Belajar dari Kepahlawanan Ester

Bagikan:

Loading

Bacaan:
Pergilah, kumpulkanlah semua orang Yahudi yang terdapat di Susan dan berpuasalah untuk aku; janganlah makan dan janganlah minum tiga hari lamanya, baik waktu malam, baik waktu siang. Aku serta dayang-dayangku pun akan berpuasa demikian, dan kemudian aku akan masuk menghadap raja, sungguhpun berlawanan dengan undang-undang; kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati. – Ester 4:16

Tanggal: 3 November

Ayat bacaan untuk renungan kita hari ini merupakan perkataan Ester kepada Mordekhai, pamannya. Waktu itu, Haman, seorang pembesar pada zaman pemerintahan raja Ahasyweros, berniat memunahkan semua orang Yahudi. Niatnya ini muncul dari kepananasan hati Haman karena Mordekhai tidak mau berlutut dan tidak mau sujud kepada Haman.

Pada waktu raja Ahasyweros mengaruniakan kebesaran kepada Haman, mengangkat pangkatnya dan kedudukannya ditetapkan di atas semua pembesar yang ada di hadapan baginda. Raja Ahasyweros juga memerintahkan semua pegawai raja yang di pintu gerbang istana raja agar berlutut dan sujud kepada Haman. Karena Haman tahu bahwa Mordekhai adalah orang Yahudi, dan ia menganggap dirinya terlalu hina untuk membunuh hanya Mordekhai saja, maka ia berniat memunahkan semua orang Yahudi.    

Kemudian, dengan segala kelicikannya, Haman memengaruhi raja Ahasyweros agar membunuh semua orang Yahudi.

Singkat cerita, setelah Mordekhai mengetahui segala yang terjadi itu, melalui Hatah, yakni salah sorang sida-sida raja yang ditetapkan baginda untuk melayani Ester, Mordehkai menyampaikan kepada Ester semua rencana busuk Haman dan menunjukkan kepada Ester salinan surat undang-undang yang dikeluarkan di Susan untuk memunahkan semua orang Yahudi.

Setelah mengetahui semua hal tersebut, Ester mengatakan kepada Mordekhai bahwa semua pegawai raja serta penduduk daerah-daerah kerajaan mengetahui bahwa bagi setiap laki-laki atau perempuan, yang menghadap raja di pelataran dalam dengan tiada dipanggil, hanya berlaku satu undang-undang, yakni hukuman mati. Hanya orang yang kepadanya raja mengulurkan tongkas emas, yang akan tetap hidup. Padahal, saat itu, sudah tiga puluh hari Ester tidak dipanggil raja.

Mendengar respons Ester tersebut, Mordekhai menyuruh menyampaikan kepada Ester bahwa sekalipun Ester berdiam diri saja, maka bagi orang Yahudi akan datang pertolongan dan kelepasan dari pihak lain.

Selain itu, Mordekhai juga mengatakan kepada Ester, siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti itulah Ester beroleh kedudukan sebagai ratu, yakni untuk menyelamatkan orang Yahudi.

Mendengar perkataan pamannya itu, Ester kemudian mengambil sikap berani. Ia meminta semua orang Yahudi untuk berpuasa, tidak makan dan tidak minum selama tiga hari. Hal yang sama juga  dilakukan oleh Ester dan dayang-dayangnya.

Ester berencana akan menghadap raja Ahasyweros dan mohon belas kasihan raja untuk dirinya dan bangsanya. Ester berani mengambil resiko yang sangat besar, bahkan mempertaruhkan nyawanya demi menyelamatkan bangsanya. 

Bagaimana dengan kita? Apa yang sudah kita lakukan untuk keluarga kita, gereja kita dan bangsa kita? Setiap kita memang punya keterbatasan, tetapi kiranya cinta kita kepada keluarga kita, gereja kita dan bangsa kita membuat kita mau dan mampu melakukan yang terbaik yang bisa kita buat untuk mereka. Mari kita bela dan lindungi  keluarga, gereja dan bangsa kita!  Mari belajar dari kepahlawanan Ester! (SRP)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *