Oleh: Susi Rio Panjaitan
Anak adalah individu yang sedang dalam proses pertumbuhan dan perkembangan dalam segala aspek. Dalam proses perkembangan tersebut, anak membutuhkan lingkungan yang sehat. Lingkungan yang sehat adalah lingkungan yang dapat memberikan rasa aman dan nyaman sehingga kondusif bagi kepentingan pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan demikian, anak dapat bertumbuh dan berkembang dengan optimal sebagaimana mestinya. Salah satu aspek yang sedang berkembang pada anak adalah aspek moral-spiritual. Aspek moral-spiritual berbicara mengenai nilai-nilai yang akan diadopsi/diinternalisasi anak, baik itu nilai-nila budaya maupun nilai-nilai dalam ajaran agama yang dianutnya.
Gereja adalah salah satu lingkungan yang sangat berpengaruh bagi perkembangan moral-spiritual anak. Gereja tidak semata-mata bicara soal bangunan dan tanahnya, tetapi lebih dari itu, bicara soal pimpinan, pelayan (majelis/penatua/diaken/Guru Sekolah Minggu/aktifis), warga gereja, kebijakan, dan sistemnya. Pimpinan, pelayan (majelis/penatua/diaken/Guru Sekolah Minggu/aktifis), warga gereja, kebijakan dan sistem dalam gereja merupakan satu kesatuan yang utuh, yang tidak dapat dipisahkan. Anak, walaupun masih sangat kecil atau bayi yang baru lahir, juga merupakan warga gereja yang harus mendapat perhatian maksimal dalam program pelayanan gereja. Jika anak bertumbuh dalam karakter yang baik, yakni karakter yang sesuai dengan ajaran Kristus, bukan hanya anak dan keluarga anak saja yang diuntungkan. Gereja sebagai lembaga dan komunitas juga diuntungkan karena mempunyai generasi yang berkualitas dan dapat diandalkan. Dengan demikian, dapatlah diharapkan gereja memiliki masa depan. Oleh karena itu, gereja harus dapat menjadi tempat sekaligus komunitas yang sehat bagi anak, agar di sana anak dapat belajar dengan baik, bertumbuh, berakar dan berbuah.
Ada beberapa indikator gereja yang sehat bagi anak, antara lain: gereja yang damai dan harmonis; memiliki pemimpin yang memimpin dan melayani; melakukan dan mengajarkan ajaran Kristus; berkomitmen melindungi anak; dan menjadikan pelayanan kepada anak sebagai pelayanan utama dan prioritas.
Gereja yang Damai dan Harmonis (Filipi 2:1-11)
Sama halnya dengan rumah, gereja yang sehat bagi anak adalah gereja yang damai dan harmonis. Anak tidak akan dapat merasa nyaman, aman, bertumbuh, berakar dan berbuah dengan baik, jika di dalam gereja selalu terjadi konflik. Konflik yang terjadi di sekitar anak akan berdampak negatif bagi perkembangan anak. Selain itu, gereja yang berkonflik, baik konflik internal maupun eksternal tidak akan fokus dalam pelayanan. Konflik tidak mendatangkan damai dan harmoni. Sebaliknya, akan menimbulkan berbagai emosi negatif pada setiap pihak yang sedang berkonflik. Apa yang dihasilkan dari hati yang dipenuhi oleh emosi negatif seperti amarah, kebencian, dendam, iri hati atau kepahitan? Buah apa yang dihasilkan oleh pikiran buruk dan jahat terhadap orang lain? Tentu bukan buah yang baik dan manis seperti yang dihendaki oleh Tuhan Yesus Kristus. Hati dan pikiran yang demikian tidak mungkin dapat tenang dan damai sehingga tak mungkin dapat menyusun program pelayanan dan melayani dengan baik. Hati dan pikiran yang kacau karena berbagai konflik tidak mungkin dapat melahirkan ide yang cemerlang dan kreatif untuk pelayanan. Dengan demikian, anak yang adalah warga gereja yang masih berusia kecil menjadi korban. Yang pasti, hal ini akan mendukakan hati Allah.
Oleh karena itu, jika kita ingin anak merasa nyaman dan aman sehingga mereka dapat bertumbuh dengan baik, maka kita harus membangun gereja yang sehat untuk anak. Hindari dan segera selesaikan segala bentuk konflik, baik itu konflik gereja dengan pihak luar (eksternal) maupun konflik internal agar tercipta kedamaian dan keharmonisan! “Hendaklah kita sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan diri sendiri atau puji-pujian yang sia-sia! Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri, dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga! (Filipi 2:2-4). Sikap seperti ini akan membuat kita dapat bersatu, damai dan harmonis. Dengan demikian, kita akan menerima berkat Allah seperti yang tertulis dalam Mazmur 133:1-3: “…Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya. Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya.” Dengan demikian, dapatlah kita membangun gereja yang sehat untuk anak.
Pemimpin yang Memimpin dan Melayani (Matius 20:25-28)
Jika di rumah yang menjadi pemimpin anak adalah kedua orangtuanya, maka di gereja yang menjadi pemimpin anak adalah pendeta, majelis/penatua dan Guru Sekolah Minggu. Anak akan belajar dari para pemimpinnya. Sejatinya, tugas pemimpin adalah memimpin sekaligus melayani. Sayangnya, banyak orang yang diberi jabatan dan wewenang sebagai pemimpin tidak dapat memimpin dengan baik dan tidak mau melayani. Ia hanya tahu memerintah tanpa arahan dan bimbingan yang benar serta selalu ingin dihormati. Ia tidak perduli bagaimana kondisi orang-orang yang dipimpinnya, apa yang menjadi permasalahan atau pergumulan mereka dan apa yang menjadi kebutuhan mereka. Ia tidak menjadi pemimpin seperti yang dipaparkan Yesus dalam Matius 20:25-28.
Gereja yang sehat bagi anak adalah gereja dimana para pemimpinnya memimpin dengan kasih dan melayani dengan setulus hati. Para pemimpin seperti ini akan dapat memimpin sekaligus melayani anak dengan benar. Dengan demikian, anak akan bertumbuh dalam kepemimpinan dan teladan yang baik.
Melakukan dan Mengajarkan Ajaran Kristus (Yakobus 1:19-27)
Gereja yang benar adalah gereja yang melakukan dan mengajarkan ajaran Kristus seperti yang tertulis dalam Alkitab. Firman Tuhan yang tertulis dalam Alkitab harus menjadi dasar ajarannya dan dasar pelayanannya. Jika bukan firman Tuhan yang menjadi dasar, maka akan terjadi kebingungan pada anak. Di zaman ini, ada banyak orang mengajarkan injil sesuai dengan seleranya sendiri, walaupun ia mengatasnamakan Tuhan Yesus Kristus. Orang seperti ini tidak mengajarkan ajaran Kristus tetapi hanya mengajarkan ajarannya sendiri. Dalam Galatia 1:8-9 tertulis: “Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia.”
Apabila ajaran yang diberikan gereja kepada anak bukan ajaran Kristus atau bertentangan dengan ajaran Kristus, maka ini namanya penyesatan terhadap anak. Dalam Markus 9:42 tertulis: “Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut.” Tuhan Yesus memberikan ancaman hukuman yang sangat serius bagi siapa pun yang melakukan penyesatan kepada anak kecil. Adakah orang yang masih dapat hidup jika pada lehernya diikatkan sebuah batu kilangan lalu ia dibuang ke dalam laut? Gereja yang sehat bagi anak adalah gereja yang melakukan dan mengajarkan ajaran Kristus.
