Bacaan:
Jangan menolak didikan dari anakmu ia tidak akan mati kalau engkau memukulnya dengan rotan. Engkau memukulnya dengan rotan, tetapi engkau menyelamatkan nyawanya dari dunia orang mati. — Amsal 23:13-14
Tanggal: 10 Mei
Membaca renungan kita hari ini, kita bertanya: “Masih relevankah kita menghajar anak di zaman now ini? Jangan-jangan kita dapat dituduh melakukan kekerasan kepada anak dan melanggar UU Perlindungan Anak.”
Tentu firman Tuhan di atas tidak bermaksud menyatakan bahwa orangtua punya hak melakukan kekerasan kepada anaknya. Firman Tuhan menegaskan menghajar anak dengan rotan bertujuan untuk menyelamatkan nyawa si anak dari dunia orang mati.
Kalau anak menyimpang dari kebenaran Tuhan, maka orangtua patut menghajarnya dengan rotan. Daripada anaknya masuk ke dunia orang mati di mana hukuman Tuhan berlaku, maka lebih baik anak menerima hukuman dengan rotan. Hukuman rotan tentu tidak menjerumuskan anak pada dunia orang mati tersebut, tetapi menyelamatkannya nyawanya.
Pada dasarnya orangtua menghukum dengan rotan karena orangtua sangat mengasihi anaknya. Suatu saat kelak nanti anak akan menyadari bahwa perlakuan orangtuanya seperti itu karena memang atas dasar kasih bukan tindak kekerasan.
Setelah menghukum anaknya dengan rotan, orangtua yang baik dan benar akan menangis dan memeluk anaknya. Ini untuk menunjukkan betapa dia mengasihi anaknya. Bahasa komunikasi dengan bahasa tubuh ini (memeluk anak) akan melekat di hati anaknya bahwa si anak sudah berbuat salah yang jauh menyimpang dari Tuhan. Dia akan mengingat hal ini dan percayalah dia tidak akan mengulang kembali kesalahannya. Ini juga akan terbawa hingga si anak menjadi dewasa dan mampu mendidik anaknya seperti orangtuanya mendidiknya.
Jadi, firman Tuhan itu tetap berlaku sepanjang zaman. Tuhan Yesus memberkati Saudara dalam mendidik anak Saudara. (BTS)