Oleh: Susi Rio Panjaitan
Orang yang dapat dipercaya adalah orang yang memiliki karakteristik dan reputasi yang baik, serta memiliki kualitas tertentu sehingga orang lain percaya kepadanya. Dalam pandangan Kristen, orang yang dapat dipercaya bukan sekedar dapat dipercaya oleh orang lain, tetapi juga dapat dipercaya oleh Tuhan. Terakit dengan perempuan, dalam perpektif Kristen dapat dilihat bahwa perempuan yang dapat dipercaya adalah perempuan yang memiliki karekter yang mencerminkan iman dan ketaatannya kepada Tuhan Yesus Kritus. Mereka hidup sesuai dengan prinsip-prinsip iman dan kebenaran yang terdapat dalam Firman Allah. Berikut adalah beberapa karakteristik yang perlu dimiliki perempuan agar dapat menjadi perempuan yang dapat dipercaya.
Taat dan Setia kepada Allah
Taat dan setia kepada Allah dalam iman Kristen berarti hidup sesuai dengan prinsip-prinsip yang diajarkan oleh Tuhan Yesus Kristus, sebagaimana yang tertulis dalam Alkitab. Ia adalah seseorang yang gemar membaca, merenung dan memahami Firman Tuhan, serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Taat dan setia kepada Allah juga berarti memiliki hubungan yang erat dengan Tuhan melalui doa. Ini adalah cara untuk memperkuat iman, mencari bimbingan Tuhan, dan menunjukkan ketaatan kepada kehendak-Nya. Kesetiaan juga ditunjukkan dalam hal beribadah dan melayani. Ini artinya senang mengalokasikan waktu, memberikan bakat, dan sumber daya lainnya untuk melayani Allah dan sesama. Dapat dilakukan melalui kehadiran rutin dalam ibadah jemaat, pelayanan di gereja atau masyarakat, dan menolong orang lain. Taat kepada Allah juga berarti menjauhi dosa dan hidup sesuai dengan standar moral yang diajarkan oleh Tuhan Yesus Kristus. Berani dengan tegas menolak godaan dosa dan berupaya untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah. Seseorang yang setia kepada Allah berarti tetap setia sekalipun dalam ujian dan penderitaan. Ia akan tetap mempertahankan iman dan kesetiaan kepada Allah bahkan dalam situasi yang sulit atau penuh penderitaan. Ini adalah waktu di mana iman dan kepatuhan kita diuji, dan kesetiaan kepada Allah adalah kunci untuk tetap teguh dalam iman. Taat dan setia kepada Allah juga berarti taat kepada hukum kasih. Ini adalah prinsip dasar dalam ajaran Tuhan Yesus Kristus. Kita harus mengasihi Allah dan mengasihi sesama seperti diri kita sendiri. Taat dan setia kepada Allah berarti menjalani hidup yang mencerminkan kasih, kebaikan, dan kerelaan untuk mengorbankan diri demi kepentingan orang lain.
Dalam Alkitab ada beberapa tokoh perempuan yang dapat dijadikan teladan hidup dalam ketaatan dan kesetiaan kepada Allah, salah satunya Maria. Sebagai ibu Yesus Kristus, Maria dikenal karena kesetiaannya kepada Allah. Dia menerima panggilan dari Tuhan dengan tulus hati, meskipun itu membawa risiko dan tantangan besar bagi dirinya. Dia adalah contoh kepatuhan yang luar biasa, bahkan dalam situasi yang sulit sekalipun. Kata Maria: “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” – Lukas 1:38A Perempuan yang dapat dipercaya adalah perempuan yang hidup dalam kesetiaan dan ketaatan kepada Tuhan Yesus Kristus.
