Bacaan:
Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang. — Matius 20:28
Tanggal: 23 September
Banyak orang Kristen berpikir terjun ke dalam pelayanan itu menyenangkan dan memperoleh berkat. Jujur pada awalnya kita berpikir demikian.
Hal seperti bukanlah sesuatu yang tidak baik, tetapi juga bukanlah hal yang benar. Tidak apa-apa jika pada awalnya kita terjun ke pelayanan masih berorientasi seperti itu.
Namun demikian dalam perjalanannya, orientasi kita makin diarahkan pada jalur yang benar. Ternyata memang dalam pelayanan itu tidak melulu menyenangkan, tetapi kita harus berani juga menanggung penderitaan. Bahkan Kristus sendiri mengatakan: “Pikul salibmu sendiri.”
Jadi walaupun kita pernah mengalami penderitaan dalam melayani, hal tersebut adalah salah satu sukacita rohani yang Tuhan berikan kepada kita. Sukacita dalam penderitaan rasanya jauh lebih nikmat daripada sukacita yang sekadar menyenangkan hati kita. Mungkin Saudara pernah merasakan hal seperti ini.
Di atas tadi adalah hal yang pertama. Hal yang kedua bahwa pelayanan itu tidak melulu mendatangkan berkat buat kita. Justru kita harus memberi berkat kepada orang yang kita layani.
Orientasi memperoleh berkat dalam pelayanan perlu juga diluruskan. Memang benar Tuhan pasti sudah menyiapkan berkat bagi kita yang setia melayani-Nya. Namun berkat itu menjadi “deposito” kita di sorga: Upahmu besar di sorga.
Ini bukan berarti Tuhan mengabaikan kebutuhan jasmani dan materi bagi kita. Sesungguhnya Tuhan memberi hanya sebatas cukup atas kebutuhan tersebut. Kalau memang kita diberkati Tuhan dengan melimpah, itu adalah bonus dari Tuhan.
Kelebihan berkat dari Tuhan itu sepatutnya kita dapat berbagi dengan mereka yang berkekurangan secara materi. Nah, ini yang terkadang membuat kita lupa diri dan menganggap bahwa itu hasil jerih payah kita sendiri.
Di sini kita diuji: Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada (Mat. 6:21). Artinya sejauh manakah sukarelamu memberi apa yang engkau punya?
Kisah janda miskin yang hanya memberi 2 peser uang logam kepada Tuhan (Luk. 21:1-4) seperti menampar pipi kita. Ibu janda miskin ini memberi dari kekurangannya. Bahkan semua yang ada padanya, yaitu: seluruh nafkahnya ia berikan kepada Tuhan.
Selain itu, teladan sukarela memberi dari kekurangan juga nyata kita lihat dalam bacaan renungan kita hari ini. Kristus memberi nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang (Mat. 20:28).
Jadi Saudara-saudari sekalian, marilah kita miliki orientasi melayani dengan sukarela. Kita tidak perlu menunggu untuk berkelebihan dahulu, baru memberi. Ini bukan murni kerelaan. Sukarela yang murni dari hati nurani kita adalah memberi dari kekurangan kita. (BTS)