Bacaan:
Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia. — Efesus 4:29
Tanggal: 25 Oktober
Dewasa ini makin banyak orang bercakap kotor dan ujaran kebencian. Faktor lingkungan dalam pergaulan yang tidak sehat sangat berpengaruh besar mengubah sifat seseorang. Seseorang yang pada mulanya kalem, sopan, dan santun ketika bergabung dengan pergaulan yang tidak sehat tersebut, ia akan berubah seketika, cepat atau lambat.
Media menjadi salah satu penguat pergaulan tidak sehat menjadi meluas. Dahulu, media seperti radio, radio antarkomunitas, televisi, hingga era modern dan digital seperti internet dan media sosial, sangat massif memberi pengaruh buruk.
Orang pada zaman now bebas bercakap, apakah cakap kotor maupun cakap bersih (diksi saya), terkesan tidak ada kontrol. Terhadap cakap kotor siapa yang menjadi pengontrol? Karena itulah, banyak negara sudah membuat regulasi dan perundang-undangan untuk dapat mengontrol hal tersebut. Bahkan pengelola media sosial wajib melarang, memperingatkan, dan hingga memblokir akun yang nakal.
Cakap kotor dan ujaran kebencian adalah sesuatu yang tidak membangun dan cenderung merusak. Kita ini sekarang berada di kubangan dunia yang makin merajalela cakap kotor dan ujaran kebencian. Apakah itu cakap kotor dan ujaran kebencian di dunia nyata maupun di dunia maya, rasanya sama saja.
Indikasi mengingatkan jemaat (umat Tuhan) agar jangan bercakap kotor ini sudah ada di Alkitab, salah satunya pada Efesus 4:29. Ayat ini menjadi renungan kita untuk terus-menerus mengingatkan siapa saja, khususnya anak-anak, remaja, dan pemuda, agar selalu bercakap bersih.
Rasul Paulus menunjukkan beberapa hal terkait cakap bersih. Ia mengatakan pakailah perkataan yang baik untuk membangun. Artinya kita diminta untuk selektif dan tidak sembarangan mengumbar kata. Setiap kata yang keluar dari mulut kita harus bermanfaat untuk membangun.
Membangun dalam pengertian adalah tidak merusak, membunuh karakter orang lain, merendahkan orang lain, menghina, menyumpahi, dan lain-lain. Alih-alih, perkataannya justru memberi semangat, memotivasi, menghibur, berbelarasa, membawa berkat, dan lain-lain.
Cakap bersih itu harus dibiasakan sejak masih usia muda, terutama anak-anak. Media sosial dapat juga kita pergunakan untuk menyebarluaskan cakap bersih dan menafikan cakap kotor. Kiranya kita semua mampu mempraksiskan cakap bersih sebagaimana nasihat Rasul Paulus tersebut. Tuhan Yesus memberkati. (BTS)
Leave a Reply