Oleh : Susi Rio Panjaitan
Suatu kali, ketika Yesus sedang berbicara, berserulah seorang perempuan dari antara orang banyak dan berkata kepada-Nya: “Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau.” (Lukas 11:27). Tidak banyak penjelasan tentang siapa perempuan itu, tetapi ada kemungkinan ia adalah seorang ibu. Mungkin ia adalah seorang ibu yang terkagum-kagum dengan Yesus sehingga ia berpikir alangkah berbahagianya memiliki anak seperti Yesus. Yang menarik adalah apa yang menjadi respon Yesus terhadap ucapan perempuan itu. Dalam Lukas 11:28 tertulis: Yesus berkata: “Yang berbahagialah ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya”. Ya, memiliki anak yang takut akan Tuhan, bijaksana, cerdas, baik hati dan memiliki buah-buah kehidupan sebagaimana layaknya pengikut Kristus adalah impian semua ibu. Akan tetapi, faktanya, ada sangat banyak ibu yang menangis, sedih, kecewa dan terluka karena anaknya. Anak yang ia kandung, ia lahirkan dengan mempertaruhkan nyawa, yang ia susui. ia rawat, ia besarkan dan ia didik sedemikian rupa, tidak seperti yang ia harapkan. Anaknya malah tumbuh menjadi anak yang brutal, menyakiti dan mengecewakan orangtua, liar, tidak taat, lupa akan Tuhan, hidup menyimpang dari jalan Tuhan dan lain sebagainya. Padahal, sukacita terbesar seorang ibu Kristen sebagai orangtua adalah apabila anak-anaknya hidup dalam kebenaran (3 Yohanes 1:4).
Hari-hari terakhir ini semakin banyak kita mendengar berita terkait perilaku minus seorang anak. Ada anak yang berani melawan dan memaki orangtuanya di depan umum, ada anak yang berani memukul ibunya, ada anak yang tega membawa ibunya ke pengadilan bahkan ada anak yang membunuh ibu kandungnya sendiri. Apakah anak-anak yang brutal dan seolah-olah tak takut Tuhan ini tak pernah dididik orangtuanya? Apakah ibunya tak pernah menasehati dia? Apakah orangtuanya tidak pernah mendoakannya? Walaupun tidak ada pola pengasuhan anak yang sempurna, ada kemungkinan, ibunya sudah merawat dan mendidiknya dengan sangat baik. Apabila anak tidak seperti yang diharapkan, maka timbul kekecewaan, luka dan kesedihan yang amat sangat pada seorang ibu. Jadi tidak heran jika Yesus memberi respon yang demikian terhadap perempuan yang diceritakan di atas.
“Yang berbahagialah ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya”. Demikian kata Yesus. Jadi, ibu yang berbahagialah adalah ibu yang mendengarkan firman Allah dan memeliharanya. Ibu seperti apa yang berkarakter “mendengarkan firman Allah dan memeliharanya”? Penulis melihat dalam Alkitab hal ini sangat jelas diterangkan dalam banyak ayat, antara lain sebagai berikut:
- Mau menasehati dan memperingatkan anak dengan tegas – Ada satu kisah di Alkitab yang menceritakan tentang keluarga imam Eli. Imam Eli memiliki dua orang anak laki-laki yang bernama Hofni dan Pinehas. Kedua anak imam Eli ini adalah orang-orang dursila dan tidak mengindahlan Tuhan ataupun batas hak para imam. Setiap kali seseorang mempersembahkan korban sembelihan, sementara daging itu dimasak, datanglah bujang imam membawa garpu bergigi tiga di tangannya dan dicucukkannya ke dalam bejana atau ke dalam kuali atau ke dalam belanga atau ke dalam periuk. Segala yang ditarik dengan garpu itu ke atas, diambil imam itu untuk dirinya sendiri. Demikianlah mereka memperlakukan semua orang Israel yang datang ke Silo. Bahkan, sebelum lemaknya dibakar, bujang imam itu datang lalu berkata kepada orang yang mempersembahkan korban itu: “Berikanlah daging kepada imam untuk dipanggang, sebab ia tidak mau menerima dari padamu daging yang dimasak, hanya yang mentah saja.” Apabila orang itu menjawabnya: “Bukankah lemak itu harus dibakar dahulu, kemudian barulah ambil bagimu sesuka hatimu,” maka berkatalah ia kepada orang itu: “Sekarang juga harus kau berikan, kalau tidak, aku akan mengambilnya dengan kekerasan.” Dengan demikian sangatlah besar dosa kedua orang muda