Belajar dari Samuel Membangun Iman Sejak Masa Muda

Bagikan:

Loading

Bacaan:
Dan Samuel makin besar dan TUHAN menyertai dia dan tidak ada satupun dari firman-Nya itu yang dibiarkan-Nya gugur. Maka tahulah seluruh Israel dari Dan sampai Bersyeba, bahwa kepada Samuel telah dipercayakan jabatan nabi TUHAN. — 1 Samuel 3:10

Tanggal: 24 Oktober

Kita tahu bahwa sejak bayi, Samuel telah diserahkan kepada Tuhan oleh ibunya di bawah bimbingan dari Imam Eli. Samuel bertumbuh dalam Rumah Tuhan dan banyak membantu Imam Eli serta ia belajar Taurat dari Imam Eli.

Masa kecil Samuel dapat mengajar kita banyak hal tentang cara membangun iman kepada Allah walaupun ada pengaruh buruk. Pengaruh buruknya adalah kelakuan anak-anak Imam Eli yang tidak mematuhi Tuhan. Sementara itu, Imam Eli tidak menghajar anak-anaknya, sehingga mereka makin rusak kelakuannya.

Samuel perlu membangun dan mempertahankan iman, walaupun berulang kali dikelilingi orang-orang yang tidak beriman dan tidak loyal. Dewasa ini, membangun iman juga sulit karena kita hidup dalam dunia yang bejat dan tidak beriman. Mari perhatikan apa yang bisa kita pelajari dari teladan Samuel, mulai dari masa kecilnya.

Meskipun Samuel tumbuh besar di Rumah Tuhan, tetapi bukan berarti orangtua, Elkana dan Hana, “membuangnya”. Mereka tidak seperti itu. Hana tetap memperhatikan Samuel sejak kecil. Bahkan setiap tahun Hana membuatkan mantel baru yang tak berlengan buatannya sendiri. Samuel dapat mengenakan pakaian itu ketika bertugas melayani dan membantu Imam Eli di Tabernakel (Rumah Tuhan).

Ini berarti orangtua Samuel memberi perhatian tidak hanya kebutuhan materi, tetapi juga kebutuhan rohani yang terkadang kita abai akan hal ini. Orangtua Samuel menempatkan kebutuhan rohani sebagai yang utama. Hal itu sangat berpengaruh dalam membentuk kepribadian Samuel di masa depan. Sebenarnya ini kontras dengan anak-anak Imam Eli yang tidak/kurang memperoleh kebutuhan rohani.

Masa muda Samuel adalah masa yang berat baginya untuk ia hadapi. Samuel muda menyaksikan sendiri kelakuan bejat Hofni dan Pinehas, anak-naka Imam Besar Eli, yang tidak mengindahkan Tuhan. Walaupun Samuel dikeliling kebejatan tersebut, dia tetap bersih di hadapan Allah.

Apakah rahasianya, sehingga Samuel tetap bersih di hadapan Tuhan? Samuel memiliki hubungan yang intim dengan Bapa Sorgawinya. Hubungan pribadi yang erat dengan Allah Bapa itulah yang menjadi perlindungan yang paling pasti dari berbagai jenis kebejatan.

Sejak masih muda, Samuel sudah akrab mendengar Firman Allah, baik dari Kitab Suci maupun langsung dari Allah. Bagaimana dengan kita? Apakah kita akrab dan terbiasa mendengar Firman Allah?

Dewasa ini, suara Allah bisa dikatakan selalu ada bagi kita. Itu semua ada dalam Firman-Nya yang sudah lengkap, yaitu: Alkitab. Semakin kita mendengarkan Allah dan menanggapi, semakin iman kita bertumbuh. Itu juga yang terjadi dengan Samuel. Bagaimana dengan Saudara? (BTS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *