Bacaan:
Simon menjawab: ”Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.” — Lukas 5:5
Tanggal: 20 Oktober
Ketaatan bernilai mahal? Benarkah demikian? Mengapa mahal? Bagaimana bisa jadi mahal? Pertanyaan seperti ini menantang kita memahami arti ketaatan itu sendiri.
Bacaan renungan kita hari ini bercerita tentang Yesus mengajar orang banyak dari atas perahu. Setelah Yesus selesai bercerita, Ia berkata kepada Simon: ”Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.” Simon menjawab: ”Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.”
Mengapa Simon mau menuruti apa yang Yesus ucapkan. Toh, Simon belum mengenal siapa Dia? Apalagi Simon seharian menjala ikan, tidak satu ekor ikan pun ia peroleh. Mungkin Simon berpikir: “Koq, berani-beraninya orang ini menyuruh saya menebarkan jala, padahal saya sangat kecewa tidak mendapatkan ikan satu ekor pun.”
Sebagai manusia normal, wajar Simon mungkin berpikir seperti itu. Namun demikian karena seorang Guru yang memintanya, ia turuti juga permintaan tersebut.
Apakah karena Simon takjub mendengar Sang Guru bercerita di atas perahunya, sehingga dia taat apa yang diperintahkan-Nya? Bisa ya, bisa tidak. Who knows? (Siapa yang tahu?)
Intinya adalah Simon taat melakukan apa yang Yesus minta karena ia percaya bahwa Yesus adalah orang baik. Barangkali, Simon sekadar menghibur hatinya, tidak salah juga kalau ia tebarkan lagi jalanya atas permintaan Yesus.
Beberapa saat kemudian, percaya atau tidak, Simon heran banyak ikan yang ia dapatkan saat itu juga. Bahkan jalanya nyaris koyak. Alhasil, dengan bantuan teman-temannya nelayan, perahu-perahu mereka melimpah dengan ikan-ikan yang besar-besar.
Setelah peristiwa yang luar biasa itu, Simon Petrus tersungkur di depan Yesus sambil berkata: “Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa.” (Luk. 5:9)
Sejak saat itu, Simon Petrus tidak lagi menjadi penjala ikan, tetapi penjala manusia. Dari kisah Simon Petrus ini, kita melihat makna ketaatan yang sesungguhnya bahwa ketaatan itu mahal harganya.
Pengalaman hidup dengan iman ketaatan kepada Tuhan tidak akan pernah bisa kita bayar dengan apapun. Karena itu, Simon Petrus merasa tidak layak Tuhan Yesus memintanya melakukan sesuatu (menebarkan jalanya kembali).
Simon Petrus menyadari bahwa dia adalah orang yang berdosa. Namun sebaliknya, Tuhan Yesus datang kepada Simon karena Kristus mencari orang berdosa.
Karena itu, hai orang muda kejarlah ketaatan kepada Tuhan sebab mahal harganya. Kiranya Tuhan Yesus memberkati Saudara. (BTS)
Leave a Reply