Setia kepada Keluarga dan Suami
Setia kepada keluarga dan suami dalam iman Kristen merupakan prinsip yang sangat penting. Iman Kristen mengajarkan kita untuk mencintai keluarga dengan kasih yang tulus dan mengorbankan diri untuk kebaikan mereka, sebagaimana Tuhan Yesus Kristus mengorbankan diri-Nya bagi gereja. Kasih kepada keluarga dapat dilakukan dengan memberikan perhatian, waktu, dan dukungan kepada anggota keluarga, serta siap untuk mengorbankan kepentingan diri demi kepentingan keluarga. Alkitab mengajarkan agar istri menghormati suami dan suami mengasihi istri. Ini adalah panggilan untuk saling menghormati, mendukung, dan memperlakukan satu sama lain dengan hormat, mengakui peran dan tanggung jawab masing-masing dalam hubungan perkawinan. Iman Kristen menekankan pentingnya kesetiaan dalam perkawinan. Suami dan istri diminta untuk tetap setia satu sama lain, menjaga komitmen mereka terhadap hubungan perkawinan, dan mengatasi setiap rintangan bersama-sama dengan kesetiaan kepada Allah sebagai landasan utama. Ketika terjadi konflik atau kesalahan dalam hubungan keluarga, iman Kristen mengajarkan untuk memberikan pengampunan dan mencari rekonsiliasi. Harus mau mengampuni, belajar dari kesalahan, dan membangun kembali kepercayaan dan kedekatan dalam hubungan keluarga. Keluarga Kristen didorong untuk berdoa dan beribadah bersama sebagai satu kesatuan. Ini memperkuat ikatan spiritual dalam keluarga dan menempatkan Allah sebagai pusat dari hubungan dalam keluarga, dan membuat semua anggota keluarga untuk tumbuh bersama dalam iman dan kesetiaan.
Suami dan istri memiliki tanggung jawab untuk mendidik anak-anak mereka dalam ajaran Kristiani, mengajarkan mereka untuk mengasihi Allah dan sesama, serta mempraktikkan nilai-nilai moral yang diwarisi dari iman Kristen. Setia kepada keluarga dan suami dalam iman Kristen bukan hanya tentang hubungan manusiawi, tetapi juga tentang hubungan spiritual yang didasarkan pada kasih sayang, ketaatan, dan pengorbanan. Ini adalah panggilan untuk membangun keluarga yang kokoh dan berakar dalam prinsip-prinsip iman Kristiani, yang memuliakan Allah dan menjadi berkat bagi orang lain. Perempuan yang dapat dipercaya adalah perempuan yang setia kepada keluarga mereka, menjalankan peran mereka sebagai ibu, istri, atau anak dengan penuh kasih sayang dan tanggung jawab. Ia berusaha untuk membantu dan mendukung anggota keluarganya dengan penuh cinta dan pengorbanan.
Rut adalah seorang perempuan Moab yang menunjukkan kesetiaan yang luar biasa terhadap mertuanya, Naomi, dan juga kepada Allah. Dia menolak kembali ke tanah asalnya dan memilih untuk tinggal bersama Naomi, dengan iman yang kuat bahwa Allah akan memimpin jalan hidupnya. Tetapi kata Rut: “Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab kemana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalm, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; di mana engkau mati, aku pun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apa pun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!” – Rut 1:16-17 Abigail adalah istri Nabal yang bijaksana dan setia. Meskipun suaminya yang sombong menolak untuk membantu Daud dan pengikutnya, Abigail bertindak dengan bijaksana dan menyelamatkan keluarganya dari kehancuran dengan cara memohon pengampunan dari Daud. Ia sujud pada kaki Daud serta berkata: “Aku sajalah, ya tuanku, yang menanggung kesalahan itu. Izinkanlah hambamu ini berbicara kepadamu, dan dengarkanlah perkataan hambamu ini.”– 1 Samuel 25:24 Kesetiaan Abigail kepada suaminya membuatnya bertindak bijaksana sehingga ia dihormati oleh Daud dan keluarganya diselamatkan dari kehancuran. Tokoh perempuan lain dalam Alkitab yang darinya kita dapat belajar setia kepada suami adalah istri Ayub. Ketika Ayub jatuh miskin, kehilangan semua anak-anaknya, dan penyakitan, istri Ayub tetap setia mendampingi Ayub. Memang ada waktu di mana istri Ayub menunjukkan perilaku tidak bijaksana, tetapi ketika Ayub menegurnya dengan sangat keras, ia tidak melawan. Maka berkatalah istrinya kepadanya: “Masih bertekunkah engkau dengan kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!” Tetapi jawab Ayub kepadanya: “Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?” Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya.” – Ayub 2:9-10 Perempuan yang dapat dipercaya adalah perempuan yang setia kepada keluarga dan suaminya.
