Bacaan:Hakim-hakim 11:29-40
Ayat Emas:
Nazarku kepada-Mu, ya Allah, akan kulaksanakan, dan korban syukur akan kubayar kepada-Mu. — Mazmur 56:13
Tanggal: 27 Maret
Yefta adalah seorang pahlawan yang gagah perkasa (Hak. 11:1).Suatu kali, Roh TUHAN menghinggapi Yefta. Ia berjalan melalui daerah Gilead dan daerah Manasye, kemudian melalui Mizpa di Gilead, dan dari Mizpa di Gilead ia berjalan terus ke daerah bani Amon. Lalu bernazarlah Yefta kepada TUHAN, katanya: “Jika Engkau sungguh-sungguh menyerahkan bani Amon itu ke dalam tanganku, maka apa yang keluar dari pintu rumahku untuk menemui aku, pada waktu aku kembali dengan selamat dari bani Amon, itu akan menjadi kepunyaan TUHAN, dan aku akan mempersembahkannya sebagai korban bakaran.” (Hak. 11:29-31). Singkat cerita, Yefta menang melawan bani Amon. Ketika Yefta pulang ke rumahnya, anak perempuannya keluar menyongsong dia dengan memukul rebana dan menari-nari. Ia anak adalah anak tunggal Yefta. Melihat itu, hati Yefta hancur. Walaupun demikian, Yefta mengatakan kepada anak perempuannya bahwa ia sudah bernazar kepada TUHAN dan ia tidak dapat mundur.
Anak perempuan Yefta ternyata sangat mendukung Yefta untuk membayar nazarnya kepada TUHAN. Perempuan muda itu hanya meminta waktu selama dua bulan untuk pergi mengembara ke pegunungan dan menangisi kegadisannya bersama teman-temannya. Yefta mengizinkannya.
Setelah lewat dua bulan, anak perempuan Yefta kembali. Lalu Yefta melakukan kepadanya seperti yang telah ia nazarkan kepada TUHAN. Jika divisualisasikan dalam bentuk film, kisah Yefta dan anak perempuannya pasti akan menimbulkan berbagai emosi pada penontonnya. Mungkin akan banyak orang yang menangis karena sedih dan terharu dengan apa yang dilakukan oleh anak perempuan Yefta.
Anak perempuan Yefta adalah anak yang baik. Ia sangat hormat kepada ayahnya. Sepertinya, relasi antara ayah dan anak perempuan ini dekat. Ini tampak ketika anak perempuan Yefta keluar menyongsong Yefta dengan memukul rebana sambil menari-nari. Ia pun sangat mendukung ayahnya untuk taat kepada TUHAN. Itulah sebabnya ia tak ragu mengorbankan diri agar ayahnya dapat membayar nazar kepada TUHAN. Bagaimana dengan kita? Seberapa dekat kita dengan ayah kita? Apa yang telah kita lakukan untuk mendukung ayah kita?
Mari Kita Berdoa:
Kami berterima kasih ya Bapa untuk ayah yang Engkau berikan kepada kami. Ampunilah kami atas kegagalan kami menjadi anak yang baik untuk ayah kami. Tolonglah ya Bapa agar hubungan kami dengan ayah kami selalu harmonis. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus kami berdoa. Amin.