Bacaan:
Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. — Yohanes 14:1
Tanggal: 22 Desember
Secara sederhana gelisah dapat diartikan sebagai suatu kondisi di mana hati merasa tidak tenang. Ketidaktenangan ini tampak jelas dalam ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan perilaku individu. Dalam kadar tertentu gelisah merupakan gejala gangguan kesehatan mental. Rasa gelisah muncul karena ada rasa kuatir atau takut akan sesuatu.
Kegelisahan yang dialami oleh seseorang dapat membuat orang tersebut tidak dapat berpikir dengan jernih, mengalami gangguan tidur, tidak dapat makan dengan enak dan stres.
Ada banyak hal yang dapat menimbulkan kegelisahan dalam diri seseorang, misalnya karena harus menunggu sesuatu yang tidak diketahui pasti apakah sesuatu itu sesuai dengan harapan atau tidak; pemberitaan negatif di berbagai media termasuk media sosial, misalnya tentang pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, begal, perselingkuhan dan lain-lain; target tertentu tidak tercapai, dan lain sebagainya.
Jika tidak segera diatasi dengan baik, kegelisahan akan berdampak negatif terhadap orang yang mengalaminya, misalnya menjadi mengalami gangguan kesehatan fisik, mental dan sosial. Oleh karena itu, rasa gelisah tidak boleh dianggap sepele.
Para ahli kesehatan mental memiliki banyak nasihat terkait bagaimana mengatasi rasa gelisah, misalnya: mengelola pikiran, berolahraga dengan cukup dan teratur, mengonsumsi makanan yang sehat, tidak mengosumsi alkohol secara berlebihan, tidak menggunakan napza, tidur/istirahat yang cukup, tidak merokok dan dalam kondisi tertentu harus datang ke pusat layanan kesehatan mental untuk mendapatkan pertolongan.
Kekuatiran yang menyebabkan orang menjadi gelisah adalah hal yang manusia dan dapat dipahami. Akan tetapi, rasa gelisah tidak boleh dipelihara agar hidup kita produktif dan berkualitas.
Kepada orang-orang pendatang yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia, Rasul Petrus menasihatkan agar mereka menyerahkan segala kekuatiran mereka kepada Allah, karena Allahlah yang memelihara mereka (1 Petrus 5: 7).
Pemazmur juga ternyata pernah mengalami kegelisahan. Dalam Mazmur 43:5 tertulis: “Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!” Pemazmur menyadari bahwa ia gelisah sehingga ia memerintahkan jiwanya untuk berharap kepada Allah sebab Allah adalah penolongnya.
Sama halnya dengan pemazmur dan orang-orang pendatang yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia, kita pun harus menyerahkan segala kekuatiran dan ketakutan kita kepada Allah karena Dialah penolong kita.
Inilah adalah bentuk terapi yang paling tepat dan paling manjur bagi barangsiapa yang tertimpa rasa gelisah. Allah pasti akan menolong kita serta memenuhi hati dan pikiran kita dengan damai sejahtera. Sekali lagi, jangan gelisah, percayalah kepada Allah, percayalah Tuhan Yesus Kristus (Yoh. 14:1). (SRP)