Bacaan:
Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! — Filipi 4:4
Tanggal: 17 September
Kita mengenal Paulus adalah seorang rasul yang hidupnya lebih banyak menderita daripada berbahagia setelah berkomitmen mengikuti Yesus Kristus.
Salah satu penderitaan yang dialami Paulus adalah siksaan di dalam penjara. Meskipun dalam keadaan tersiksa dan menderita, Paulus mampu menyatakan syukurnya kepada Allah. Bahkan dia menyerukan: “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” (Flp. 4:4)
Paulus memang luarbiasa. Berada di balik penjara tidak membuat Paulus larut dalam kekecewaan, menyesali panggilannya dan berhenti melayani Tuhan.
Paulus mampu memaknai arti penderitaan bagi Kristus karena dia sendiri merasakan penderitaan Kristus di atas kayu salib. Sebelum bertobat, Saulus (kemudian mengganti namanya menjadi Paulus) sudah banyak menganiaya para pengikut Kristus, Wajar saja, Paulus sepertinya berhutang banyak nyawa atas kematian para pengikut Kristus tersebut.
Aku tahu apa itu menderita dalam melayani Tuhan dan aku mengalami semuanya (2 Kor. 11:23-28), tetapi semua itu tidak akan dapat memisahkan aku dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita (Rm. 8:35-39). Aku mau tetap melayani-Nya sebab bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan (Flp. 1:21).
Perkataan Paulus di atas dalam surat-surat yang ditulisnya kepada jemaat-jemaat Tuhan merupakan refleksi iman terdalam pada dirinya.
Meskipun Paulus banyak mengalami penderitaan dalam melayani Tuhan, dia tidak bersungut-sungut dan mempertanyakan penyertaan Tuhan. Sebaliknya, secara mengejutkan Paulus berkata: “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!”
Saudaraku, masalah dan beban hidup tidak seharusnya membuat kita mundur dari pelayanan kepada Tuhan. Berbagai pencobaan yang kita alami adalah pencobaan-pencobaan biasa. Semua yang Tuhan ijinkan terjadi tidak mungkin melebihi kekuatan manusia (1 Kor. 10:13).
Beban hidup justru memberi bobot/nilai pada iman kita. Tuhan membentuk iman kita makin kokoh dan teguh dalam menghadapi beban kehidupan. Paulus berbagi imannya kepada kita sebagai pengikut Kristus agar kita juga mengalami sukacita seperti yang Paulus rasakan. (BTS)