Bacaan:
Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya. — Ibrani 5:8
Tanggal: 30 Januari
Usia tidak menjadi ukuran seseorang menjadi dewasa. Meski usia bertambah, belum tentu cara pikir juga bertambah matang. Tak jarang, ada orang yang usianya tinggi masih memiliki sikap dan pola pikir kekanak-kanakan. Di sisi lain, tak sedikit pula orang berusia muda yang menunjukkan kedewasaan dalam berpikir, bertindak, dan mengambil keputusan.
Inilah namanya dewasa secara budi pekerti dan akhlak. Namun sebagai pengikut Kristus, Kristus memberikan kedewasaan yang melebihi hal tersebut. Itulah kedewasaan rohani (Kristiani).
Menjadi orang Kristen yang dewasa berarti kita bertumbuh tidak hanya dalam pola pikir, tetapi juga secara rohani. Ini adalah sebuah proses yang harus kita lakukan terus-menerus, bukan sesuatu yang instan.
Kita akan kaget membaca renungan hari ini: “Sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya.” (Ibr. 5:8)
Mengapa kita kaget? Lihatlah sejak masa kanak-kanak, Yesus juga belajar taat kepada Bapa-Nya sekalipun Dia adalah Anak Allah. Dia taat menjalani penderitaan-Nya. Di sinilah kita dapat mengatakan bahwa Kristus pun berproses menjadi dewasa secara rohani padahal Dia Anak Allah.
Kristus saja berkenan mengikuti proses kedewasaan secara rohani. Bagaimana dengan kita?
Kristus sudah memberikan kita hidup baru. Isilah hidup baru kita dengan belajar kedewasaan secara rohani seperti Kristus. Kita mau belajar menggali firman Tuhan lebih dalam (Mzm. 1:2), berdoa (Luk. 11:1), membagikan iman dan meyakinkan orang lain akan firman Tuhan (2 Tim. 4:2), membimbing orang ke jalan Tuhan dan memimpin di dalam Tuhan (Kol. 1:28), takut akan Allah dan berpegang pada perintah-Nya (Ul. 17:19), percaya kepada Tuhan dalam segala hal (Yoh. 11:15), serta taat, berserah, dan melakukan hal yang benar meskipun sulit (Ibr. 5:8).
Selamat belajar dalam memaknai hidup baru menuju kedewasaan secara rohani dalam Kristus. (BTS)
