Bacaan:
Di dalam kasih tidak ada ketakutan; kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan. — 1 Yohanes 4:18
Tanggal: 06 Februari
Di dunia ini masih banyak orang yang ketakutan, cemas, khawatir, putus harapan, kehilangan, ketidakpercayaan, dan sebagainya. Semuanya ini menyebabkan mereka berpikir bahwa hidupnya di dunia ini tidak lagi memiliki arti apa-apa.
Sebagai anak-anak Tuhan, kita patut bersyukur karena Tuhan begitu baik. Bahkan Tuhan Yesus sendiri berkata demikian: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (Mat. 11:28)
Setiap langkah, tugas, pekerjaan, dan lain-lain selalu ada penyertaan Tuhan di dalamnya. Kasih Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Walaupun kita berpaling dari-Nya, Ia tetap setia pada kasih-Nya. Kita sebagai anak-anak Tuhan tak sepantasnya untuk melupakan Tuhan.
Kasih Tuhan melalui pengurbanan Yesus di kayu salib seharusnya melenyapkan semua rasa takut kita. Karena Kristus sudah menanggung dosa kita di kayu salib, sehingga kita punya jaminan akan hari esok.
Kita hendaknya tak perlu risau dan hidup dalam rasa takut, karena Tuhan sudah mengasihi kita dengan kasih-Nya yang sempurna. Sudah seharusnya kita memberitakan hal ini kepada mereka yang merasa takut.
Kasih Allah itu berbeda dengan kasih manusia yang sering menuntut persyaratan, khususnya hubungan sosial yang mengharuskan untuk saling memberi keuntungan. Sifat inti dari Allah adalah kasih, kasih yang tak bersyarat atau agape.
Kita mengasihi seseorang sebagai wujud menaati Tuhan dan perintah-Nya, demi kebaikan orang lain, dan mengupayakan berkat dan keuntungan orang lain untuk jangka panjang. Pengikut Kristus seharusnya memiliki sikap seperti ini.
Terakhir, kasih Allah itu tidak berkesudahan. Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Haleluya! (Mzm. 117:2). Ini berarti kasih Tuhan mengalir untuk selama-lamanya. Ini berbeda dengan apa yang manusia lakukan yang sifatnya hanya sementara. Manusia kerap mengukur kasih Tuhan berupa materi harta benda dan tolak ukur lainnya. Alih-alih, bagi Allah karakter manusia jauh lebih berharga. (BTS)