Menghajar pada Waktunya

Bacaan: Ibrani 12:5-11

Ayat Emas:
Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya menghajar dia pada waktunya. — Amsal 13:24

Tanggal: 08 Februari

Waktu saya kelas tiga SD, saya pernah pulang sekolah tidak langsung pulang, tetapi  pergi  bermain. Memang saya sudah tidak dijemput oleh orangtua saya karena jarak sekolah dan rumah tidak terlalu jauh dan banyak teman pulang bareng.

Waktu itu belum adahandphone dan tak terpikir untuk memberi kabar ke rumah. Saya dan teman-teman saya asyik bermain kuaci hingga hampir sore. Saya berhasil mengalahkan semua teman-teman saya sehingga saya memperoleh banyak sekali kuaci. Saat itu, kuaci anak yang menang bisa dibeli dengan harga yang lebih murah dibanding dengan harga di warung. Dengan demikian, menang bermain kuaci bisa berarti dapat uang dari perjualan kuaci hasil kemenangan.

Saya pulang ke rumah dengan riang gembira. Persis di depan pintu saya melihat ayah dan ibu saya berdiri dengan wajah panik. Melihat saya pulang dengan tak kekurangan sesuatu apapun, bahkan ada sekantong plastik kuaci di tangan, sepertinya ayah saya tahu bahwa saya baru pulang dari bermain.

Singkat cerita, saya dihajar oleh ayah saya. Betis saya disabet dengan beberapa lidi. Sakit lho, jadi saya menangis. Melihat saya menangis, tiba-tiba ayah saya memeluk saya dan ikut menangis. Saya lihat tangisan ayah saya lebih nyaring dari pada tangisan saya. Sambil memeluk dan mengusap kepala saya, ayah saya mengatakan bahwa beliau sangat cemas, bingung dan takut. Mereka sudah mencari saya ke rumah teman-teman saya, tetapi saya tidak ada di sana.

Selain itu, tidak ada yang tahu saya pergi ke mana. Memang, waktu itu kami bermain di rumah teman yang bukan satu sekolah dengan kami dan itu agak jauh dari rumah saya. Ayah saya kemudian meminta maaf karena telah menyabet saya. Beliau juga katakan bahwa hati beliau sangat perih mendengar tangisan kesakitan saya. Beliau tak mau saya merasa kesakitan, tetapi tindakan saya tidak benar. Ayah saya meminta ibu saya untuk memandikan saya. Kemudian kami makan bersama. Mereka menasihati saya panjang lebar. Boleh bermain sama teman, tetapi harus pamit sama orangtua.

Sampai saat ini, peristiwa itu tidak dapat dan tidak mau saya lupakan. Saya tahu persis bahwa ayah saya sangat mengasihi saya. Oleh karena itu, beliau menghajar saya.

Sejak peristiwa itu, saya tidak pernah lagi pergi ke mana pun tanpa izin dari orangtua saya. Apa yang dilakukan oleh ayah saya pada waktu itu sepertinya merupakan pengaplikasian dari apa yang tertulis dalam Ibr. 12:3-11.

Saat ini, banyak anak berperilaku tidak baik dan hidup suka-suka karena mereka tidak pernah dihajar oleh orangtua mereka. Banyak orangtua yang tidak mau menghajar anak mereka dengan alasan tidak tega dan takut. Bahkan, ada yang menganggap bahwa menghajar anak merupakan tindak kekerasan yang bertentangan dengan undang-undang.

Dalam Ams. 13:24 tertulis:“Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya menghajar dia pada waktunya.”

Ada waktunya anak harus dihajar agar ia tetap ada di jalan yang benar. Memang hajaran tersebut tidak boleh atas dasar kejengkelan atau kemarahan orangtua dan tidak boleh membahayakan kesehatan dan keselamatan anak.

Orangtua yang dipimpin oleh Roh Allah pasti tahu dan mampu menghajar anaknya pada waktunya agar anaknya senantiasa hidup dalam kebenaran. Sebagai anak Tuhan, Ia pun akan menghajar kita jika kita melenceng dari jalan-Nya. Jika itu terjadi, jangan kecil hati! Minta ampun pada Bapa dan bertobat! (SRP)

 

MARILAH KITA BERDOA:

Bapa di Surga, terima kasih atas kasih-Mu kepada kami. Ampunilah kami atas ketidaktaatan kami. Terima kasih atas hajaran-Mu kepada kami yang membawa kami kepada pertobatan dan pertumbuhan iman. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus, kami berdoa. Amin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

× How can I help you?