Bacaan:
Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah. — Kolose 3:15
Tanggal: 02 Desember
Manusia sudah jatuh dalam dosa sejak zaman Adam dan Hawa. Mereka tidak mungkin lagi memiliki damai sejahtera karena dosa. Mereka sudah tertipu Iblis dan terpisah dari Allah. Iblis memperbudak manusia melalui dosa. Manusia menjadi seteru bagi Allah dan memberontak kepada-Nya. Semua sudah kacau sejak kejatuhan manusia dalam dosa. Di mana damainya? Tidak ada dan tidak mungkin manusia memperoleh damai kembali.
Menurut penulis buku Salt and Light bernama Heyden Robinson, ia mengatakan bahwa tidak akan ada damai di antara negara, jika tidak ada damai di negara. Tidak ada damai dalam negara, jika tidak ada damai dalam orang-orangnya. Tidak ada damai dalam orang-orangnya, jika mereka tidak menyerahkan hidupnya ke tangan Si Raja Damai.
Siapakah Si Raja Damai itu? Kitab Yesaya sudah menubuatkan kedatangan Si Raja Damai tersebut. Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. (Yes. 9:5)
Nubuat Yesaya tentang kedatangan Si Raja Damai itu benar sekali. Damai sejahtera yang sejati itu hanya ada pada Si Raja Damai tersebut. Dialah Yesus Kristus, pembawa dan pemilik damai sejahtera. Damai sejahtera dapat kita miliki hanya di dalam Kristus Yesus. Usaha terbaik manusia untuk menggapai damai sejahtera tidak akan pernah sampai pada yang sejati jika bukan di dalam Yesus.
Damai sejahtera adalah hak dan sekaligus tanggung jawab setiap orang yang mengikut Yesus. “Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh” (Kol. 3:15). Demikian Rasul Paulus mengungkapkannya kepada kita.
Bagaimana Kita Memperoleh Damai sejahtera?
Damai sejahtera bermula di dalam hati, bukan di bagian eksternal atau interaksi dengan sesama kita. Orang yang berusaha menunjukkan damai sejahtera tanpa benar-benar dipenuhi damai itu, pasti sangat lelah. Damai sejahtera tidak pernah bertujuan untuk konsumsi pribadi. Tujuannya adalah untuk kebutuhan hidup bersama.
Karena itu, Kristus datang dan membayar pemberontakan kita itu. Dia mendamaikan kita dengan Allah. Di situlah letak dari pintu kita menuju damai sejahtera. kita tidak dapat memperoleh damai sejahtera dan sukacita dengan cara-cara kedagingan. Hanya dari Allah dan dekat dengan Kristus, kita dapat memperoleh damai sejahtera.
Tuhan sudah memberikan sarana yang tepat untuk memahami damai sejahtera, yaitu: dengan membaca Alkitab. Namun demikian, hal tersebut harus juga disertai tindakan hidup benar di mata Tuhan, sehingga hati dan pikiran kita boleh mengalaminya.
Meminjam Martin Luther, Sola Gracia (hanya oleh anugerah Allah dalam Kristus), Kristuslah yang mendatangkan sukacita dan damai sejahtera terus-menerus dalam kehidupan kita. Tuhan Yesus memberkati. (BTS)
Leave a Reply