Bacaan:
“Lalu Yesus pergi bersama-sama dengan mereka. Ketika Ia tidak jauh lagi dari rumah perwira itu, perwira itu menyuruh sahabat-sahabatnya untuk mengatakan kepada-Nya: “Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku; sebab itu aku juga menganggap diriku tidak layak untuk datang kepada-Mu. Tetapi katakan saja sepatah kata, maka hamba-Mu itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada: Kerjakan ini!, maka ia mengerjakannya.” Setelah Yesus mendengar perkataan itu, Ia heran akan dia, dan sambil berpaling kepada orang banyak yang mengikuti Dia, Ia berkata: Aku berkata kepada-Mu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel.” – Lukas 7:6-9
Tanggal: 24 November
Perwira yang sangat identik dengan tentara atau polisi adalah orang-orang yang dikenal sebagai sosok yang gagah, kuat, tangguh dan cerdas. Perang atau peperangan adalah suatu kondisi yang sangat dekat dengan mereka. Jika pasukan yang dipimpin seorang perwira berhasil memenangkan peperangan, maka pujian dan elu-eluan akan mereka terima.
Namun demikian, kisah perwira yang terdapat dalam ayat bacaan hari ini sangat berbeda. Ia dipuji oleh Yesus bukan karena ketangguhannya dalam memimpin pasukan, sehingga memenangkan peperangan, tetapi karena imannya.
Walaupun perwira tersebut bukan orang Israel, ia mengasihi bangsa Israel dan dialah yang menanggung pembangunan rumah ibadat orang Israel (Luk. 6:5). Selain itu, perwira tersebut sangat perduli dengan hambanya. Ini terbukti ketika seorang hambanya sakit.
Ketika ia mendengar tentang Yesus, ia menyuruh beberapa orang tua-tua Yahudi menemui Yesus dan meminta Yesus datang dan menyembuhkan hambanya yang sedang sakit itu (Luk. 6:5). Mengapa perwira tersebut melakukan hal itu? Semata-mata karena ia percaya bahwa Yesus mampu menyembuhkan hambanya walaupun hanya dengan mengucapkan sepatah kata.
Selain itu, ternyata ia menyadari bahwa dirinya tak layak datang kepada Yesus dan tak layak menerima Yesus di dalam rumahnya. Hal inilah yang membuat Yesus kagum dan mengatakan bahwa iman seperti itu tak pernah dijumpai-Nya sekalipun di antara orang Israel (Luk. 5:9). Iman perwira tersebut membuat hambanya sembuh (Luk. 5:10). Dengan demikian, ia menjadi pahlawan bagi hambanya.
Kita dapat belajar kerendahan hati dan hidup beriman dari perwira ini. Iman dan kerendahan hati adalah syarat mutlak yang harus dimiliki oleh siapapun agar dapat menyukakan hati Allah, sehingga Ia berkenan mendengarkan doa dan seruan kita. Hanya dengan iman dan kerendahan hati juga kita dapat dipakai-Nya untuk menolong dan menjadi berkat bagi sesama.(SRP)