Hidup dalam Kesucian dan integritas
Hidup dalam kesucian dan integritas merupakan prinsip fundamental dalam iman Kristen. Ini berarti menjaga pikiran dan hati kita suci dan bersih dari dosa dan godaan. Selain itu, mampu mengendalikan diri, menolak pikiran dan perasaan yang jahat, dan mengisi pikiran kita dengan hal-hal yang baik, benar, dan santun. Kesucian juga tampak dari perilaku. Hidup sesuai dengan standar moral yang diajarkan oleh Alkitab, menjauhi dosa-dosa seperti kebohongan, pencurian, percabulan, dan kekerasan. Ini juga mencakup menjalani kehidupan yang penuh kasih dan hormat terhadap sesama. Integritas adalah tentang konsistensi antara apa yang kita katakan dan apa yang kita lakukan. Ini melibatkan kejujuran, ketulusan, dan keandalan dalam segala hal yang kita lakukan, baik di tempat kerja, dalam hubungan pribadi, maupun di hadapan Allah. Integritas juga berarti setia terhadap janji. Kita harus memenuhi janji-janji kita, baik kepada Allah maupun kepada sesama. Kita bertanggung jawab untuk menjaga kata-kata kita, berkomitmen untuk menjalani kehidupan yang sesuai dengan ajaran Kristus, dan memenuhi janji-janji yang kita buat kepada orang lain.
Hidup yang berintegritas juga berarti menjaga kesucian dalam hubungan interpersonal, termasuk hubungan romantis, persahabatan, dan keluarga. Kita harus dapat menghormati batas-batas yang ditetapkan oleh Allah, menjaga kesetiaan dalam perkawinan, dan memperlakukan orang lain dengan kasih dan hormat. Hidup dalam kesucian dan integritas berarti menolak kompromi dengan dosa dan godaan. Ini berarti tetap teguh dalam iman bahkan di tengah-tengah tekanan atau godaan untuk melakukan hal yang salah. Ketika melakukan kesalahan, kita mau meminta maaf, bertobat, dan memperbaiki kesalahan. Ada penyesalan yang tulus atas dosa-dosa dan berkomitmen untuk hidup dengan lebih baik di masa depan. Hidup dalam kesucian dan integritas adalah panggilan dasar bagi setiap orang Kristen. Ini adalah panggilan untuk menjalani kehidupan yang konsisten dengan ajaran Alkitab, dengan mengikuti teladan Kristus dalam segala hal. Dengan hidup dalam kesucian dan integritas, kita memuliakan Allah dan memberikan contoh yang baik bagi orang lain di sekitar kita.
Dalam Alkitab, terdapat beberapa contoh tokoh perempuan yang hidup dengan integritas yang tinggi, salah satunya Debora. Debora adalah seorang hakim dan nabi yang dianggap sebagai salah satu tokoh terkemuka dalam sejarah Israel. Dia hidup dengan integritas yang tinggi, memimpin bangsa Israel dengan bijaksana dan keadilan, serta menjadi perantara antara Allah dan umat-Nya. Debora juga memperlihatkan kesetiaan yang luar biasa kepada Allah dalam pelayanannya. Kisah Debora dan pelayanannya tertulis dalam Hakim-hakim 4 –5. Perempuan yang dapat dipercaya hidup dengan kesucian dan integritas moral. Mereka menjauhi dosa dan berusaha untuk hidup sesuai dengan kebenaran dan prinsip-prinsip yang diberikan oleh Allah dalam Firman-Nya.