itu di hadapan TUHAN, sebab mereka memandang rendah korban untuk TUHAN. Selain itu, anak-anak imam Eli suka tidur dengan perempuan-perempuan yang melayani di depan pintu Kemah Pertemuan. Imam Eli memang menasehati anak-anaknya, tetapi tidak dengan tegas. Oleh karena itu, TUHAN berkata kepada imam Eli: “Mengapa engkau menghormati anak-anakmu lebih dari pada-Ku? (Baca : 1 Samuel 2:11-26). Akhir dari kisah keluarga imam Eli adalah kedua anak laki-lakinya, yaitu Hofni dan Pinehas tewas, tabut Allah dirampas oleh orang Filistin dan imam Eli mati (1 Samuel 4:17-18). Anak tidak boleh terlalu dimanja karena itu dapat membuatnya tumbuh menjadi anak yang liar dan suka berbuat apapun semaunya. Orangtua punya otoritas terhadap anaknya. Jika orangtua kehilangan otoritas dan wibawa, maka anak akan bersikap tidak hormat dan kurang ajar kepada orangtua. Saat ini banyak orangtua yang kehilangan wibawa dan otoritas di hadapan anak. Mengapa demikian? Karena orangtua tidak dapat menjadi teladan yang baik untuk anak-anaknya. Walaupun imam Eli menasehati atau menegur anak-anaknya atas perbuatan mereka, akan tetapi anak-anaknya tidak mau taat kepada imam Eli. Ternyata, imam Eli pun berlaku tidak benar. Hal ini nyata pada teguran TUHAN terhadap imam Eli. TUHAN menegur imam Eli: “Mengapa engkau memandang loba kepada korban sembelihanku dan korban sajian-Ku? …… engkau menggemukkan dirimu dengan bagian yang terbaik dari setiap korban sajian umat-Ku Israel? (1 Samuel 2:29)” Menjadi ibu di zaman sekarang memiliki tantangan tersendiri. Jadi, sebagai ibu, kita harus mau menasehati dan memperingatkan anak-anak kita dengan kita dengan tegas. Dalam Amsal 1:8B tertulis: “Jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu!” Ya, ibu harus mengajar anak-anaknya sedemikian rupa. Nasehati dan peringatkanlah anak dengan tegas! Ajarlah mereka untuk selalu takut akan TUHAN! Akan tetapi, ajaran, nasehat dan peringatan itu hanya akan efektif jika ibu dapat menjadi teladan bagi anak-anaknya.
- Bijak – Dalam Amsal 14:1 tertulis: “Perempuan yang bijak mendirikan rumahnya, tetapi yang bodoh meruntuhkannya dengan tangannya sendiri.” Rumah yang nyaman bukan berarti harus berukuran besar dan mewah. Rumah yang nyaman adalah rumah dimana penghuninya hidup rukun dan damai sehingga berkat-berkat Tuhan dicurahkan di sana (Mazmur 133:1-3). Rumah yang nyaman adalah sesuatu yang dibangun. Rumah yang nyaman membuat seluruh anggota keluarga betah tinggal di sana. Salah satu penentu kenyamanan rumah adalah ibu. Sebagai seorang perempuan, ibu harus bijak. Tangan seorang ibu punya kuasa untuk membangun atau menghancurkan rumahnya. Dengan tangannya, seorang ibu dapat memeluk dan membelai anak-anaknya. Dengan tangannya, seorang ibu dapat merawat anak-anaknya. Sayangnya, ada ibu yang dengan tangannya sendiri menghancurkan rumahnya. Salah satu yang sangat dibutuhkan sekaligus sangat berbahaya saat ini adalah gadget. Ibu yang tidak bijak tidak dapat mengatur dan mengendalikan tangannya sehingga ia menggunakan gadget dengan sembrono. Ada banyak ibu yang mengalami masalah serius akibat tak bijak menggunakan gadget. Terlibat pertengkaran sana sani, terkesan sangat norak sehingga membuat malu anak-anaknya bahkan ada yang jatuh ke dalam perselingkuhan dan cybersex. Ini membuat keluarganya menjadi berantakan, anak-anak terluka, perceraian, bahkan ada yang harus berhadapan dengan hukum. Seorang ibu harus bijak.
- Tidak Bebal tetapi Berhikmat – “Perempuan bebal cerewet, sangat tidak berpengalaman, dan tidak tahu malu.” Demikianlah tertulis dalam Amsal 9:13. Seorang ibu tidak boleh bebal karena kebebalannya dapat menimbulkan masalah bagi anak-anaknya. Ibu yang bebal tidak akan dapat merawat, melayani dan mendidik anaknya dengan baik. Oleh karena itu, seorang ibu harus berhikmat. Agar ia dapat memperoleh hikmat Tuhan, maka ia harus sungguh-sungguh hidup dengan takut akan Tuhan.