Berkomitmen Melindungi Anak
Ada banyak kabar memilukan yang tersiar terkait anak, di antaranya anak menjadi korban kejahatan seksual. Yang menambah pilu adalah bahwa yang menjadi pelaku adalah warga gereja yang berusia dewasa. Bahkan, para pelaku tersebut adalah orang-orang yang disebut sebagai pelayan gereja, seperti pendeta, penatua, Guru Sekolah Minggu dan lain-lain. Berita-berita seperti ini bukan rahasia tetapi sudah menjadi konsumsi publik. Sayangnya, tidak semua pelaku diproses dan dihukum secara tegas sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Akibatnya, orang tak jera dan tak takut melakukan kejahatan seksual pada anak.
Jika pelaku kejahatan pada anak adalah orang-orang yang merupakan warga gereja apalagi yang berstatus sebagai pelayan seperti pendeta, majelis/penatua, Guru Sekolah Minggu, maka gereja tidak lagi menjadi tempat yang aman dan sehat bagi anak. Oleh karena itu, gereja harus jelas dan tegas terhadap hal ini. Gereja tidak boleh melakukan pembelaan dan perlindungan bagi siapa pun yang sudah terbukti melakukan kejahatan terhadap anak, termasuk kejahatan seksual. Gereja bahkan harus memberikan sanksi yang tegas. Tuhan Yesus dengan tegas memberikan hukuman yang sangat keras dan jelas kepada siapapun yang melakukan kejahatan terhadap anak. Penyesatan adalah kejahatan, demikian juga berbagai bentuk kekerasan, termasuk kekerasan seksual. Batu kilangan harus diikatkan pada leher pelaku penyesatan terhadap anak, lalu ia dibuang ke dalam laut (Markus 9:42).
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 20 berbunyi: “Negara, Pemerintah, Pemerintah Daerah, Masyarakat, Keluarga, dan Orang Tua atau Wali berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan Perlindungan Anak” Dari pasal ini terlihat jelas bahwa gereja-gereja di Indonesia sebagai bagian dari masyarakat berkewajiban dan bertanggung jawab untuk melindungi anak. Gereja yang sehat bagi anak adalah gereja yang berkomitmen melindungi anak.
Menjadikan Pelayanan kepada Anak sebagai Pelayanan Utama dan Prioritas (Lukas 18:15-17)
Gereja yang sehat bagi anak adalah gereja yang menjadikan pelayanan kepada anak sebagai pelayanan utama dan prioritas. Sama pentingnya dengan pelayanan yang lain sehingga menjadi prioritas. Oleh karena itu, pelayanan Sekolah Minggu harus benar-benar diperhatikan dan didukung. Berikanlah yang terbaik untuk anak! Dalam dunia bisnis di segala sektor, pebisnis sudah dari dahulu melihat anak sebagai subjek yang penting. Oleh karena itu, kepentingan atau kebutuhan anak selalu diletakkan sejajar dengan kepentingan atau kebutuhan orang dewasa. Contoh: Pebisnis perumahan akan menjadikan sekolah sebagai salah satu daya tarik komplek perumahan yang mereka jual. Rumah Sakit dibuat sedemikian kondusif dan menarik bagi anak agar anak tidak menolak datang ke Rumah Sakit. Mal-mal selalu menyediakan arena permainan, restoran keluarga, toko mainan dan lain sebagainya yang menarik bagi anak sehingga anak mau datang dan datang lagi. Dengan demikian, para pebisnis itu memperoleh untung besar.
Bagaimana dengan gereja? Apakah gereja telah mempersiapkan diri dengan baik sehingga anak-anak tertarik dan betah di gereja? Apakah gereja sudah melakukan pelayanan yang terbaik untuk anak? Apakah gereja sudah meletakkan pelayanan anak sama pentingnya dengan pelayanan untuk orang dewasa? Gereja yang sehat bagi anak adalah gereja yang menjadikan pelayanan kepada anak sebagai pelayanan utama dan prioritas. Gereja yang sehat bagi anak adalah gereja yang sungguh-sungguh mengasihi anak sehingga memberikan apa yang terbaik bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. (SRP)