Setia dalam Pelayanan
Kesetiaan dalam pelayanan adalah prinsip yang sangat penting yang mencakup berbagai aspek dalam melayani Allah dan sesama. Ini berarti setia kepada panggilan dan tugas yang Tuhan berikan kepada setiap orang percaya. Setiap orang memiliki panggilan unik dalam pelayanan, dan kesetiaan berarti mematuhi dan mengikuti panggilan tersebut dengan penuh kesungguhan dan integritas. Kesetiaan dalam pelayanan melibatkan komitmen yang kokoh dan konsisten terhadap tugas-tugas yang diberikan. Ini mencakup kesediaan untuk melakukan pelayanan dengan tekun, tidak peduli seberapa besar atau kecilnya tugas tersebut, dan tetap setia meskipun dihadapkan pada tantangan atau kesulitan. Kesetiaan dalam pelayanan juga melibatkan pengabdian waktu dan bakat kita untuk melayani Allah dan sesama. Ini bisa berarti mengorbankan waktu luang atau mengalokasikan bakat yang dimiliki untuk melayani gereja, komunitas, atau organisasi keagamaan.
Pelayanan yang efektif membutuhkan doa yang kuat. Kesetiaan dalam pelayanan melibatkan kesetiaan dalam berdoa, baik untuk keberhasilan pelayanan itu sendiri maupun untuk kebutuhan orang-orang yang dilayani. Kesetiaan dalam pelayanan juga mencakup sikap kerendahan hati dan pelayanan yang tidak egois. Melayani dengan tulus hati dan tanpa pamrih, tanpa mencari pengakuan atau pujian dari manusia, tetapi semata-mata untuk memuliakan Allah dan melayani sesama. Pelayanan yang setia juga berarti hidup sesuai dengan ajaran Alkitab dan prinsip-prinsip yang diajarkan oleh Tuhan Yesus Kristus. Setia terhadap hukum kasih, keadilan, dan kerendahan hati, serta menolak godaan dosa dan keserakahan. Sebagai pelayan Kristus, kita juga dipanggil untuk menjadi teladan bagi orang lain. Kesetiaan dalam pelayanan mencakup hidup dengan integritas yang tinggi dan menjadi teladan yang baik bagi orang lain. Kesetiaan dalam pelayanan adalah panggilan yang serius bagi setiap orang Kristen. Hal ini melibatkan komitmen yang kokoh dan konsisten untuk melayani Allah dan sesama dengan penuh kasih dan dedikasi, tanpa mengharapkan balasan atau pujian dari manusia, tetapi semata-mata untuk memuliakan Allah dan memenuhi kehendak-Nya.
Tokoh perempuan dalam Alkitab yang menunjukkan kesetiaan dalam pelayanan adalah Maria Magdalena. Ia adalah salah satu pengikut setia Yesus Kristus, yang mengikuti-Nya selama pelayanan-Nya di dunia. Maria Magdalena dikenal karena kesetiaannya yang tak tergoyahkan kepada Yesus, bahkan ketika banyak orang lain meninggalkan-Nya saat Dia disalibkan. Maria Magdalena adalah salah satu dari beberapa orang yang tetap tinggal di dekat salib dan menyaksikan kematian Yesus, serta menjadi salah satu yang pertama kali melihat Yesus bangkit dari kematian. “Tidak lama sesudah itu Yesus berjalan berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa memberitakan Injil Kerajaan Allah, Kedua belas murid-Nya bersama-sama dengan Dia, dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit, yaitu Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat, Yohana istri Khuza bendahara Herodes, Susana dan banyak perempuan lain. Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka.” – Lukas 8:1-3 Perempuan yang setia dalam pelayanan adalah perempuan yang dapat dipercaya.
Berhikmat
Hikmat membuat kita memahami kebenaran firman Tuhan dan mau menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dimulai dengan mengenal Allah, sumber segala hikmat. Hikmat melibatkan hubungan pribadi yang kuat dengan Allah melalui doa, dan membaca Alkitab. Hanya dengan mengenal Allah, kita dapat memperoleh hikmat yang sejati. Berhikmat berarti memahami dan mempraktikkan ajaran Tuhan. Memiliki hikmat membuat kita mampu mengambil keputusan yang bijaksana dan sesuai dengan kehendak Allah. Untuk dapat berhikmat kita harus taat pada firman Allah yang tertulis dalam Alkitab dan doa sebelum pengambilan keputusan, serta mendengarkan bimbingan Roh Kudus yang mengarahkan langkah-langkah kita.
