Hidup Baru Selektif dalam Bergaul

Bacaan:
Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik. — 1 Korintus 15:33

Tanggal: 29 Januari

Ketika saya memasuki usia remaja awal (sekitar Kelas 6 SD – SMP), saya senang berkumpul dan berinteraksi dengan teman-teman saya. Layaknya remaja pada umumnya, kami senang melakukan banyak hal bersama-sama. Berangkat dan pulang sekolah atau les bersama, mengerjakan tugas sekolah bersama. Bahkan, tugas kelompok pun dijadikan alasan agar bisa kumpul dengan teman-teman.

Selain kantin sekolah dan warung bakso yang kecil, rumah dijadikan tempat berkumpul. Teman-teman sering datang ke rumah saya. Sebaliknya, saya pun sering bermain ke rumah teman-teman saya. Ketika teman-teman datang ke rumah, orangtua saya pasti menemui mereka. Orangtua saya pasti akan bertanya di mana rumah mereka, siapa orangtua mereka dan lain sebagainya.

Wajah orangtua saya tampak lega jika mereka tahu di mana teman-teman saya tinggal dan siapa orangtua mereka. Orangtua saya akan tampak senang jika ternyata orangtua teman-teman saya adalah orang-orang yang mereka kenal.

Selain itu,  orangtua saya juga pasti menasihati agar kami rajin belajar dan tetap menjadi anak yang baik. Ketika saya berkunjung ke rumah teman-teman saya, orangtua mereka pun melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh orangtua saya.

Kadangkala, dengan alasan memberikan kudapan kepada kami yang sedang ngobrol, mereka datang menghampiri kami dan ikut ngobrol walau sebentar. Sepertinya, para orangtua kami ingin memastikan siapa saja yang menjadi teman kami dan apa saja yang kami kerjakan jika sedang bersama.

Suatu ketika, salah seorang teman saya dikabarkan mengalami kehamilan yang tidak diinginkan (kehamilan di luar perkawinan). Mendengar kabar itu, saya santai saja karena saya merasa itu bukan urusan saya. Tetapi tidak demikian halnya dengan orangtua saya. Saya dipanggil dan diajak ngobrol bertiga (ayah saya, ibu saya dan saya).

Panjang lebar orangtua saya berbicara. Saya tidak ingat detailnya, tetapi yang pasti mereka mewanti-wanti agar saya berhati-hati  dalam bergaul.  Hal yang sama juga dialami oleh teman-teman saya. Peristiwa itu membuat mereka mendapat nasihat ekstra dari orangtua mereka.

Waktu itu saya tidak mengerti mengapa orangtua kami sedemikian cerewet karena peristiwa tersebut. Saya berpikir, walaupun kami berteman, kami tidaklah sama.  Seiring dengan bertambahnya usia dan didikan, saya menjadi memahami bahwa pergaulan bukanlah hal sederhana yang dapat dianggap remeh. Itulah yang membuat orangtua kami menjadi berlaku demikian.

Pergaulan sangat memengaruhi hidup seseorang. Pengaruh buruk pergaulan tidak hanya dapat terjadi pada remaja, tetapi dapat terjadi di semua level usia, termasuk orang dewasa.

Kalimat “Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik” yang tertulis 1 Kor. 15:33 adalah isi surat rasul Paulus kepada jemaat Allah di Korintus. Yang namanya jemaat sudah pasti termasuk orang dewasa.

Ada banyak masalah muncul pada kita (orang dewasa) karena salah bergaul. Gaya hidup glamour, seks bebas,virtual sex,  korupsi, perselingkuhan, perzinahan, perceraian, penyalahgunaan napza, abai terhadap tanggung jawab, tidak perduli dengan ajaran Kristus dan lain sebagainya. Yang terjadi pada orang dewasa, sering kali disebabkan oleh karena ia salah bergaul.  Oleh karena itu, setiap kita harus benar-benar memperhatikan apa yang disampaikan pemazmur, yang ditulis dalam Mzm. 1:1-6.

Dalam Mzm. 1:1-2 pemazmur mengatakan:“Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan percemooh, tetapi yang kesukaannya ialah ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.”

Duduk dan berdiri bersama seseorang atau sekelompok orang dapat dikatakan sebagai lambang kebersamaan dan pergaulan. Agar kita berbahagia seperti yang dikatakan oleh pemazmur, maka kita tidak boleh duduk dan berdiri (bergaul) dengan orang yang salah (kumpulan pencemooh, orang berdosa).

Bersikap ramah dan berbaik hati kepada semua orang adalah suatu keharusan bagi setiap kita orang Kristen (pengikut Kristus), tetapi kita harus selektif dalam bergaul. Jangan sampai pergaulan membuat hidup kita tidak berkenan kepada Allah. Hidup baru harus selektif dalam bergaul.(SRP)

Mari kita berdoa:

Bapa di sorga, terima kasih untuk firman-Mu yang kami dengarkan hari ini. Berikanlah hikmat kepada kami ya Bapa, agar kami selektif dalam bergaul, sehingga kami berbahagia  dan mempermuliakan nama-Mu. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus kami berdoa. Amin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

× How can I help you?