Hidup dalam Damai Sejahtera dengan Semua Orang

Rancangan Damai Sejahtera

Bacaan:
Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu: perseteruan. — Efesus 2:14

Tanggal: 12 Desember

Salah satu nasihat Yesus dalam khotbah-Nya di bukit adalah: “Berbahagialah orang yang membawa damai,karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” (Mat. 5:9)

Saudara, setiap orang yang terpanggil menjadi pembawa damai bagi semua orang di manapun kita berada tentunya bukanlah perkara yang mudah. Mengapa demikian?

Pertama, orang yang membawa damai terlebih dahulu sudah memiliki damai sejahtera dalam dirinya dan dia sudah berdamai dengan dirinya sendiri.

Kedua, untuk bisa berdamai dengan orang lain, kita membutuhkan kesabaran dan penguasaan diri.

Dalam dunia yang masih terus bergejolak ini, kita membutuhkan banyak orang yang menjadi pembawa damai. Semakin pesatnya kemajuan zaman yang kita hadapi ini, dalam keberadaan kita di dunia ini, maka semakin banyak tantangan persoalan yang terjadi. Kawan bisa menjadi lawan, hubungan yang semula baik dapat menjadi rusak, tembok bahkan jurang pemisah pun semakin kuat dan curam dalam hubungan dengan sesama manusia bahkan dengan Allah sang Pemberi damai sejahtera.

Sesungguhnya Kristus sudah datang membawa damai sejahtera ke dalam dunia ini. Namun demikian, mengapa hingga saat ini dunia masih ada peperangan, pertumpahan darah antarsuku bangsa, sampai kepada pertikaian antarmanusia. Di manakah damai sejahtera Kristus tersebut terlihat?

Rasul Paulus pada renungan ini menyatakan sebuah gambaran keberadaan setiap orang yang sudah berada di dalam Kristus. Gambaran mengenai orang yang tadinya terpisah jauh dari Allah, kini oleh kasih dan karunia Kristus menjadi satu. Keterpisahan itu terjadi karena perbuatan DOSA yang telah membawa manusia bukan hanya terpisah dari Allah, tetapi juga membawa manusia terpisah dari sesamanya.

Akibatnya, kita melihat muncul permusuhan atau perseteruan yang dibangun atas dasar suku, ras, agama, dan bangsa. Karena itu, Paulus menasihati supaya sebagai orang-orang yang sudah ditebus dan menerima anugerah keselamatan, sudah seharusnyalah ia mengalami juga kedekatan dengan Allah serta membangun hubungan yang dekat dengan sesama.

Kedekatan dengan Allah dan sesama akan dapat menjadi kenyataan jika kita mau meruntuhkan tembok pemisah dan menjadi agen yang menjembatani terwujudnya perdamaian. Sebab jarak yang terjadi karena dosa, telah dihancurkan oleh darah Kristus.

Dengan demikian, tidak ada lagi jarak antara kita dengan sesama orang tebusan. Alkitab berkata: “….tidak ada orang Yahudi, tidak ada orang Yunani, tidak ada hamba atau orang yang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus” (Gal. 3:28).

Kita semua harus siap sedia, di manapun dan apapun keberadaan kita untuk dapat menjalin hubungan yang baik. Caranya adalah dengan saling peduli, mengasihi, menghargai, melayani, mendoakan, membangun, menerima kelebihan bahkan kekurangan satu dengan yang lainnya serta mau saling mengampuni. Itulah teladan yang sudah Tuhan Yesus berikan dalam kehidupan kita yang harus kita lakukan. (BTS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

× How can I help you?