Orang yang berhikmat mampu mengelola waktu dan sumber daya yang diberikan Allah dengan bijaksana. Ia menggunakan waktu, bakat, dan harta benda untuk memuliakan Allah dan melayani sesama, serta menghindari pemborosan dan penyalahgunaan potensi. Berhikmat berarti hidup sesuai dengan standar moral yang ditetapkan oleh Allah dalam firman-Nya. Tidak hidup dalam dosa dan kejahatan, serta mengabdi kepada kebenaran dan hidup dalam kekudusan. Hidup yang kudus adalah buah dari hikmat yang sejati.
Berhikmat dalam iman Kristen juga mencakup melayani orang lain dengan kasih dan kepedulian yang tulus. Mau mengorbankan diri untuk kepentingan orang lain, memberikan dukungan dan bantuan kepada yang membutuhkan, serta memberikan contoh yang baik dalam kata dan perbuatan. Berhikmat berarti berkomunikasi dengan bijaksana dan hormat kepada sesama. Menghindari perkataan yang merendahkan atau menyakitkan, serta berbicara dengan penuh kasih dan hikmat untuk membangun dan memberkati orang lain. Berhikmat adalah sebuah panggilan untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah, dengan menuntut dan menerapkan kebenaran-Nya dalam setiap aspek kehidupan. Dalam Amsal 9:10 tertulis: “Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian.”
Hulda adalah seorang tokoh perempuan yang darinya kita layak belajar tentang bagaimana menjadi perempuan berhikmat. Ia adalah nabi perempuan yang hidup pada zaman raja Yosia. Ketika Kitab Taurat ditemukan di Bait Allah, Raja Yosia mengutus para pemimpin untuk mencari petunjuk dari Tuhan. Mereka pergi menemui nabiah Hulda. Lalu Hulda memberikan jawaban kepada mereka. Perkataan Hulda adalah penafsiran atas Kitab Taurat tersebut, dan kata-katanya dianggap sebagai firman Allah yang otentik. Hal ini dapat dibaca dalam 2 Raja-raja 22. Berhikmat membuat perempuan menjadi dapat dipercaya.
Pemberani
Sikap pemberani dalam iman Kristen adalah sikap yang didorong oleh keyakinan yang kokoh pada Allah dan kebenaran-Nya, bahkan dalam menghadapi tantangan, kesulitan, atau bahaya. Keberanian Kristen tidak berarti ketiadaan rasa takut, tetapi merupakan kemampuan untuk menghadapi tantangan dan kesulitan dengan keberanian yang berasal dari keyakinan pada kekuatan dan janji Allah. Menghadapi masalah dengan kepercayaan bahwa Allah akan memberikan kekuatan dan bimbingan-Nya. Keberanian dalam iman Kristen merupakan kemampuan untuk menjalani kehidupan beriman dengan teguh, meskipun berbagai godaan atau tekanan. Tetap setia kepada ajaran dan prinsip-prinsip Alkitab, bahkan jika itu tidak populer atau menghadapi resistensi dari orang lain. Orang Kristen pemberani tidak takut untuk memberikan kesaksian tentang iman dan pengalaman mereka dengan Yesus Kristus kepada orang lain. Ia berani berbagi Injil dengan mereka yang belum mengenal Kristus, serta memberikan dukungan dan penghiburan kepada mereka yang membutuhkannya.
Keberanian Kristen juga melibatkan kemampuan untuk melayani orang lain dengan kasih, tanpa memedulikan risiko atau ketidaknyamanan yang mungkin timbul. Memberikan pertolongan kepada yang membutuhkan, memperjuangkan keadilan dan kebenaran, dan mau menghadapi bahaya untuk melindungi orang lain. Orang Kristen yang pemberani siap menghadapi perlawanan atau penindasan karena imannya. Mereka mungkin menghadapi tekanan dari keluarga, teman, atau masyarakat secara umum, tetapi mereka tetap teguh dalam iman mereka kepada Allah, bahkan jika itu berarti menghadapi kesulitan atau bahaya. Keberanian Kristen juga termasuk kemampuan untuk menentang dosa dan kejahatan, baik dalam diri sendiri maupun dalam masyarakat di sekitar kita. Menolak terlibat dalam perilaku yang bertentangan dengan ajaran Kristus, serta memperjuangkan keadilan dan kebenaran dalam segala hal. Orang Kristen yang pemberani siap untuk membela kebenaran dan nilai-nilai yang diberikan oleh Allah, meskipun itu membuatnya menjadi minoritas atau dihadapkan pada ketidaksetujuan orang lain. Tidak takut untuk berbicara terang-terangan tentang kebenaran Firman Allah, bahkan jika itu memicu kontroversi atau penentangan. Keberanian dalam iman Kristen adalah sikap yang penting untuk dipelihara dalam menghadapi tantangan dan pergumulan kehidupan. Ini memungkinkan kita untuk hidup dengan teguh dalam iman, melayani dengan kasih, dan memuliakan Allah dalam segala hal yang kita lakukan.
