi mata uang logam. Masing-masing memiliki peran berbeda, tetapi keduanya bertujuan untuk kemuliaan nama Tuhan.

Karena itu, Rasul Paulus menasihati jemaat di Filipi agar tidak mencari kepentingannya sendiri dan puji-pujian yang sia-sia.

Kita terkadang suka pamer diri ketika melayani di gereja. Apalagi kalau kita memegang jabatan terhormat di gereja, misalnya sebagai penatua (presbiter), diaken, syamas, guru injil, atau pendeta.

Padahal sebenarnya Rasul Paulus mengatakan bahwa jabatan-jabatan yang disebutkan di atas tidak lain dan tidak bukan adalah hamba. Pengertian kasarnya dari kata “hamba” ini adalah budak. Kalau dulu dalam strata masyarakat, budak itu adalah strata terendah.

Jadi bagi Paulus, hamba yang melekat dalam jabatan gerejawi tidak lain adalah suatu kedudukan yang rendah, sehingga ia harus melayani jemaat/umat bagi kemuliaan Tuhan.

Tuhan mengharapkan apapun yang kita lakukan haruslah dilakukan dengan hati seorang hamba. Artinya, Paulus menjelaskan, tidak menganggap dirinya lebih utama daripada orang lain dan tidak melulu memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.

Saat ini kita sangat sulit menemukan seorang pelayan yang memiliki jiwa hati seorang hamba. Padahal Paulus sudah menegur jemaat di Filipi dan ini berlaku juga bagi kita.

Sebaiknya, mulai sekarang kita harus berusaha melayani dengan hati seorang hamba karena itulah yang dikehendaki Tuhan. Selamat melayani, Tuhan memberkati kita. (BTS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *