Bacaan:
Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. — 1 Yohanes 2:16
Tanggal: 27 Januari
Apa sebenarnya paradigma itu? Perhatikan hal berikut ini. Ketika Musa mengutus 12 orang muda dari 12 suku Israel untuk mengintai tanah Kanaan, apa laporan dari 12 orang tersebut?
Mereka melihat tanah, wilayah, dan penduduk setempat yang sama, tetapi mereka menyampaikan dua macam laporan yang berbeda. Ada yang berpendapat mereka tidak dapat masuk tanah itu karena penduduknya besar-besar seperti raksasa. Sebaliknya hanya 2 orang berpendapat bahwa mereka dapat menaklukkan musuh karena Tuhan akan menolong menghadapi raksasa-raksasa tersebut.
Perhatikanlah bahwa mereka memiliki pandangan yang berbeda. Cara orang memandang inilah yang secara umum disebut paradigma.
Dalam renungan hari ini, ada paradigma berbeda, yaitu: keinganan yang bersifat duniawi dan kehendak Bapa. Keduanya bertolak belakang. Dari kedua ini, kita berada di posisi mana?
Kalau kita berada di posisi pertama, kita hidup dengan cara pandang hanya berdasarkan kesenangan diri sendiri dan pemuasan hawa nafsu. manusia mengejar keinginan daging, keinginan mata, dan keangkuhan hidup. Semuanya mengarah untuk mencapai keinginan tersebut. Manusia tidak menyadari keberadaan Tuhan dan tujuan Tuhan menciptakan manusia.
Sebaliknya, kalau kita berada di posisi kedua, kita mengubah paradigma pertama dengan cara pandang memperbaharui akal budi, sehingga kita dapat memahami kehendak Bapa (Rm. 12:2).
Inilah paradigma baru dalam hidup baru. Proses kelahiran baru atau memasuki hidup baru menghasilkan perubahan yang besar dalam hidup orang percaya. Perjalanan menuju kematian kekal akibat dosa, berbalik menjadi perjalanan menuju kehidupan kekal bersama Tuhan Yesus. Seiring dengan perubahan tersebut, cara pandangnya pun mengalami perubahan. Ada paradigma baru yang terbentuk oleh peristiwa keselamatan tersebut.
Puncak kehidupan seseorang terjadi ketika orang tersebut dapat menemukan dan menjalani kehendak Allah yang baik, berkenan dan sempurna dalam hidupnya. Hidup kita akan sungguh-sungguh memuliakan Tuhan dan berdampak bagi orang lain, karena melakukan kehendak-Nya tersebut. (BTS)