MEMBANGUN TEAMWORK GURU SEKOLAH MINGGU

Oleh: Susi Rio Panjaitan

Sekolah Minggu merupakan unit pelayanan gereja yang fokus pada pelayanan kepada warga gereja yang berusia anak. Di Sekolah Minggu terdapat anak-anak yang disebut Anak-anak Sekolah Minggu. Walaupun masih berusia anak, mereka juga merupakan warga gereja atau warga jemaat. Merekalah yang  diharapkan sebagai generasi penerus gereja. Dengan demikian, tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan suatu organisasi gereja sangat tergantung dari bagaimana Anak-anak Sekolah Minggunya. Di Sekolah Minggu anak-anak dilayani oleh orang-orang dewasa yang disebut Guru-guru Sekolah Minggu.

Dalam melaksanakan kerja atau tugas pelayanan di Sekolah Minggu, Guru Sekolah Minggu tidak dapat bekerja secara tunggal. Semua Guru Sekolah Minggu saling bergantung satu sama lain. Guru Sekolah Minggu merupakan satu tim sehingga mereka harus dapat bekerja sama. Dalam Pengkhotbah 4:9-12 tertulis: “Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya! Juga kalau orang tidur berdua, mereka menjadi panas, tetapi bagaimana seorang saja dapat menjadi panas? Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan.” Itulah sebabnya teamwork Guru Sekolah Minggu harus dibangun.

Guru Sekolah Minggu harus bekerja dalam tim agar dapat melakukan tugas-tugas pelayanan dengan baik. Apabila para Guru Sekolah Minggu saling dapat bekerja sama dengan baik, maka lingkungan pelayanan di Sekolah Minggu menjadi menyenangkan. Dengan demikian, setiap Guru Sekolah Minggu dapat melakukan kerja-kerja pelayanan dengan baik dan efisien sehingga tujuan pelayanan di Sekolah Minggu tercapai. Selain itu, teamwork Guru Sekolah Minggu yang baik akan memudahkan Sekolah Minggu bekerja sama dengan pihak lain di gereja (misalnya: orangtua Anak Sekolah Minggu, pendeta, majelis, penatua dan warga gereja lainnya) maupun luar gereja (misalnya: lembaga-lembaga training atau organisasi-organisasi pelayanan anak).  Untuk dapat membangun teamwork Guru Sekolah Minggu yang baik diperlukan dua komponen, yaitu: karakter berkualitas dari Guru Sekolah Minggu dan keterampilan bekerja sama dalam tim.

Pembangunan teamwork Guru Sekolah Minggu sangat ditentukan oleh kualitas karakter Guru Sekolah Minggu. Sebagai orang Kristen, Guru Sekolah Minggu hanya dapat dikatakan memiliki karakter yang berkualitas jika ia memiliki karakter Kristen seperti yang diuraikan dalam Alkitab. Karakter Kristen adalah sebagaimana yang ditulis dalam Galatia 5: 22-23, yakni: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri. Kesembilan karakter ini tidak dapat berdiri sendiri tetapi saling terkait satu sama lain. Contohnya: Tidak mungkin seseorang dapat berbuat baik jika tidak memiliki kasih. Jika pun bisa, kebaikan yang dilakukan tersebut sangat rapuh, dan sangat tidak berkualitas. Apabila sesuatu yang tidak disukai terjadi, misalnya orang yang menerima kebaikan itu tidak bersikap baik, maka kebaikan yang dilakukan dengan cepat berubah menjadi amarah, benci dan berbagai emosi dan perilaku negatif  lainnya. Contoh lain adalah: Tidak mungkin kita dapat menguasai diri jika kita tak memiliki kesabaran.

Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana caranya agar Guru Sekolah Minggu memiliki karakter Kristen?  Dalam Galatia 5:22 dijelaskan bahwa kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri adalah buah Roh. Bicara tentang buah berarti bicara tentang hasil. Pada Galatia 5: 16-26 yang perikopnya diberi judul “Hidup menurut daging atau Roh”, dengan sangat jelas dijabarkan bahwa buah Roh hanya akan dapat dihasilkan jika kita hidup dalam Roh, hidup dengan memberi diri dipimpin oleh Roh. Agar Guru Sekolah Minggu dapat memiliki karakter Kristen, maka ia harus mau hidup dipimpin oleh Roh. Belajar tunduk kepala Allah dengan senantiasa berkata “ya” terhadap apa yang dikehendaki-Ny merupakan langkah konkrit yang dapat dilakukan oleh siapa pun termasuk Guru Sekolah Minggu guna memiliki karakter Kristen.

Selain karakter berkualitas dari para Guru Sekolah Minggu, komponen lain yang sangat menentukan dalam pembangunan teamwork Guru Sekolah Minggu adalah keterampilan bekerja sama Guru Sekolah Minggu dalam tim. Keterampilan bekerja sama dalam tim mengacu pada serangkaian kemampuan yang saling terkait, yang harus digunakan orang dalam bekerja sama dengan orang lain secara terorganisir sehingga tujuan bersama tercapai. Berikut ini adalah beberapa bentuk keterampilan kerja sama dalam tim.

Keterampilan Komunikasi Asertif

Secara sederhana komunikasi asertif dapat diartikan sebagai suatu metode berkomunikasi dimana seseorang mampu mengungkapkan secara langsung perasaan, keinginan, pikiran atau pendapatnya dengan tepat, tegas dan sopan, di waktu dan tempat yang tepat, dengan tetap menghargai hak dan pendapat orang lain. Dalam komunikasi asertif orang mampu berkata ‘tidak’ pada apa yang orang katakan atau inginkan dari dirinya tanpa merasa takut, tertekan atau bersalah. Dengan berkomunikasi secara asertif, maka saya senang, kamu suka dan kita bahagia. Untuk dapat berkomunikasi secara asertif dalam teamwork, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain: 1) Mengenal dengan baik siapa lawan bicara atau orang yang sedang diajak berkomunikasi. Agar komunikasi asertif di antara Guru Sekolah Minggu dapat tercipta, setiap Guru Sekolah Minggu harus saling memahami dengan baik. Setiap orang sangat unik, istimewa dan memiliki karakteristik yang khas. Hal ini akan tampak dari cara dan kemampuan berpikir; berbahasa dan berkomunikasi; dan dalam mengekspresikan emosi. 2) Menjadi pendengar yang baik. Mampu mendengarkan dengan baik akan membuat orang dapat berespon dengan tepat. Menjadi pendengar yang baik memang tidak mudah karena diperlukan keterampilan dalam mendengarkan. Hal ini menuntut konsentrasi, perhatian dan rasa empati. Jangan menyela ketika seseorang sedang berbicara! Selaan dapat membuat orang merasa tidak dihargai, tidak nyaman, atau jengkel. Selain itu, selaan membuat pesan tidak sampai dengan utuh. Akibatnya, kita akan kehilangan pesan penting dari ucapan seseorang dan tidak dapat berespon dengan tepat. Tunjukkan minat terhadap apa yang disampaikan oleh lawan bicara! Caranya adalah dengan menatap secara wajar kepada lawan bicara. Fokuslah kepadanya saat ia berbicara! Jangan sambil melakukan sesuatu atau bermain handphone. 3) Menjadi pembicara yang baik. Seorang Guru Sekolah Minggu dapat dikatakan sebagai pembicara yang baik apabila ia dapat berbicara dengan efektif. Misalnya: berbicara dengan tidak bertele-tele, tidak panjang-panjang dan tidak perlu diulang-ulang. Hindari percakapan yang dapat menimbulkan kesalahpahaman dan gunakanlah bahasa tubuh yang  tepat! Misalnya: terlalu banyak bergerak mengesankan tidak sabar. Duduk terlalu dekat dapat membuat orang merasa jengah. Cara menatap tertentu dapat membuat orang tidak nyaman.  4) Peka terhadap respon lawan bicara. Saat kita berbicara dengan seseorang, akan tampak respon dari orang tersebut, baik berupa bahasa verbal maupun bahasa non verbal. Kita harus peka terhadap hal ini. Misalnya: Dari sorot mata, air muka, tarikan nafas atau gerakan-gerakan tubuh seseorang akan terlihat apakah ia setuju, tidak setuju, gembira atau kesal.

Keterampilan komunikasi asertif akan membuat komunikasi dalam tim kerja pelayanan Guru Sekolah Minggu menjadi jelas dan efisien, baik komunikasi yang dilakukan secara verbal, nonverbal, dilakukan secara langsung, melalui telepon atau melalui teks (misalnya: surat, email, WA, SMS).

Keterampilan Persuasif

Setiap Guru Sekolah Minggu sangat penting memiliki keterampilan persuasif  sehingga dapat menginspirasi dan memengaruhi Guru Sekolah Minggu lainnya. Keterampilan ini berguna dalam upaya untuk mencapai tujuan bersama dalam pelayanan. Agar dapat memengaruhi secara positif, Guru Sekolah Minggu harus terlebih dahulu membangun rasa saling percaya di antara Guru Sekolah Minggu.

Keterampilan Menyelesaikan Masalah Bersama

Keterampilan ini merupakan kemampuan untuk menganalisis masalah dan menemukan solusi yang efektif untuk memecahkan masalah tersebut. Keterampilan ini sangat diperlukan di dalam pelayanan Sekolah Minggu. Itulah sebabnya, setiap Guru Sekolah Minggu harus menguasai keterampilan ini.

Keterampilan Perencanaan dan Mengorganisir

Sekolah Minggu yang baik harus memiliki perencanaan dan pengorganisiran  yang baik. Perencanaan harus disusun oleh tim Sekolah Minggu serta harus dipahami dan disetujui oleh semua Guru Sekolah Minggu. Dengan demikian, maka setiap Guru Sekolah Minggu akan berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan pelayanan di Sekolah Minggu.

Keterampilan Manajemen Waktu

Keterampilan manajemen waktu di Sekolah Minggu adalah kemampuan Guru Sekolah Minggu dalam mengatur dan memaksimalkan waktu secara efektif agar dapat mencapai tujuan pelayanan. Terampil dalam mengatur waktu akan membuat Guru Sekolah Minggu terhindar dari stres, konflik sehingga produktifitas pelayanan di Sekolah Minggu meningkat. Manajeman waktu tidak hanya sekedar membuat daftar dan jadwal pelayanan Sekolah Minggu, tetapi juga mencakup kemampuan mengalokasikan waktu dengan optimal, membuat skala prioritas serta berperilaku tepat waktu. (SRP)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

× How can I help you?