MARHURIAI ALAI NDANG HURIA, MARADATI ALAI NDANG MARADAT

Oleh: Pdt. Marihot Siahaan

Ayat renungan kita adalah: Matius 25: 31 – 46

Topik Renungan kita adalah: “MARHURIAI ALAI NDANG HURIA, MARADATI ALAI NDANG MARADAT”

Dengan ayat emas: “Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” (Matius 25: 40) & “Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku.” (Matius 25: 45)

Bapak, Ibu dan Saudara terkasih, dapatkah kita menangkap atau memahami maksud topik renungan kita hari ini? “MARHURIAI ALAI NDANG HURIA, MARADATI ALAI NDANG MARADAT”,  itulah topik renungan kita hari ini. Lumayan sulit menerjemahkannya langsung kata per kata ke dalam bahasa Indonesia. Bila diterjemahkan secara bebas, artinya begini: Orang – orang yang rajin dan sibuk dengan kegiatan gereja dan rohani, tetapi hidup, perilaku dan tindakannya tidak mencerminkan apa yang seharusnya dilakukan oleh orang gereja. Itulah yang “marhuriai alai ndang huria”. Orang – orang rajin dan sibuk melaksanakan adat, tetapi hidup dan perilakunya tidak menunjukkan moral sosial sebagaimana seharusnya ditunjukkan oleh mereka yang mengenal dan mempraktekkan adat.  Jika hal ini yang terjadi di lingkungan orang Kristen tentu menyedihkan dan ironis. Apalagi jika hal itu terjadi di daerah Kristen Batak yang terkenal fanatik (bangga) dengan kekristenannya dan fanatik (bangga) kebatakannya.

Jelas bahwa yang dimaksud dengan “ndang huria” (tidak bersikap dan perilaku yang sesusai hidup gerejani) dan “ndang maradat” (tidak menunjukkan perilaku orang beradab) bukan hanya berkaitan dengan tutur kata dan gaya berjalan orang. Tetapi juga dengan sikap dan tindakan kongkrit yang membuktikan adanya kepedulian kepada sesama (kepedulian sosial).

Bapak/Ibu yang terkasih, dalam renungan kita kali ini, kepedulian sosial inilah yang secara langsung dimaksudkan dan diharuskan oleh Yesus kepada setiap orang yang mengikutiNya, baik murid – muridNya dan orang banyak yang datang berbondong – bondong mengikutiNya. Supaya mereka jangan hanya bersemangat dan bangga menjadi pengikut Kristus, tetapi juga harus benar – benar melakukan apa yang menjadi kehendakNya, yaitu mengasihi dan peduli kepada orang – orang hina. Yesus membuat hal itu menjadi hal yang sangat penting. Itu terbukti ketika Ia mengidentifikasi (menyamakan) diri-Nya dengan orang “yang paling hina”.

Bapak/Ibu yang terkasih, nasihat yang sama tentu berlaku pada Gereja di sepanjang zaman, tak terkecuali kepada Gereja Batak. Sebagai Gereja Batak, adakah golongan yang paling hina di sekitar kita? Adakah orang yang lapar, haus, terasing, telanjang, sakit, dan dalam penjara di antara kita? Mereka adalah yang miskin, lemah, tertindas dan terpinggirkan. Mereka ini adalah diri dan saudara Yesus dan yang dipedulikan, ditolong, diangkat, dibela dan dikasihiNya. Jika Tuhan sendiri telah menunjukkan contoh, maka kita sebagai gereja harus meneladani segala yang baik yang dilakukanNya. Dan jika kita meneladani Yesus, mengasihi dan peduli kepada “yang paling hina”, niscaya kita akan menjadi Gereja Batak yang benar-benar “huriiiaaa…” dan “maradat” (bermartabat). Kita menjadi gereja yang bertanggungjawab dan peduli.

Kiranya Tuhan Yesus melalui Roh Kudus menyadarkan kita akan tugas mulia ini serta mampu melakukannya dalam praktek hidup sehari – hari. Amen.

Marilah kita berdoa: Ya Tuhan Yesus, Kepala Gereja, ajar dan tolonglah kami untuk meneladaniMu melakukan yang baik dan benar kepada orang – orang kecil, yang tertindas dan tersingkirkan. Amen. (MS)

Renungan ini disampaikan pada acara Berdoa untuk Gereja Batak , pada hari Sening, 03 Juli 2023

Renungan ini disusun oleh Tim Renungan Jaringan Pencinta Gereja Batak Masa depan. Terima kasih & Tuhan memberkati.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

× How can I help you?