Bacaan:
Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semua itu. – Filipi 4:8
Tanggal: 19 Desember
Beberapa tahun yang lalu saya menemani ayah saya ke dokter spesialis kulit yang berpraktek jauh dari tempat tinggal kami. Ayah saya merasa gatal di seluruh kulitnya, terutama bagian tangan dan kaki. Sudah ke dokter spesialis kulit dan sudah dilakukan berbagai pemeriksaan tetapi tidak ditemukan apa yang menyebabkan hal tersebut terjadi.
Atas rekomendasi seorang pendeta, kami mengunjungi seorang dokter spesialis kulit yang lain. Dokter tersebut sudah senior dan tampak sederhana. Senyum beliau ramah sekali. Setelah mendengar penjelasan ayah saya, sambil tersenyum dokter tersebut berkata: “Apa yang bapak pikirkan?”
Ternyata, yang menjadi penyebab masalah kulit ayah saya adalah pikiran ayah sendiri. Pikiran tersebut membuat beliau menjadi stres dan mengalami gangguan psikosomatik. Tidak banyak obat yang beliau resepkan. Yang banyak adalah nasihat-nasihat agar ayah saya mengelola pikiran dengan baik.
Banyak orang menjadi susah hati, berperilaku tidak baik bahkan menjadi sakit karena pikirannya, misalnya: kekuatiran.
Kekuatiran sering kali muncul bukan karena keadaan tidak baik, tetapi karena orang tidak berpikir positif. Kuatir akan masa depan, akan kebutuhan, akan anak-anak dan lain sebagainya. “Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?” Demikianlah tertulis dalam Matius 6:27.
Jadi jelas, kekuatiran tidak akan membuat keadaan menjadi lebih baik dan tidak akan membuat masalah menjadi selesai. Sebaliknya, kekuatiran hanya akan menambah masalah.
Rasa kuatir muncul karena pikiran dibiarkan bekerja dengan liar tanpa kontrol. Pikiran yang dibiarkan ke sana ke mari tanpa dikendalikan dan dikelola pasti akan menyusahkan orang yang bersangkutan. Dari sana akan muncul hal-hal yang jahat, kotor, cabul dan tercela.
Pada akhirnya, pikiran-pikiran tersebut akan mendorong orang untuk melakukan hal-hal yang tidak baik dan tak terpuji.
Contoh lain adalah ketakutan. Ketakutan muncul bukan hanya karena keadaan menakutkan, tetapi dapat muncul karena pikiran dibiarkan memikirkan hal-hal yang menakutkan. Ada orang bersikap tidak baik kepada orang lain karena ia berpikir hal yang tidak baik tentang orang tersebut. Padahal, orang tersebut tidak seperti yang ia pikirkan.
Pikiran mempunyai kekuatan yang sangat dahsyat. Jika pikiran kita kendalikan dengan baik, maka dari pikiran akan datang hal-hal yang baik. Buah pikiran yang baik hanya akan ada jika pikiran diatur dengan baik.
Sekali lagi, jika pikiran tidak dikendalikan dan diatur dengan baik, maka pikiran hanya akan menghasilkan hal-hal yang tidak baik bagi diri sendiri dan orang lain.
Oleh sebab itu, tidak heran jika Rasul Paulus menasihati jemaat di Filipi agar memikirkan semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji (Filipi 4:8).
Nasihat ini juga untuk kita. Jika kita ingin merasakan damai sejahtera, mari mengatur pikiran! Jangan biarkan pikiran liar ke sana ke mari, tetapi kendalikanlah! Kiranya damai sejahtera Allah, yang melampau segala akal, akan memelihara hati dan pikiran kita dalam Kristus Yesus. Amin. (SRP)