Bacaan:
Dan Ia bukan masuk untuk berulang-ulang mempersembahkan diri-Nya sendiri, sebagaimana Imam Besar setiap tahun masuk ke dalam tempat kudus dengan darah yang bukan darahnya sendiri. — Ibrani 9:25
Tanggal: 29 Maret
Kita sebagai umat Tuhan pasti pernah memberikan persembahan. Bahkan setiap hari Minggu kita berbakti di gereja, kita memberikan persembahan. Apakah persembahan yang kita berikan itu adalah yang terbaik? Mungkin ya, menurut kita, tetapi Tuhan melihat dengan cara yang lain.
Pernahkah Saudara merenungkan seorang janda miskin yang memberi persembahan 2 peser uang koin di Bait Allah (baca: Mrk. 12:42-44 dan Luk. 21:1-4)? Yesus memuji ketulusan dan keberserahan janda miskin tersebut kepada Tuhan. Yesus mengatakan bahwa janda miskin tersebut memberikan seluruh nafkahnya atau seluruh hidupnya kepada Tuhan. Setelah memberikan persembahan itu, janda miskin tersebut tidak tahu besok makan apa? Akan tetapi dia percaya bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik bagi dirinya. Itulah pengorbanan dari janda miskin tersebut.
Kita dapat bercermin dari janda miskin tersebut. Dia menjadi contoh bagi kita untuk mempersembahkan semua yang ada pada kita, bahkan diri kita sepenuhnya kepada Tuhan.
Persembahan dan Pengorbanan
Saudara, bacaan renungan kita hari ini memberi gambaran tentang suatu persembahan kepada TUHAN. Pada masa Perjanjian Lama, Imam Besar memiliki tugas dan tanggung jawab menyampaikan persembahan penebusan dosa dan pendamaian dari umat kepada TUHAN. Karena itu, Imam Besar setiap tahun masuk ke dalam tempat kudus dengan darah yang bukan darahnya sendiri (Ibr. 9:25).
Yesus sudah mengambil alih peran Imam Besar tersebut, sehingga tidak ada lagi persembahan darah seperti itu. Kristus sudah memberikan darah-Nya sendiri yang kudus menggantikan darah domba sebagai penebusan dosa dan pendamaian dengan Allah. Kristus satu kali mempersembahkan diri-Nya sendiri dan itu berlaku untuk selamanya.
Mirip seperti janda miskin tersebut, Kristus sudah memberikan semua yang ada pada diri-Nya, bahkan nyawa-Nya. Kristus berkorban dan sekaligus menjadi kurban.
Selanjutnya, bagaimana dengan kita? Apakah kita siap mempersembahkan semua yang ada pada kita, bahkan diri kita sepenuhnya kepada Tuhan. Apakah kita telah mempersembahkan diri dan melayani untuk Tuhan? (BTS)