Oleh: Susi Rio Panjaitan
Masa kanak-kanak adalah masa dimana individu sedang dalam proses pertumbuhan dan perkembangan di segala aspek. Salah satu aspek yang sedang bertumbuh dan berkembang tersebut adalah iman. Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan imannya, anak membutuhkan keluarga. Keluarga yang di dalamnya ada ayah, ibu dan anak-anak merupakan tempat pertama dan utama bagi anak untuk bertumbuh dan berkembang. Keluarga adalah akar tumbuh kembang iman anak. Artinya, bagaimana pertumbuhan dan perkembangan iman anak sangat dipengaruhi oleh faktor keluarganya.
Ada beberapa hal yang menyebabkan keluarga menjadi akar tumbuh kembang iman anak, antara lain: anak mendapatkan warisan iman dari orangtuanya; ada orangtua yang selalu mengajarkan firman Tuhan kepada anak-anaknya; di rumah anak mendapatkan nasihat; keluarga yang harmonis adalah kebutuhan tumbuh kembang iman anak; anak mendapatkan didikan; dan bersama keluarga anak beribadah kepada Tuhan
Anak Mendapatkan Warisan Iman dari Orangtuanya (2 Timotius 1:5)
Kondisi orangtua sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan iman anak. Seperti halnya dengan Timotius. Pertumbuhan dan perkembangan iman Timotius sangat dipengaruhi oleh iman Lois, neneknya dan Eunike ibunya. Mengapa demikian? Karena sesungguhnya, pertumbuhan dan perkembangan iman anak sangat dipengaruhi oleh apa yang ia dengar dan lihat sehari-hari. Jika setiap hari seorang anak melihat iman yang bertumbuh dan berbuah dari orangtuanya, maka ia mempunyai jalan yang dapat diikutinya. Teladan iman yang ditunjukkan oleh orangtuanya membuat ia memiliki panduan dan panutan. Itulah yang membuat imannya berakar, tumbuh dan berbuah, seperti iman yang dimiliki oleh orangtuanya. Berakar, bertumbuh dan berbuah dalam iman tidak semata-mata menguntungkan diri sendiri tetapi juga sangat berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan iman generasi di bawah kita, yakni anak cucu kita. Lois adalah nenek Timotius. Ia mewariskan imannya kepada puterinya yang bernama Eunike. Iman Eunike pun bertumbuh seperti iman ibunya. Kemudian, Eunike mewariskan imannya tersebut kepada puteranya yang bernama Timotius. Selain belajar dari iman ibunya, Timotius juga meneladani iman yang tulus iklas dari neneknya. Itulah sebabnya Timotius memiliki iman yang tulus ikhlas. Dengan demikian, keluarga berperan penting bagi pertumbuhan dan perkembangan iman anak. Keluarga adalah akar tumbuh kembang iman anak karena dalam keluarga anak mendapatkan warisan iman dari orangtuanya melalui keteladan yang diberikan oleh orangtuanya tersebut.
Ada Orangtua yang selalu Mengajarkan Firman Tuhan kepada Anak-anaknya (Ulangan 6:7)
Sesuatu yang diberitahukan secara berulang-ulang kepada anak akan membuat hal tersebut tertanam di memori dan di hati anak. Apalagi jika ajaran tersebut sesuai dengan apa yang dilakukan oleh si pengajar. Demikian halnya dengan pertumbuhan dan perkembangan iman anak. Jika orangtua dengan konsisten mengajarkan firman Tuhan kepada anak-anaknya, maka hal tersebut dapat menumbuhkembangkan iman anak. Apalagi jika ada kesesuaian antara apa yang dijarkan oleh orangtua kepada anak-anaknya dengan tindakan iman orangtua yang dapat dilihat oleh anak. Oleh karena itu, tidak heran jika Musa meminta kepada bangsa Israel untuk mengajarkan perintah Tuhan kepada anak-anak mereka secara konsisten. Jadi, keluarga merupakan akar tumbuh kembang iman anak karena dalam keluarga ada pengajaran firman Tuhan yang konsisten.
Di Rumah Anak Mendapatkan Nasihat dan Peringatan (Amsal 1:8-19)
“Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu sebab karangan bunga yang indah itu bagi kepalamu, dan suatu kalung bagi lehermu.” Demikianlah tertulis dalam Amsal 1:8-9. Amsal 1:8-19 yang oleh Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) diberi judul “Nasihat dan Peringatan”, berisi berbagai nasihat orangtua kepada anaknya. Dalam dunia ini ada sangat banyak tipu muslihat iblis yang dapat membawa orang jatuh dalam dosa sehingga imannya tidak bertumbuh dan berkembang. Oleh karena itu, agar iman seseorang dapat bertumbuh dan berkembang, ia harus mau mendengarkan nasihat. Demikian juga dengan tumbuh kembang iman anak. Iman anak akan bertumbuh dan berkembang jika iman tersebut dirawat melalui nasihat yang benar, yang sesuai dengan perintah Tuhan. Keluarga menjadi akar tumbuh kembang iman anak karena dalam keluarga ada nasihat-nasihat yang membawa kepada kehidupan. Orangtua harus secara konsinten memberikan nasihat dan peringatan yang seturut dengan perintah Tuhan kepada anak-anaknya. Nasihat dan pengajaran tersebut akan menolong anak untuk tetap hidup benar ketika ia berhadapan dengan dunia. Ia akan mampu dengan tegas menolak melakukan segala sesuatu yang tidak sesuai dengan ajaran Tuhan. Nasihat dan peringatan itu juga akan membuatnya kuat dan tegar melangkah dalam dunia yang penuh godaan dosa dan persoalan. Dengan demikian iman anak akan selalu bertumbuh dan berkembang. Keluarga merupakan akar tumbuh kembang iman anak karena di sana ada nasihat dan peringatan yang membawa anak dalam kehidupan yang berkenan kepada Tuhan.
Keluarga yang Harmonis adalah Kebutuhan Tumbuh Kembang Iman Anak (Kolose 3:18-21)
Kolose :18-21 berisi tentang bagaimana seharusnya perilaku seorang istri kepada suaminya, perilaku seorang suami kepada istrinya, perilaku anak kepada orangtuanya dan perilaku orangtua kepada anak-anaknya. Jika para suami, istri, anak dan orangtua berperilaku sebagaimana yang tercantum dalam Kolose 3:18-21, maka terciptalah keharmonisan dalam keluarga. Semua orang pasti menginginkan dan membutuhkan keluarga yang harmonis. Keluarga yang harmonis adalah salah satu hal yang sangat dibutuhkan anak bagi pertumbuhan dan perkembangan imannya. Keluarga yang harmonis akan melahirkan anak-anak yang beriman. Dalam keluarga yang harmonis tentu ada kerukunan. Dengan demikian, seperti yang tertulis dalam Mazmur 133:1-3, maka Allah akan memberkati keluarga tersebut. Hal ini tentu berdampak positf bagi pertumbuhan dan perkembangan iman anak. Oleh karena itu, semua anggota keluarga harus berkomitmen untuk menciptakan keluarga yang harmonis.
Anak Mendapatkan Didikan (Amsal 23:13-14)
Dalam Amsal 8:33 tertulis: “Dengarkanlah didikan, maka kamu menjadi bijak; janganlah mengabaikannya.” Dalam Amsal 12:1 dikatakan: “Siapa mencintai didikan, mencintai pengetahuan; tetapi siapa membenci teguran, adalah dungu.” “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari jalan itu.” Demikianlah tertulis dalam Amsal 22:6. Dari ayat-ayat yang terdapat dalam kitab Amsal tersebut jelas terlihat bahwa didikan sangat dibutuhkan orang demi mendapatkan kehidupan yang berkenan kepada Tuhan. Anak-anak pun membutuhkan didikan agar imannya dapat bertumbuh dan berkembang. Didikan tidak selamanya dalam bentuk gula-gula yang manis dan enak. Didikan juga dapat berupa rotan yang menimbulkan rasa perih sesaat di betis. Orangtua yang berhikmat, yang hidupnya dituntun oleh Roh Allah, akan tahu bagaimana mendidik anaknya. Mereka tahu kapan memberi didikan berupa “gula-gula” kepada anak-anaknya, dan tahu kapan memberikan didikan dalam bentuk “rotan”.
Saat ini, banyak orangtua yang tidak mau memberikan didikan berupa “rotan” kepada anak-anaknya. Hak anak dan undang-undang perlindungan anak yang tidak membenarkan kekerasan kepada anak dijadikan sebagai alasan, sehingga banyak orangtua yang lembek kepada anak. Akibatnya, anak tumbuh menjadi anak yang tidak hormat kepada orangtua, hidup sembrono dan jauh dari jalan Tuhan. Dalam Amsal 23:13-14 tertulis: “Janganlah menolak didikan dari anakmu – ia tidak akan mati kalau engkau memukulnya dengan rotan. Engkau memukulnya dengan rotan, tetapi engkau menyelamatkan nyawanya dari dunia orang mati.” Kadang kala, didikan berupa rotan perlu diberikan kepada anak demi keselamatan anak tersebut. Hanya memang, rotan tersebut harus terlebih dahulu dipastikan sebagai sesuatu yang tidak membahayakan kesehatan dan keselamatan anak. Tentu saja tidak boleh diberikan dengan semena-mena, yang hanya didasarkan oleh emosional orangtua semata. Pemberian rotan yang benar akan dapat menyelamatkan hidup anak. Keluarga adalah akar tumbuh tumbuh kembang iman anak karena dalam keluarga anak mendapat didikan yang menghidupkan, baik itu didikan yang berupa “gula-gula” maupun didikan yang berupa “rotan”.
Bersama Keluarga Anak Beribadah kepada Tuhan (Yosua 24:15B)
Yosua menyarankan orang Israel untuk takut akan Tuhan dan beribadah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan setia (Yosua 24:14A). Akan tetapi, Yosua tidak memaksa. Ia menyerahkan pilihan hidup tersebut kepada orang Israel (Yosua 24:15A). Apa yang dikatakan oleh Yosua adalah benar. Beribadah memang bukan paksaan dan tidak boleh dipaksakan kepada siapa pun. Mau beribadah kepada Allah atau tidak adalah pilihan setiap orang. Seperti yang tertulis dalam 1 Timotius 4:8B, “Ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang.” Yosua sangat memahami hal ini. Itulah sebabnya, apapun pilihan orang Israel saat itu, Yosua memilih untuk beribadah kepada Tuhan. Bukan hanya ia, tetapi juga seisi rumahnya. Mereka semua beribadah kepada Tuhan.
Karena ibadah itu mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang, maka agar iman anak bertumbuh dan berkembang, sedari dini anak harus dilatih beribadah. Keluarga adalah akar tumbuh kembang iman anak karena dalam keluarga anak dilatih dan dipimpin beribadah kepada Tuhan. (SRP)