Bacaan:
Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati, dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat. — 1 Petrus 3:8-9
Tanggal: 17 Februari
Kita sebagai umat Kristiani memiliki karakter bahwa Allah sudah memilih dan menetapkan kita sebagai komunitas kasih dan damai. Kita bersyukur bahwa Tuhan menetapkan kita sebagai umat pilihan-Nya. Mula-mula bangsa Israel dan kemudian kita sebagai orang-orang yang menerima Yesus Kristus menjadi Israel baru. Tuhan menetapkan dan memilih kita sebagai persekutuan yang tidak ada batasnya dalam ruang dan waktu.
Umat Kristiani adalah komunitas cinta kasih yang membawa damai dari segala aspek kehidupan dan profesi. Setiap orang yang percaya kepada Kristus menjadi duta Kristus yang hidup untuk mewujudkan cinta kasih dan perdamaian. Kristus sendiri sudah mendemonstrasikan cinta kasih dan perdamaian tersebut. Dia mengosongkan diri-Nya, mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia. Kristus pun merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati. Bahkan, mati-Nya pun di tempat yang sangat hina, yaitu: salib.
Belajar dari Petrus
Renungan kita hari ini merupakan refleksi iman dari Rasul Petus. Kita tahu bagaimana Petrus mempunyai karakter temperamental, emosional, tetapi sejak berguru kepada Yesus, tabiatnya berubah. Petrus mengalami internalisasi hidup bersama Yesus, memahami ajaran kasih-Nya, kerendahan, dan kehinaan. Karena itu, Petrus mengajak komunitas Kristiani untuk menolak perbuatan saling menghina, mencaci maki, dan membalas kejahatan walaupun mereka banyak yang mengalami tekanan dan penderitaan oleh kekuasan pemerintahan Romawi yang mengintimidasi kehidupan kekristenan. Sebaliknya, Petrus mengajak kita justru untuk memberkati.
Nasihat Petrus ini bukanlah ketika posisi hidup kita aman dan nyaman, tetapi justru dalam kondisi tertekan dari pihak penguasa yang menindas. Ajaran kasih tersebut tidak sekadar etika yang indah atau sikap mengasihani diri, melainkan berlandaskan pada kekuatan dan kebaikan Tuhan sendiri.
Karena itu, kita sebagai komunitas Kristiani atau gereja dipanggil untuk melakukan tindakan-tindakan perdamaian dengan perbuatan cinta kasih terhadap sesama dan seluruh ciptaan. Kita menjadi utusan dinamis dari Injil Yesus Kristus dengan mewartakan kabar baik, keselamatan, menghadirkan kasih dan perdamaian. (BTS)
Leave a Reply