Bacaan:
Demikianlah Daud mengalahkan orang Filistin itu dengan umban dan batu; ia mengalahkan orang Filistin itu dan membunuhnya, tanpa pedang di tangan. — 1 Samuel 17:50
Tanggal: 1 November
Kita tentu sepakat jika Daud dapat kita sebut sebagai pahlawan iman. Seorang pahlawan iman tentu memiliki kriteria yang berkenan kepada Tuhan. Tuhan memakainya untuk menyatakan kehendak-Nya agar umat tetap taat dan setia kepada-Nya.
Daud adalah raja pilihan Tuhan, menggantikan Saul. Prestasinya tercatat luar biasa! Hanya berbekal ketapel dan batu, ia mampu mengalahkan Goliat, raksasa setinggi enam hasta sejengkal (1 Sam. 17:50).
Meskipun Daud selalu menang saat berperang melawan bangsa Filistin dan bangsa-bangsa lain, tetapi Daud juga jatuh ke dalam dosa. Ia berzina dengan Batsyeba, istri Uria. Selain itu, untuk menutupi dosa perzinaannya, Daud merancang siasat pembunuhan terhadap Uria. Skenario pembunuhan itu pun berhasil.
Jika Daud ketahuan berbuat dosa, mengapa Daud masih disebutkan sebagai pahlawan iman? Bukankah seorang pahlawan iman patut kita teladani?
Memang kita sepatutnya meneladani pahlawan iman. Namun demikian, bagaimana dengan Daud? Patutkah kita meneladaninya sebagai pahawan iman?
Sebagaimana kita ketahui, Daud setelah ditegur Nabi Natan, ia merasa telah melakukan dosa dan bertobat. Daud sadar akan dosanya tersebut dan ia bertobat memohon pengampunan dari Tuhan (Mzm. 51).
Ketidaksempurnaan Daud memberikan kita harapan. Dari pengalaman Daud, kita tahu pahlawan iman bukan berbicara tentang orang-orang yang sepanjang hidupnya selalu mulus mempertahankan iman. Ada di antara mereka yang jatuh ke dalam dosa. Namun mereka menyadari kesalahan, dan kembali kepada Tuhan.
Saat ini kita mungkin sudah berbuat sesuatu yang tidak berkenan di hadapan Tuhan. Jangan berdiam diri, apalagi berkubang dalam dosa! Datanglah pada Tuhan, akui kesalahan, lalu mintalah pertolongan-Nya supaya dapat berubah. Jika itu kita lakukan, pada akhirnya kita juga akan disebutkan Tuhan sebagai pahlawan-pahlawan iman! (BTS)
Leave a Reply