Nilai Hidup Baru dalam Kristus

Bagikan:

Loading

Bacaan:
Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu. — Matius 7:6

Tanggal: 21 Januari

Saudara, salah satu orang kudus yang patut kita teladani adalah St. Aloysius Gonzaga (9 Maret 1568 – 21 Juni 1591). Bagi Gereja Katolik Roma, dia adalah santo pelindung kemurnian kaum muda Katolik.

Siapakah sebenarnya Aloysius ini? Nama lengkapnya adalah Aloysius (Luigi) Gonzaga, putra tertua Marchese (bangsawan) dari Castiglione. 

Sejak masa anak-anak, Aloysius sudah tertarik dengan kehidupan keagamaan. Aloysius mulai berdoa dan dengan kegembiraan besar mendaraskan mazmur-mazmur. Masa mudanya bertumbuh dengan kedekatannya kepada Tuhan.

Suatu hari pada 1578, selagi berada di dalam Gereja Maria Annunciata, ia membuat sebuah keputusan kuat untuk tidak pernah menyakiti Tuhan dengan berdosa. Ketika ia sedang berdoa di Gereja Yesuit, hasratnya makin kuat menjadi seorang rahib (imam). Karena itu, ia kemudian masuk ke biara ordo Yesuit untuk menyerahkan hidupnya bagi Tuhan.

Keputusannya tentu saja mendapat pertentangan dari ayahnya karena ayahnya berharap ia dapat meneruskan kebangsawan ayahnya. Sebagai anak tertua, Aloysius tentu menjadi ahli waris dari kekayaan ayahnya. Namun, semuanya itu ia tinggalkan.

Walaupun ayahnya menentangnya, tetapi akhirnya ayahnya pun merestuinya setelah beberapa tahun ayahnya berusaha mencoba mengalihkan keinginannya tersebut.

Aloysius akhirnya berhasil menyelesaikan masa novisiatnya selama di biara. Ia mengucapkan ke-3 kaulnya (kemiskinan, kemurnian, dan ketaatan) pada 25 November 1587 dan melanjutkan studinya dengan belajar teologi dan filsafat.

Ketika terjadi wabah penyakit dan kelaparan di Italia, Aloysius yang masih muda ini terjun melayani orang-orang yang terkena wabah penyakit tersebut.

Aloysius mengumpulkan dana dengan mengemis di Roma bagi daerah-daerah yang terkena wabah. Aloysius bekerja langsung merawat orang-orang sakit, mengangkut orang-orang yang hampir mati di jalan raya, membawanya ke rumah sakit, memandikan mereka dan memberi mereka makan serta mempersiapkan mereka untuk penerimaan sakramen-sakramen.

Namun demikian, pada akhirnya Aloysius pun terpapar wabah penyakit tersebut. Ia mengalami sakit parah dan dalam doanya ia tahu bahwa hidupnya tidak akan lama lagi. Pada  Jumat, 21 Juni 1591, Aloysius menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Saudara, dari kisah hidup Aloysius tersebut, kita melihat ada nilai hidup baru dalam Kristus yang Aloysius lihat. Inijil Matius memberitahukan kepada kita apa nilai hidup baru tersebut. Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu (Mat. 7:6).

Mari Saudara renungkan hal ini. Tuhan Yesus memberkati. (BTS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *