Oleh: Susi Rio Panjaitan
Autis adalah suatu kondisi dimana penyandangnya memiliki keunikan dalam berperilaku, berkomunikasi dan berinteraksi. Keunikan ini membuat anak penyandang autis tampak berbeda dari anak lain. Kondisi pada setiap anak penyandang autis tidak sama, tetapi ada beberapa keunikan yang melekat pada hampir semua anak penyandang autis, misalnya: perilaku yang berulang dan berpola; membeo (echolalia); dan minimnya kontak mata. Kekhasan lain pada mereka adalah cara pancaindra mereka bekerja. Ini mempengaruhi cara mereka merespon rangsangan. Contoh: garis sangat halus di dinding atau putaran kipas angin bagi dapat membuat mereka terpaku; atau, suara blender dapat membuat anak menutup telinga. Padahal, bagi anak yang tidak menyandang autis, garis halus di dinding, putaran kipas angin dan suara blender tidak akan membuat mereka berespon demikian. Autis bukan penyakit dan melekat seumur hidup pada diri penyandangnya.
Tidak ada anak penyandang autis yang sama dengan anak penyandang autis lainnya. Oleh karena itu, potensi, keterbatasan dan kebutuhan setiap anak berbeda. Meskipun keunikan pada anak penyandang autis dapat menimbulkan tantangan, keunikan tersebut dapat menjadi keterampilan bahkan keahlian yang unik. Mereka hanya perlu diterima dan dipahami tanpa dibanding-bandingkan dengan anak lain, termasuk dengan saudara kandung/kembarnya sendiri, serta didukung dan diberi akses sesuai dengan kondisi dan kebutuhan mereka.
Sekolah Minggu yang merupakan bagian dari gereja adalah salah satu pihak yang diharapkan dapat menerima; memahami; mendukung; dan memberikan berbagai akses kepada anak penyandang autis agar mereka dapat bertumbuh; berkembang; berkarya; berprestasi dan mandiri serta bertumbuh, berakar dan berbuah dalam iman kepada Tuhan Yesus Kristus. Dengan demikian, mereka juga akan dapat terlibat aktif dan berkontribusi positif dalam berbagai pelayanan di gereja. Oleh karena itu, gereja melalui Sekolah Minggu harus dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi anak penyandang autis.
Agar Guru Sekolah Minggu (GSM) dapat mengajar anak penyandang autis dengan baik, GSM harus menggunakan teknik mengajar yang tepat. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain:
MENGENALI ANAK DENGAN BAIK
Setiap anak unik. Artinya, tidak ada anak yang benar-benar sama dengan anak lainnya. Hal ini harus benar-benar dipahami oleh GSM. Oleh karena itu, GSM harus mengenal siapa anak. Pengetahuan tentang autis dapat diperoleh dengan membaca buku, artikel, dan menoton video. Di era digital hal ini sangat mudah dilakukan. Selain itu, informasi dapat diperoleh dari sumber lain, misalnya dari sesama GSM dan orangtua anak. Selain itu, infromasi dapat diperoleh dari observasi. Amatilah anak dengan baik! Amatilah bagaimana anak berbicara, berkomunikasi, berperilaku dan lain-lain. Informasi yang lengkap dan benar akan memudahkan GSM untuk berkomunikasi, berinteraksi dan berelasi dengan anak. Dengan demikian, maka proses mengajar akan lebih efektif dan efisien.
PERSIAPAN
Persiapan yang baik membuat proses belajar mengajar di kelas Sekolah Minggu berjalan dengan baik sehingga tujuan pelayanan tercapai. Hal-hal yang harus dipersiapkan antara lain:
Hati – Hati adalah motor penggerak individu dalam bersikap dan berperilaku. Hati yang mengasihi Allah dan juga mengasihi anak haruslah menjadi dasar pelayanan GSM. Kadang, anak penyandang autis bisa secara mendadak melakukan hal-hal di luar dugaan, misalnya menyakiti diri sendiri, menyakiti orang lain, berteriak-teriak, menangis atau tertawa. Menghadapi dan melayani anak-anak seperti ini dibutuhkan kesabaran yang ekstra. Hanya GSM yang benar-benar mengasihi anak yang dapat mengajar dan melayani mereka dengan baik. Melayani dengan hati tentu berbeda rasa dan kualitasnya.
Fisik – Anak penyandang autis, terutama yang hiperaktif, gerakannya tidak terduga.Tiba-tiba bisa berlari, melompat, melempar, berputar atau memanjat. Kegesitan dan kekuatan fisik GSM sangat dibutuhkan dalam menghadapi mereka, apalagi jika ada anak yang tantrum sehingga harus digendong ke luar kelas. Oleh karena itu, GSM harus mempersiapkan fisiknya dengan baik. Saya selalu mengingatkan GSM agar sarapan dulu sebelum ke Sekolah Minggu agar tidak lapar dan lemas.
Pakaian, Sepatu, Asesoris dan Riasan Wajah – Pakaian, sepatu, asesoris, dan riasan wajah harus menunjang kelancaran kelas Sekolah Minggu. Jika tidak, maka akan timbul masalah. Jangan sampai anak terganggu dengan riasan wajah GSM, misalnya: konsentrasi anak terganggu karena alis atau bulu mata GSM. Tidak ada larangan bagi GSM untuk menggunakan sepatu dengan hak yang tinggi. Akan tetapi, jika di kelas ada anak penyandang autis, maka hak sepatu dapat menghambat gerakan GSM. Demikian juga dengan asesoris. Pastikan bahwa apapun yang dipakai tidak membuat anak terganggu.
Tempat – Siapkan tempat yang kondusif bagi anak! Misalnya: tidak ada benda-benda yang tajam atau mudah pecah; tidak terlalu banyak perabotan sehingga membuat anak susah bergerak; tidak terlalu banyak dekorasi sehingga mengganggu konsentrasi anak; tidak terlalu panas, tidak terlalu dingin dan lain-lain.
Alat Peraga/Media Pembelajaran – Alat peraga/media pembelajaran sangat penting dalam mengajar anak penyandang autis. Pastikan alat peraga/media pembelajaran yang dipakai tepat.
Kurikulum & Silabus– Kurikulum dan silabus pembelajaran harus dipersiapkan dengan baik. Kurikulum dan silabus harus mengakomodasi kebutuhan anak penyandang autis.
Shadow Teacher (Guru Pendamping) – Banyak anak penyandang autis yang membutuhkan shadow teacher dalam proses belajar. Shadow teacher boleh dari Sekolah Minggu, artinya ia juga GSM. Boleh juga orangtua yang menyiapkannya, atau merupakan relawan dari anggota jemaat. Yang pasti, seorang shadow teacher harus mengasihi dan memahami anak dengan baik sehingga mampu mendampingi dan membantu anak dalam proses pembelajaran di Sekolah Minggu.
HATI DAN POLA PIKIR (MINDSET) HARUS BENAR
Hati dan pola pikir GSM akan memengaruhi perilakunya. Jika GSM memiliki hati yang benar (mengasihi) dan pola pikir yang tepat (anak penyandang autis adalah anak yang berpotensi/memiliki talenta, berharga di hadapan Allah), maka ia akan dapat melayani anak dengan benar.
MELIBATKAN ANAK DALAM AKTIVITAS
Anak penyandang autis memiliki hambatan dalam berkomunikasi dan sosialisasi. Anak tidak memiliki inisiatif untuk melakukan sesuatu terkait proses pembelajaran. Oleh karena itu, GSM harus dapat mendorong anak agar aktif. Misalnya: Anak dijadikan kolektan, penerima tamu, pemain musik, singer dan lain-lain. Banyak anak penyandang autis yang pintar bernyanyi, bermain musik, mengoperasikan computer dan lain-lain. Potensi ini dapat dipakai sehingga anak dapat terlibat aktif dalam pelayanan Sekolah Minggu.
MENYIAPKAN TUGAS EKSTRA
Ada anak penyandang autis yang bekerja dengan sangat cepat. Jika mereka menganggur mereka akan “iseng”, misalnya mengganggu temannya, mondar-mandir di kelas atau berisik. Agar ini tidak terjadi, GSM harus mempersiapkan ekstra tugas. Misalnya: memberikan kertas mewarnai lebih banyak. Tujuannya adalah agar ia dan teman-temannya menyelesaikan tugas dalam waktu yang berbarengan. Dengan demikian, ia tidak menganggur.
MENGAJAR DENGAN SUARA YANG MANTAP
Suara yang mantap dapat membantu anak fokus mendengarkan apa yang disampaikan GSM. Yang dimaksud dengan mantap adalah gerak mulut jelas, pengucapannya tepat, tidak terlalu cepat, tidak terlalu keras dan tidak terlalu pelan sehingga dapat didengar anak dengan jelas. GSM yang pintar memainkan berbagai suara dapat menarik minat anak untuk lebih fokus. Apalagi jika ditambah dengan mimik wajah yang tepat. Gunakan bahasa yang singkat, padat, jelas dengan volume suara yang pas serta intonasi suara yang tepat! Tidak perlu lebay dan tidak perlu terlalu lama.
MENDORONG DAN MEMBANTU ANAK UNTUK MENGIKUTI SEMUA PROSES BELAJAR
Mudah bosan serta konsentrasi yang pendek membuat anak penyandang autis memiliki hambatan dalam mengikuti proses pembelajaran di Sekolah Minggu. Oleh sebab itu, GSM harus dapat mendorong dan membantu anak untuk mengikuti semua proses. Misalnya: Jika anak tiba-tiba pergi keluar kelas, maka sebelum anak tersebut keluar kelas, GSM atau shadow teacher harus dapat mencegahnya. Misalnya: Gandeng tangan anak dan kembali ke kelas/bangku, melibatkannya untuk lebih aktif dan lain-lain.
ANTISIPASI JIKA ANAK TANTRUM
Jika anak tantrum, menangis atau tertawa, anak harus keluar kelas untuk ditenangkan. Saat anak emosional, GSM harus tetap tenang. Jangan ikut emosional, tetaplah tenang! Pastikan semuanya aman! Di sekitar anak tidak ada api, benda tajam, air panas dan benda-benda berbahaya lainnya. Anak tidak boleh ditinggalkan sendirian. Anak harus diajak bicara dan dibantu untuk mengungkapkan apa yang diinginkannya. Beri edukasi! Misalnya, katakan pada anak: “Jika mau sesuatu, harus bilang, tidak marah, tidak nangis!” Jika anak sudah tenang, tepuk pundaklah atau usap kepalanya untuk memberikan rasa nyaman! Tidak boleh melakukan kekerasan apapun kepada anak. Jika anak sudah tenang, anak harus dibawa masuk ke kelas untuk melanjutkan aktivitas.
LIBATKAN DAN BANTU ANAK DALAM AKTIVITAS BERSAMA
Kemampuan bersosialisasi anak penyandang autis sangat rendah. Mereka memiliki hambatan dalam berkomunikasi dan bekerja/bermain bersama. Itulah sebabnya, GSM harus membantu mereka bermain dan belajar dalam kelompok.
MELIBATKAN ANAK LAIN
Anak yang tidak menyandang autis dapat didorong untuk aktif mengajak anak penyandang autis bermain atau belajar bersama. Dengan begitu, anak penyandang autis dapat belajar dari anak yang tidak menyandang autis. Hal ini baik untuk perkembangan setiap anak, baik bagi anak yang menyandang autis, maupun bagi anak yang tidak menyandang autis.
TIDAK PELIT PUJIAN
Pujian yang tepat dapat mendorong anak melakukan perbuatan yang sama. Jika anak mau menjawab ketika ditanya, terlepas dari apakah jawabannya benar atau tidak, GSM harus memberikan pujian. Pemberian pujian harus spesifik. Contoh : GSM bertanya kepada seorang penyandang autis yang bernama Jonatan. “Jon, siapa nama ibu Yesus?” Lalu Jonatan menjawab : “Susan.” Sekali pun jawaban Jonatan salah, GSM tetap harus memuji. Pujian diberikan karena Jonatan mau menjawab. Selanjutnya, dengan cara yang baik GSM memberi tahu jawaban yang benar, dan memberi semangat untuk Jonatan. Anak penyandang autis mengalami kesulitan membedakan berbagai ekspresi. Ekspresi GSM ketika memberi pujian harus jelas, agar anak dapat memahami bahwa perilakunya (menjawab ketika ditanya) baik, sehingga ia mendapat pujian. Ini akan menjadi pembelajaran baginya. Lain kali, jika ditanya maka ia akan menjawab.
MENYEBUT NAMA ANAK
Menyebut nama dan menyentuh anak saat bercerita dapat menarik perhatian anak. Anak penyandang autis mengalami gangguan konsentrasi. Mereka juga senang sibuk sendiri. Perlu dipahami, walaupun mereka tidak melihat kepada GSM yang sedang mengajar atau tampak sibuk sendiri, belum tentu mereka tidak mendengarkan apa yang sedang diceritakan. Mengajukan pertanyaan dapat dilakukan untuk mengetahui apakah ia mendengarkan dan memahami apa yang sedang diajarkan atau tidak.
MENEGUR DAN MENGOREKSI
Menegur boleh, tetapi harus dengan cara yang tepat. Anak penyandang autis mengalami hambatan dalam memahami bahasa, termasuk teguran dan koreksi. Selain itu, ada anak penyandang autis yang sangat sensitif. Teguran yang tidak tepat dapat membuatnya menangis.
BEKERJASAMA DENGAN PIHAK LAIN
Kondisi anak harus dikomunikasikan dengan GSM lain, majelis yang bertanggungjawab atas Sekolah Minggu, pendeta dan orangtua anak. GSM tidak dapat bekerja sendiri. Kerjasama yang baik antara gereja/Sekolah Minggu dengan orangtua dapat membantu perkembangan anak.
TIDAK MENYEPELEKAN ANAK
GSM tidak boleh menyepelekan anak. Sikap sepele pasti akan menurunkan kualitas GSM dalam mengajar.
TETAP BERDOA
Mintalah hikmat, kemampuan dan kekuatan dari Tuhan agar dapat memahami, mengajar dan melayani anak penyandang autis dengan baik. (SRP)