Oleh : Pdt. Marihot Siahaan
Ayat Renungan :
1 Raja – raja 3: 3 – 14
Ayat Emas :
“Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini?” – (1 Raja – raja 3: 9)
Di dunia ini kita dapat melihat manusia berhasil mengumpulkan harta , meraih gelar, merebut kuasa dan memperpanjang umur. Ada banyak orang yang mengangap pencapaian itu tidak ada hubungannya dengan Tuhan. Orang – orang seperti ini biasanya jatuh pada kesombongan dan diikuti perilaku jahat yang asosial. Berbeda dengan orang beriman, mereka akan dengan rendah hati dan gembira mengaku bahwa segala sesuatu pencapaian bersumber dari Tuhan yang mahabaik.
Orang beriman akan selalu bersyukur atas segala sesuatu yang ada dan berusaha mempergunakannya untuk menyenangkan hati Tuhan dan menyenangkan hati sesamanya.
Dalam firman Tuhan yang menjadi renungan kita kali ini, kita disuguhkan suatu mengalaman dan pemahaman yang lebih tinggi yang datang dari seorang raja Israel, yaitu Salomo, anak Daud. Salomo memang sangat mengasihi Tuhan, sebagaimana dikatakan pada ayat 3: “ Dan Salomo menunjukkan kasihnya kepada TUHAN dengan hidup menurut ketetapan-ketetapan Daud, ayahnya; hanya, ia masih mempersembahkan korban sembelihan dan ukupan di bukit-bukit pengorbanan.”
Oleh kedekatannya kepada Tuhan, ia mampu melihat sesuatu yang lebih berharga dari pada kekayaan, kekuasaan, kemuliaan dan umur yang panjang. Yang lebih berharga itu adalah ketika dengan rendah hati dan penuh harap dia meminta kepada Tuhan. Apakah itu? Jawabnya adalah hati yang dapat menimbang dan dapat membedakan yang baik dan yang jahat. Itu adalah hikmat.
Kerinduan dan usaha Salomo mencari hikmat telah membuat dia mampu mengedepankan kepentingan orang banyak. Ia tidak mementingkan diri sendiri, melainkan lebih menentingkan kesejahteraan rakyatnya. Dan luar biasa, Tuhan menjawab dan mengganjar kerinduan Salomo itu dengan berlipat ganda dan melimpah ruah. Tuhan memberikan kepadanya jauh melebihi yang dia minta. Bahkan mengikuti hikmat, Tuhan juga memberikannya banyak hal bahkan yang tidak dia minta.
Dalam hal ini kita diajarkan bahwa hikmat adalah hal yang utama di mata Tuhan dan bagi Salomo. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa hikmat adalah suatu kemampuan memahami, memaknai dan menghadapi kehidupan yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada manusia. Jadi benar bahwa hikmat adalah harta yang berharga dan utama bagi kita.
Dalam kehidupan (per-adat-an dan peradaban) orang Batak apa yang dinamakan hikmat ini pasti ada juga. Di lingkungan masyarakat Toba misalnya disebut “Bisuk atau Habisuhon” (Hikmat dan kebijaksanaan). Teman -teman kita yang akrab dengan Pakpak, Karo, Simalungun dan Angkola/Mandailing pasti bisa mengetahui dan memahaminya. Berharap satu saat bisa berbagi pengetahuan dan pemahaman tentang itu kepada kita.
Hanya sayang, mungkin sudah berpuluh-puluh tahun pentingnya hikmat telah terpinggirkan oleh tiga aspek yang disebut Trisintasinta (Tri Cita – cita) orang Batak, yakni “HAMORAON, HAGABEON, HASANGAPON.” Membuat orang Batak seakan tidak mengenal hikmat dan tidak membutuhkannya. Inilah yang menjadi masalah itu. Karena kita yakin, ketika orang hanya mengejar harta dunianya tanpa hikmat dari Allah akan menyimpang ke jalan yang salah dan terjerumus ke lobang ke kejahatan. Orang yang mengejar harta semata, jika tidak berhasil akan putus asa. Sebaliknya, jika berhasil menjadi sombong.
Kita tidak yakin bahwa orang Batak tidak merindukan dan membutuhkan hikmat. Dalam segala situasi kehidupan kita membutuhkan hikmat dan orang berhikmat. Kita membutuhkannya dalam suka atau duka, kemujuran dan pergumulan, kesulitan dan kemudahan, dan keberhasilan dan kegagalan. Supaya kita dapat menghadapi dan mengelola semua itu dengan baik dengan pertolongan Tuhan.
Jika kita amati orang Batak sangat merindukan dan mencari hikmat. Ada pepatah Batak Toba begini, “Tubu ma hau tambissu jonok ni hau tadatada, tubu ma anak na bisuk jala marsahala.”Lebih lagi kita sebagai orang Kristen, sebagaimana dalam renungan kita hari ini, hikmat harus kita letakkan menjadi hal utama dalam hidup kita pribadi atau secara komunal. Hikmat itu akan membuat hati kita selalu terpaut kepada Tuhan dan berlaku baik kepada sesame kita. Dan ingat sumber segala hikmat adalah TUHAN Allah yang kita kenal di dalam Tuhan Yesus Kristus. “O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!” (Roma 11: 33)
Kiranya seluruh kita umat Tuhan senantiasa merindukan hikmat, dan Dia yang kaya akan hikmat itu memberikannya kepada kita.
Marilah kita berdoa:
Ya Tuhan Allah dalam Yesus, Allah kami yang Mahahikmat, curahkanlah hikmat kepada kami senantiasa. Demi namaMu kami berdoa. Amin.
buy cheap cytotec without dr prescription avigra tylenol infantil xarope bula Research carried out by Lesley Bain of Police Scotland said that stop and searches carried out in the old Strathclyde Police area and the new Police Scotland Edinburgh division had demonstrated reductions in violence