Terdapat beberapa tokoh perempuan dalam Alkitab yang dikenal karena keberanian mereka, yang membuat mereka layak dipercaya oleh sesama dan Tuhan, salah satunya Ester. Ester adalah seorang permaisuri yang hidup pada zaman raja Ahasyweros dari Persia. Dia adalah seorang Yahudi yang dipilih oleh raja sebagai permaisuri setelah ratu sebelumnya, Wasti, dipecat. Ketika umat Yahudi di Persia dihadapkan pada ancaman pemusnahan yang dipicu oleh Haman, Ester menunjukkan keberanian yang luar biasa dengan menyatakan dirinya sebagai Yahudi di hadapan raja, meskipun hal itu bisa berakibat pada hukuman mati. Maka Esther menyuruh menyampaikan jawaban ini kepada Mordekhai: “Pergilah, kumpulkanlah semua orang Yahudi yang terdapat di Susan dan berpuasalah untuk aku; janganlah makan dan janganlah minum tiga hari lamanya, baik waktu malam, baik waktu siang. Aku serta dayang-dayangku pun akan berpuasa demikian, dan kemudian aku akan masuk menghadap raja, sunggupun berlawanan dengan undang-undang, kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati.” – Ester 4:15-16 Karena keberaniannya, Allah menggunakan Ester untuk menyelamatkan bangsa Yahudi dari kehancuran. Perempuan pemberani adalah perempuan yang dapat dipercaya.
Cakap
Kecakapan adalah kemampuan atau keahlian dalam melakukan suatu tugas atau pekerjaan dengan baik dan efisien. Kecakapan sangat dibutuhkan dalam semua aspek kehidupan, baik dalam aktivitas sehari-hari, pekerjaan/karir, maupun dalam kehidupan berumah tangga/keluarga. Orang yang cakap biasanya sukses dalam karier atau pekerjaan mereka, serta memberikan kontribusi yang berharga dalam berbagai konteks kehidupan. Karena kecakapannya, maka orang yang cakap diharapkan bisa diandalkan. Banyak orang yang merasa beruntung karena memiliki anak, teman, karyawan, atau pasangan yang bisa dan mau diandalkan karena memiliki kecakapan.
Pada perempuan Kristen, kecakapan mencakup beragam aspek yang meliputi spiritualitas, kepemimpinan, pelayanan, dan kehidupan sehari-hari. Kecakapan pada perempuan Kristen adalah anugerah dari Tuhan yang dapat digunakan untuk memuliakan-Nya dan memberkati orang lain. Dengan mengembangkan kecakapan dan menggunakannya dengan bijaksana, perempuan Kristen dapat memberikan kontribusi yang berharga dalam membangun Kerajaan Allah dan membawa kemuliaan bagi nama-Nya. Dalam Amsal 31: 10-31 dijelaskan tentang kecakapan seorang istri. Bahkan, dalam ayat 10-11 dituliskan: “Istri yang cakap siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga dari pada permata. Hati suaminya percaya kepadanya, suaminya tidak akan kekurangan keuntungan.” Jadi, kecakapan yang dimiliki perempuan membuatnya menjadi dapat dipercaya.
Perempuan yang dapat dipercaya adalah perempuan yang dihormati dan dapat diandalkan. Selain itu, perempuan yang dapat dipercaya dapat menjadi teladan bagi orang lain dan memiliki peran yang penting dalam membangun kerajaan Allah di bumi. (SRP)