Bacaan:
Tidak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak akan dapat mengabdi kepada Allah dan Mamon. – Matius 6:24
Tanggal: 11 September
Siapa pun pasti menginginkan sahabat, anak buah, mitra kerja, langganan dan pasangannya setia kepadanya. Sayangnya, saat ini kesetiaan menjadi sesuatu yang langka.
Banyak orang yang tidak setia kepada sahabatnya, tidak setia kepada perusahaan tempatnya bekerja, tidak setia kepada gerejanya, tidak setia kepada keluarganya, tidak setia kepada pasangannya bahkan tidak setia kepada Tuhannya.
Banyak keluarga menjadi berantakan dan anak-anak menderita karena pasangan suami-istri yang tidak setia satu sama lain. Perselingkuhan yang adalah bentuk dari ketidaksetiaan sering berujung pada perceraian.
Jika ditelisik lebih dalam, pada umumnya penyebab ketidaksetiaan adalah uang. Oleh karena uang banyak orang tega meninggalkan pasangan dan anak-anaknya, sehingga rumah tangganya hancur berantakan.
Karena uang, orang tidak setia kepada bangsa dan negaranya, sehingga korupsi. Karena uang, orang membongkar rahasia perusahaan kepada perusahaan lain. Karena uang juga banyak orang meninggalkan Tuhannya. Bukankah hal ini juga yang terjadi pada Yudas Iskariot? Karena uang ia mengkhianati Yesus.
Hal yang sama terjadi juga dalam dunia pelayanan. Sejatinya, pelayanan adalah pengabdian kepada Allah. Oleh karena itu, pelayanan harus dilakukan dengan sepenuh hati semata-mata untuk menyenangkan hati-Nya.
Namun demikian, faktanya adalah ada banyak orang yang melayani bukan untuk mengabdi kepada Allah, tetapi semata-mata karena demi mendapatkan uang.Pelayanan hanya sekadar suatu istilah yang dipakai bahkan dibisniskan agar bisa mendapatkan sejumlah uang.
Dasar pelayanan tidak lagi untuk melayani Dia yang sudah menciptakan dan memberkati kita sedemikian rupa, tetapi untuk menguntungkan diri sendiri. Oleh karena itu, pelayanan tidak dikerjakan sesuai dengan apa yang Tuhan mau, tetapi dilakukan sesuka hati sendiri, yang penting bisa mendapatkan uang.
Dengan demikian, itu artinya orang sudah mengabdi kepada uang karena semua yang dikerjakan semata-mata demi mendapatkan uang. Bahkan berani menggunakan kata pelayanan padahal pelayanan sudah dimanupulasi sedemikian rupa demi uang.
Bukan Tuhan yang ia layani, tetapi uang. Bukan Tuhan yang menjadi Tuannya, tetapi Mamon. Melalui bacaan hari ini kita diingatkan kembali bahwa Allah menghendaki kita setia kepada-Nya dan mengabdi hanya kepada-Nya. Oleh karena itu praktik pelayanan harus dikerjakan sesuai dengan cara-cara yang Ia kehendaki. Itulah pelayanan yang berkenan kepada-Nya. (SRP)