- Cakap – Ada banyak ibu yang juga berstatus sebagai seorang istri. Apabila ia adalah seorang istri, maka ia hendaknya cakap. Kecakapannya sebagai seorang istri akan membuat hati anak-anaknya bersukacita dan ia akan mendapatkan puji-pujian. (Baca: Amsal 31:10-31)
- Tidak Suka Bertengkar dan Bukan Pemarah – Suka bertengkar dan pemarah adalah karakter yang buruk. Orang yang suka bertengkar lagi pemarah akan menjadi sumber masalah dan menjadi pembuat masalah di mana pun ia tinggal, termasuk di rumahnya. Tidak ada orang yang nyaman dengannya, termasuk anak-anaknya (Amsal 21:19; Amsal 27:15). Seorang ibu tidak boleh suka bertengkar dan tidak boleh pemarah.
- Tidak Berjalan Menurut Nasihat Orang Fasik tetapi Suka Firman Tuhan – Kemajuan teknologi di zaman ini membuat para ibu mudah mendapatkan akses apapun, termasuk akses untuk mendapatkan berbagai nasihat. Sayangnya, nasihat-nasihat tersebut belum tentu sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Ada sangat banyak nasihat yang menyimpang dari kebenaran firman Tuhan sehingga dapat membawa orang ke dalam masalah dan bencana. Oleh karena itu, para ibu harus hati-hati dalam mencari nasihat. Dari menuruti nasihat orang fasik, lebih baik berpegang teguh kepada firman Tuhan. Dalam Yosua 1:8 tertulis: “Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah ini siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.” Sementara itu, dalam Mazmur 1:1-3 tertulis: “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya, apa saja diperbuatnya berhasil.” Jadi jelas, jika seorang ibu tidak mau menuruti nasihat orang fasik tetapi kesukaannya adalah firman Tuhan, maka ia akan beruntung.
- Penuh Kasih – Mengasihi sesama seperti diri sendiri adalah hukum yang harus ditaati oleh setiap orang Kristen (Matius 22:39). Ibu yang penuh kasih sangat dibutuhkan oleh anak-anaknya. Ibu yang penuh kasih pasti menyenangkan. Anak-anaknya akan merasa nyaman dan aman berada di dekatnya.
- Bersukacita senantiasa, Tetap Berdoa dan Mengucap Syukur dalam Segala Hal – Dalam 1 Tesalonika 5:16-18 tertulis: “Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” Bersukacita senantiasa, tetap berdoa dan mengucap syukur dalam segala hal bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Hanya orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan yang dapat melakukan hal tersebut. Oleh karena itu, seorang ibu harus benar-benar percaya dan bergantung sepenuhnya kepada Tuhan agar ia dapat bersukacita senantiasa, berdoa dan mampu mengucap syukur dalam segala hal.
- Hidup Kudus – “Kuduslah kamu sebab Aku kudus.” Demikianlah tertulis di dalam 1 Petrus 1:16. Selain itu, dalam Ibrani 12:14B tertulis: “Kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun dapat melihat Tuhan.” Hidup kudus adalah perintah Allah kepada setiap orang, termasuk kepada para ibu. Kudus dalam perkataan, kudus dalam pikiran dan kudus dalam perbuatan. Seorang ibu harus menjaga hidupnya kudus di hadapan Allah. Hidup kudus hanya dapat dilakukan jika ia senantiasa berjalan bersama Tuhan. Kekuatan dari Tuhan akan memampukannya hidup kudus seperti yang Tuhan kehendaki.
- Mewariskan Teladan Iman kepada Anak-anaknya – Pertumbuhan iman Timotius ternyata tidak lepas dari iman ibunya, Eunike (2 Timotius 1:5). Ini menjadi pembelajaran bagi para ibu bahwa iman seorang ibu kepada Kristus akan memengaruhi perkembangan iman anak-anaknya. Banyak orang yang berupaya sedemikian rupa agar dapat memberikan warisan kepada anak-anaknya. Hal tersebut tentu tidak salah, tetapi yang terbaik dan terpenting adalah menunjukkan dan mengajarkan kepada anak-anak bagaimana hidup beriman kepada Kristus. Itulah warisan terindah.
Tidak perlu terlalu berkecil hati dan terlalu bersedih apalagi sampai tenggelam dalam kesedihan apabila anak-anak belum seperti yang diharapkan. Yang penting, tetaplah setia dan taat kepada Tuhan! Mintalah hikmat dan kekuatan dari Tuhan untuk dapat mendidik anak-anak di jalan Tuhan! Mohon belas kasihan dan anugerah Tuhan bagi setiap anak-anak kita, agar mereka juga memperoleh anugerah keselamatan di dalam Yesus Kristus dan hidup di jalan Tuhan! Allah tahu bagaimana memroses dan mendidik setiap orang. Selamat Hari Ibu, 22 Desember 2022. Berbahagialah para ibu yang hidup takut akan Tuhan, berbahagialah para ibu yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya. Tuhan Yesus memberkati. (SRP)
Leave a Reply